
JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Di tengah ritme kerja institusi strategis seperti Kementerian Pertahanan RI, ada ruang kontemplatif yang diciptakan untuk kembali ke akar, yaitu keluarga.
Rumah Sakit Pusat Pertahanan Negara (RSPPN) Panglima Besar Soedirman Kemhan RI, Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, menggelar kajian bertajuk “Parenting Keluarga Harmonis” dengan menghadirkan Ustadz Zainuddin Musaddad (UZM) sebagai narasumber utama, pada Rabu, 8 Dzulhijjah 1445 (4/6/2025).
Bertempat di ruang meeting RSPPN, Bintaro, kegiatan ini sebuah ikhtiar menyelaraskan kehidupan personal dan profesional para insan Kemhan.
Kolonel Ckm Muhammad Mursid, S.Sos, dalam sambutannya menyatakan harapannya agar kegiatan ini tidak hanya menjadi agenda temporer, melainkan menjadi energi baru yang rutin untuk membina semangat dan kualitas hidup para pegawai.
“Semoga kajian ini menjadi inspirasi dan semangat bagi kita semua, agar tidak hanya produktif di kantor, tapi juga berhasil menjadi pribadi yang membawa harmoni di dalam rumah,” ujar Kolonel Mursid.
Dalam ceramahnya, Ustadz Zainuddin Musaddad memulai dengan sebuah fondasi spiritual yang kuat bahwa memilih pasangan yang tepat sebagai titik awal dari sebuah keluarga yang harmonis.
Ia menyinggung kisah monumental Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Siti Sarah sebagai contoh sejarah spiritual tentang cinta, kesetiaan, dan peran kolektif dalam membangun keluarga tangguh di tengah tantangan besar.
Pria yang karib disapa Abah Zain ini tidak berhenti di tataran ideal, ia menyelami hal-hal praktis yang sering kali luput dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan bahasa yang ringan namun sarat makna, ia memberikan sejumlah tips sederhana yang membawa dampak mendalam.
Dalam kehidupan sehari-hari, katanya, kebahagiaan seringkali lahir dari hal-hal kecil yang sederhana namun bermakna. Sebuah senyuman tulus dan uluran bantuan ringan kepada keluarga, rekan kerja, atau teman bisa menjadi sumber energi positif yang menguatkan ikatan sosial dan emosional.
Di tengah rutinitas, pekerjaan yang dilakukan dengan cinta dan kesadaran sebagai bentuk ibadah akan terasa lebih ringan, bahkan menjadi jalan untuk mendekatkan diri kepada nilai-nilai spiritual.
Begitupun momentum berangkat dan pulang kerja seharusnya tidak dilewati begitu saja.
Menyapa keluarga dengan penuh kasih saat hendak meninggalkan atau kembali ke rumah adalah bentuk penghormatan terhadap keberadaan mereka—sebuah cara sederhana untuk mengatakan bahwa mereka berarti.
Di sisi lain, dalam era digital, percakapan langsung dengan pasangan sering terganggu oleh layar gawai. Mengurangi ketergantungan ini adalah upaya nyata untuk hadir sepenuhnya dalam kebersamaan yang otentik.
Abah Zain juga menekankan bahwa sikap syukur dalam setiap kondisi, baik suka maupun duka, membuka ruang refleksi yang jernih.
Ketika konflik muncul, doa menjadi jalan kembali—tempat bertanya, mengevaluasi, dan berharap pada solusi yang lebih dari sekadar logika, yakni ketenangan yang datang dari Yang Maha Mengatur.
Qurrota A’yun sebagai Penjaga Harmoni Keluarga
Salah satu poin yang menggetarkan ruang adalah ketika Abah Zain mengutip konsep qurrota a’yun, yakni memandang pasangan dan anak-anak sebagai penyejuk hati, bukan beban atau pembanding.
“Lihatlah wajah pasangan dan anak-anak dengan kasih sayang, bukan dengan standar orang lain. Jangan biarkan cinta menjadi formalitas, biarkan ia tumbuh sebagai rahmat,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan pentingnya keterhubungan dengan spiritualitas. “Dekatkan diri ke tempat sujud. Di sanalah letak pintu menuju surga, termasuk surga rumah tangga”.
Kegiatan ini dihadiri oleh sejumlah karyawan RSPPN dan tokoh-tokoh strategis seperti Analis Kebijakan Madya Bidang Keselamatan Pasien dan Karyawan serta perwakilan dari Pusrehab Kemhan, Harry Nurhamid.
Mereka mendengarkan dengan seksama, menunjukkan bahwa dalam dunia birokrasi pun ada ruang untuk menyuburkan sisi kemanusiaan yang lembut dan hangat.
Antusiasme peserta menjadi bukti bahwa kerja keras profesional bukan alasan untuk menanggalkan peran sebagai suami, istri, atau orang tua. Justru, keluarga menjadi fondasi yang menopang integritas seseorang dalam menjalankan tugas negara.