
JAKARTA (Hidayatullah.or.id) – Di penghujung Ramadhan yang penuh berkah, tepatnya pada Kamis, 27 Ramadhan 1446 H, Departemen Sosial DPP Hidayatullah menggelar kegiatan Senior Living Hidayatullah yang dirangkai dengan buka puasa bersama.
Bertempat di Yayasan Ar Ribat, Pondok Bambu, Jakarta Timur, acara ini mengusung tema inspiratif, “Bahagia di Usia Senja, Bersama Menuju Surga.” Sebanyak 50 lansia dari berbagai penjuru Jakarta turut hadir, menyemarakkan suasana dengan semangat kebersamaan dan refleksi mendalam.
Menikmati usia lanjut adalah impian yang kerap terucap dalam doa-doa di setiap perayaan hari kelahiran. “Panjang umur dan sehat selalu,” menjadi kalimat klise yang mencerminkan hasrat universal manusia.
Namun, ketika senja usia tiba, realitas tak selalu seindah harapan. Tanda-tanda penuaan perlahan muncul: kekuatan fisik merosot, pandangan mata memudar, daya ingat melemah, hingga kulit yang tak lagi kencang. Aktivitas pun menyusut, dan tak jarang waktu hanya dihabiskan di depan layar televisi, menanti hari berganti tanpa makna.
Dalam suasana penuh hikmah tersebut, KH. Fahmi Niman, narasumber utama kegiatan, menyampaikan pandangan yang menyegarkan tentang bagaimana mengisi usia senja dengan produktivitas dan kedamaian batin.
Kiai Fahmi menawarkan tiga pilar utama. Pertama, memperbanyak ibadah sebagai fondasi keseimbangan hidup. Dia menyebutkan, kesehatan bukan hanya soal fisik, tetapi juga mental dan spiritual.
“Rasulullah SAW telah mencontohkan pola hidup sehat: berpuasa, menjaga pola makan halal dan thayyib, serta aktif bergerak. Ini adalah rahmat Allah yang harus kita syukuri,” ujar Kiai Fahmi.
Dia menegaskan, dalam Islam, ibadah tak sekadar ritual, tetapi jalan menuju harmoni jiwa dan raga.
Pilar kedua, lanjut Kiai Fahmi, yakni doa untuk ketaatan dan istiqamah. Kiai Fahmi menegaskan bahwa ibadah yang telah dibangun sejak muda tak otomatis bertahan di usia tua.
“Konsistensi itu anugerah, dan doa adalah kuncinya,” pesannya. Di fase ketika tenaga kian rapuh, harapan kepada Allah menjadi penopang agar langkah tetap lurus di jalan-Nya.
Ketiga, menjaga hati dari penyakit batin seperti hasad, riya, dan ujub. Membersihkan diri dari sifat tercela adalah upaya menjaga kesehatan spiritual, sebuah investasi tak ternilai menuju kebahagiaan sejati. “Penyakit hati ini tak hanya merusak hubungan sosial, tetapi juga menggerogoti ketenangan jiwa,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Departemen Sosial DPP Hidayatullah, Musliadi Rasmin, menjelaskan bahwa Senior Living Hidayatullah hadir sebagai solusi bagi lansia yang rentan menghadapi tantangan kesehatan, baik fisik maupun mental.
“Dari sisi spiritual, pembinaan emosional sangat penting agar mereka tetap teguh dan bahagia. Dari sisi fisik, lansia rentan terhadap penyakit karena daya tahan tubuh menurun seiring penuaan organ,” paparnya.

Mantan Ketua Umum Pemuda Hidayatullah ini menambahkan, program ini dirancang untuk menciptakan lingkungan yang mendukung lansia menjalani hidup bermakna, sekaligus mempersiapkan mereka menuju tempat terbaik di sisi Allah.
Acara ini bukan sekadar pertemuan rutin, melainkan cerminan dari visi Islam tentang keseimbangan hidup. Dalam buka puasa bersama, lansia tak hanya berbagi hidangan, tetapi juga inspirasi.
Mereka diajak merenung bahwa usia senja bukan akhir dari produktivitas, melainkan awal dari perjalanan spiritual yang lebih mendalam. Seperti kata filsuf Muslim Ibnu Sina, “Kesehatan adalah harmoni antara tubuh dan jiwa,” dan Departemen Sosial DPP Hidayatullah melalui turunan programnya berupaya mewujudkan harmoni itu bagi para lansia.
Musliadi menambahkan, di tengah gemuruh modernitas yang sering melupakan generasi tua, Senior Living Hidayatullah menjadi oase. Ia mengingatkan bahwa bahagia di usia senja bukan utopia, melainkan tujuan yang dapat diraih melalui ibadah, doa, dan hati yang bersih.
“Bersama, mereka melangkah menuju surga—tak hanya sebagai harapan, tetapi sebagai janji yang dirawat dengan penuh kesadaran,” tandas bos Ayya Catering ini.[]