Hidayatullah.or.id – Perkembangan dunia pendidikan Islam di provinsi Sumatera Selatan, semakin menggembirakan. Hampir di setiap pelosok desa berdiri pondok pesantren (Ponpes) atau madrasah. Tak terkecuali seperti keberadaan Ponpes Hidayatullah yang berlokasi sangat jauh dari pusat kota Palembang.
Memang, ponpes yang berdiri di pinggiran jalan raya provinsi Km 27 beralamat di Desa Tanjung Merbu, Kecamatan Sirah, Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) ini, bisa dikunjungi dengan kendaraan mobil.
Kendati terbilang jauh ke pelosok Palembang dengan medan jalan yang tak selalu mulus, namun lokasi pesantren yang tenang dan sangat alamiah apalagi memang jauh dari hiruk pikuk keramaian, pesantren ini tak pelak menjadi tempat yang relatif prioritas menjadi tujuan tempat menuntut ilmu.
Tak disangka Ponpes Hidayatullah yang berdiri sejak tahun 1992 ini banyak diminati oleh santri-santri yang berasal jauh dari luar daerah seperti dari kota Lahat, Pagaralam, Lubuklinggau, dan bahkan ada dari kota Curup, Bengkulu.
“Pesantren ini memang sudah dikenal dalam keluarga kami, jadi kalau ingin nyantri maka ke Hidayatullah,” ujar Gunawan (16) berasal dari kota Curup, Rejang Lebong ini.
Lalu apa keistimewaan Ponpes Hidayatullah yang banyak diminati santri luar kota ini? Ustadz Ahmad MS selaku Kepala Yayasan Pesantren Hidayatullah Sumatera Selatan, dengan rendah hati mengemukakan sebenarnya kurikulum ponpes tidak jauh beda dengan ponpes yang lainnya.
“Ponpes Hidayatullah memadukan nilai-nilai Tauhid ke seluruh kurikulum dan aktivitasnya sehingga sangat baik bagi genarasi penerus, “ujar ustadz yang sudah 5 tahun mengajar di ponpes ini saat menerima rombongan pengurus Assajidin di kantornya, belum lama ini.
“Di sini menonjolkan aqidah, ibadah dan akhlak, karena lembaga pendidikan Hidayatullah berintegrasi pada orbit dan berkesinambungan ke depan,” tambah guru kelahiran kota Parepare ini.
Pesantren Hidayatullah Tanjung Merbu Palembang ini berdiri di atas lahan seluas 20 hektar dengan formasi gedung MTs Mardhatillah dan MA Mardhatillah dengan jumlah seluruh sebanyak 160 santri. Selain itu, ada juga PAUD Yaa Bunayya di lokasi yang berbeda, yaitu di Desa Sungai Pinang, Banyuasin.
Untuk metode belajar yang dilakukan di pesantren ini yaitu menanamkan nilai ruhiyah (ibadah) dan menanamkan ilmu ( aqliyah) kepada santri seperti saat pagi belajar, siang hafalan qur’an, sore tahsinul qur’an dan pengembangan bahasa, malam harinya belajar diniyah dan shubuh tahfizhul qur’an.
Selain itu, jelas Ustadz Ahmad, ada juga pembelajaran diniyah, tahfidz dan tahsin al-qur’an, hafalan hadist pilihan dan Arba’in, tausiyah dai Hidayatullah, dan latihan ceramah (muhadharah).
Termasuk juga latihan kebugaran fisik (jasadiyah) berupa outbond santri Pandu Hidayatullah, karate, mukhoyyam santri, amal sholih yaumiyah, serta ekstrakulikuler berupa tata boga, thibbun nabawi, karate, menulis kreatif, english dan arabic club.
“Di sini juga santri diajarkan berkebun, selama ini kita pernah menaman cabe dan umbi-umbian untuk kebutuhan santri, namun sekarang ini semua lahan kebun diubah menjadi lahan karet. Santri juga diajarkan memiliki jiwa kewirausahaan dengan membuat berbagai makanan kue untuk di jual,” ungkap Ustadz Ahmad.
Ustadz Ahmad menjelaskan bahwa semua santri di pesantren ini mendapatkan beasiswa dengan fasilitas tempat tinggal atau asrama, konsumsi sehari-hari, kebersihan, dan lain sebagainya. Adapun biaya untuk keperluan santri tersebut berasal dari pendanaan subsidi silang dari peserta didik/santri yang mampu membayar.
Tidak itu saja, apabila santri telah lulus SMA di lingkungan Pesantren Hidayatullah Palembang akan diberikan kesempatan untuk melanjutkan kuliah dengan beasiswa penuh di perguruan tinggi yang berjaringan Hidayatullah di seluruh Indonesia. Santri akan mendapatkan biaya pendidikan selama pendidikan sampai lulus sarjana dengan ketentuan harus bersedia mengikuti ketentuan ikatan dinas pasca lulus.
“Santri disini jika ingin melanjutkan tingkat sarjana akan diberikan beasiswa, namun harus komitmen jika selesai kuliah untuk ditugaskan untuk menjalani ikatan dinas dalam lingkup jaringan Hidayatullah. Jadi sebenarnya lulusan Pesantren Hidayatullah ini tidak ada yang menganggur karena belum lulus kuliah saja sudah ditunggu bursa kerja,” ujar suami Nurfaiza ini.
Ponpes Hidayatullah Palembang berdiri di Sumsel tak lepas dari sejarah Ormas Hidayatullah yang merupakan wadah pergerakan dakwah Islam di Indonesia. Ormas Islam ini berdiri pada 2 Zhulhijjah 1392 H atau bertepatan 7 Januari 1973 yang didirikan oleh Ustadz Abdullah Said (alm). Pertama kali berdiri di kota Balikpapan, Kalimantan Timur yang bergerak dalm bidang sosial, pendidikan dan dakwah di Indonesia.
Ponpes Hidayatullah Palembang yang telah banyak melahirkan mujahid dakwah Islam ini menjadi salah satu lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan dan dakwah, sehingga ketika lulus dari pondok pesantren ini akan lahir generasi muslim yang siap memikul amanah Allah sebagai hamba dan khalifah-Nya.
Keberadaan Ponpes Hidayatullah ini mendapatkan dukungan dari warga setempat dengan diadakan kerjasama pembinaan rohani bagi warga Desa Tanjung Merbu dan sekitarnya dengan mengadakan pengajian ke masjid-masjid secara rutin. Selain itu, jika hari-hari besar islam diadakan pengajian dan dzikir akbar.
Sampai sekarang Ponpes Hidayatullah Sumsel telah membuka cabangnya di Kabupaten Lahat yang berlokasi di Desa Bintuhan Kecamatan Kota Agung. Karena itu, setelah membuka layanan dakwah dan sosial di Tanjung Merbu, Hidayatullah Sumsel selanjutnya akan membangun dan mengembangkan wilayah Desa Bintuhan yang diharapkan kemudian menjadi pusat dakwah dan peradaban Islam yang menjadikan masjid sebagai basis kegiatan umat.
Dengan keinginan dan tekad yang bulat, Ponpes Hidayatullah Palembang berkomitmen mampu melahirkan pejuang islam yang berkepribadian muslim yang taqwa, cerdas dan mandiri. Aamiin. (asj/hio)