
MALINAU (Hidayatullah.or.id) — Cahaya terik di Malinau, Kalimantan Utara, pada siang hari itu menjadi saksi sebuah ikhtiar penting umat. Di Pesantren Hidayatullah, hadirin memadati ruangan aula pesantrnen untuk menekuni ilmu yang menyentuh sisi terdalam kehidupan yaitu tata cara pengurusan jenazah sesuai sunah Rasulullah SAW.
Dalam tradisi Islam, pengurusan jenazah adalah kewajiban kolektif umat atau fardu kifayah yang harus dikuasai. Ketua Muslimat Hidayatullah (Mushida) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) adalah Ustadzah Ainun Jariyah, S.Pd., mengatakan kegiatan ini sangat penting.
“Di banyak komunitas, terutama di daerah pedalaman, pengetahuan tentang pengurusan jenazah yang benar sering kali terbatas. Ritual ini bagian dari kewajiban kolektif umat Islam,” kata Ainun dalam keterangannya, Senin, 22 Rabi’ul Awal 1447 (15/9/2025)
Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Kalimantan Utara dan Pengurus Wilayah Muslimat Hidayatullah (PW Mushida) Kaltara. Puluhan peserta hadir dari berbagai daerah, antara lain Nunukan, Tarakan, Tana Tidung, dan tuan rumah Malinau. Mereka datang dengan semangat menambah bekal ilmu agar mampu mengabdi lebih luas kepada masyarakat.
Instruktur memberikan penjelasan secara menyeluruh, tidak hanya sebatas teori. Empat pokok utama menjadi materi inti, yakni memandikan, mengkafani, menyalatkan, dan menguburkan jenazah. Para ustazah dan kader dibimbing dengan detail fiqih sekaligus praktik langsung agar tidak salah dalam mengamalkan tuntunan syariat.
“Alhamdulillah, kegiatan ini sangat penting dan menarik,” ungkap Hamsia, salah satu peserta asal Malinau. Ia menambahkan, “Ini memberi kami pengetahuan dan keterampilan mengurus jenazah sesuai sunah.”
Dengan pelatihan ini, setiap peserta bukan hanya menimba ilmu untuk diri sendiri. Mereka dipandang sebagai agen yang kelak mampu membimbing komunitas masing-masing dalam menghadapi situasi duka cita. Dalam masyarakat yang sering kali belum memahami tata cara pengurusan jenazah, kehadiran mereka akan sangat berarti.
“Para peserta kembali ke daerah masing-masing dengan membawa bekal ilmu yang bermanfaat, tidak hanya untuk diri mereka, tetapi juga untuk seluruh komunitas,” terang Ainun.
Lebih dari sekadar pelatihan teknis, kegiatan ini menyampaikan pesan yang lebih dalam. Mengurus jenazah adalah pengingat akan kematian yang pasti datang, serta tanda bahwa keimanan tidak hanya diwujudkan melalui ibadah harian, melainkan juga melalui kesiapan menghadapi akhir kehidupan. “
“Kematian bukanlah akhir yang harus ditakuti, melainkan sebuah proses yang harus dipersiapkan, bahkan dalam cara paling teknis sekalipun,” ujar Ainun, seraya menambahkan kegiatan di Pesantren Hidayatullah Malinau tidak berhenti sebagai agenda pelatihan melainkan sebagai bentuk dakwah nyata dalam membekali umat dengan keterampilan dan kesadaran spiritual agar setiap jenazah dimuliakan sesuai tuntunan Islam.






