
BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) — Hampir setiap tahun ajaran baru, Ma’had Tahfizh al-Qur’an Ahlus Shuffah menjadi sekolah favorit bagi para orang tua yang ingin mendaftarkan anak-anaknya menjadi penghafal al-Qur’an.
Tapi, tahukah Anda, bagaimana kisah di balik cikal bakal pendirian bumi penghafal al-Qur’an yang tepat berada di tengah perkebunan karet di Gunung Binjai, Balikpapan tersebut?
Iya, sudah jadi rahasia umum, sejumlah keputusan dan kebijakan besar Pemimpin Umum Hidayatullah, Ust. H. Abdurrahman Muhammad, seringkali tak lepas dari inspirasi yang didapat di Tanah Haram (kota Makkah dan Madinah).
Salah satunya tak lain adalah pendirian Ma’had Tahfizh al-Qur’an Ahlus Shuffah yang beralamat di jalan Gunung Binjai RT. 16 Kelurahan Teritip, Kecamatan Balikpapan Timur, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
“Ini ada yang prinsip. Hidayatullah sudah berazzam harus dihadirkan lembaga tahfizh al-Qur’an. Jadi begitu pulang dari Makkah, langsung bikin lembaga tahfizh di kakinya masjid (beranda selatan masjid ar-Riyadh), langsung tancap pakai beko, tidak pakai waktu lagi langsung bikin,” ucap ustadz Abdurrahman dalam satu kesempatan wawancara, beberapa waktu lalu.
Dikisahkan, beberapa kali bolak-balik ibadah umrah dan haji, Pemimpin Umum Hidayatullah terus merenung hingga akhirnya menemukan satu inspirasi besar. Bahwa seluruh interaksi dengan al-Qur’an, membaca, menghafal dan mempelajarinya, bagian utama atau inti daripada perjuangan dakwah Islam.
Apalagi secara historis, tegasnya, sejak awal pendirian Hidayatullah, kegiatan tahfizh atau keberadaan santri yang fokus menghafal al-Qur’an sudah ada sejak dahulu.
“Itu saya tangkap di Makkah. Saya katakan harus kembalikan spirit tahfizh yang pernah ada di Gunung Tembak. Maka saya secepat-cepatnya itu bikin dulu di samping wc di bawah (selatan) ar-Riyadh. Tancap langsung apa namanya itu (kayu balok) ulin-ulin,” lanjutnya menceritakan secara kronologis.
Singkat cerita, Ustadz Kaspan lalu ditunjuk sebagai ketua Ma’had Tahfizh yang belakangan populer dengan sapaan mudir (direktur). Masih terinspirasi dari Tanah Haram, disepakati namanya Ahlus Shuffah.
Sebagaimana para sahabat Ahlus Shuffah yang berdiam di masjid Nabawi Madinah, santri-santri Ahlus Shuffah di Gunung Tembak juga asyik menempati “emperan””” masjid ar-Riyadh.
Berbagai kerja fisik di lapangan menjadi menu wajib bagi mereka, selain menghafal al-Qur’an. Ustadz Kaspan sendiri ditemani oleh beberapa mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS) Hidayatullah Balikpapan, sebagai pengasuh yang mendampingi santri di asrama.
Seiring waktu, rupanya Pemimpin Umum Hidayatullah belum puas. Apalagi, sejak awal, inspirasi dan cita-cita yang diboyong dari Madinah tersebut menghendaki adanya lembaga tahfizh terfavorit.
“Pokoknya saya mau bikin tahfizh paling besar. Paling luas arealnya. Kalau bukan di dunia di Indonesia lah, kampusnya paling besar, yah Alhamdulillah,” ucapnya tersenyum penuh optimis.
Lanjut cerita, gayung pun bersambut. Tak lama tersiar informasi, ada orang menawarkan kebun di bilangan Gunung Binjai seluas sepuluh hektar. Belakangan, diketahui namanya Wa Lawang, seorang pegiat berkebun asal Sidrap Sulawesi Selatan.
Tanpa menunda sedikitpun, Ustadz Abdurrahman segera meminta untuk menghubungi si pemilik kebun. Besok paginya, ia juga langsung mengajak Haji Sujaib (bendahara Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan) untuk mengecek lokasi yang dimaksud.
“Ayo Pak Jaib, kita ke sana. Tidak ada jalan waktu itu, cuma jalan kaki saja. Meraba-meraba masuk hutan. Itu pertama, besoknya pergi lagi. Berapa kali ke sana itu, berulang ulang pokoknya. Karena masih hutan,” ucapnya penuh semangat.
Soal urusan keluar masuk hutan, Ustadz Abdurrahman membocorkan sedikit “rahasia” yang dimilikinya. Ilmu tersebut diakuinya didapat dari Ustadz Amin Baharun, sewaktu tugas dakwah di Berau, Kalimantan Timur. “Itu ilmu menguasai wilayah, kita kuasai memang. Jadi langsung naik ke paling atasnya gunung itu dan keliling beberapa kali,” katanya.
Dari beberapa kali survei lapangan, disepakati lokasi tersebut cocok untuk dijadikan sebagai tempat santri menghafal al-Qur’an. “Aih bagus ini tempat, jadi ini insyaAllah,” jelasnya masih dengan semangat yang sama.
Urusan selanjutnya adalah menemui Wak Lawang, tuan tanah berdarah Bugis Rappang (Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan). Dengan perantara kearifan lokal (berbahasa daerah), negosiasi harga dimulai “Jadi uwelli tu dare’ta tapi de’gaga doe,”. Terjemahnya kira-kira, saya jadi ingin membeli kebun Wak, tetapi uangnya tidak ada (belum cukup).
Konon, orang tua ini berniat pulang kampung halaman ke Sulawesi Selatan. Di sisi lain, dana yang tersedia cuma bisa untuk membayar panjar dan selanjutnya mencicil dua tahun. Sedang total biaya 50 juta untuk 10 hektar.
Berikutnya, diadakan peresmian atau peletakan batu pertama untuk pondasi masjid. Masjid berlantai tiga itu sendiri menjadi bangunan pertama dan menempati posisi tertinggi di lokasi Ma’had Tahfizh al-Qur’an Ahlus Shuffah.
Sebelum itu, butuh waktu sekitar tiga tahun tanpa henti untuk penataan awal kampus Gunung Binjai dengan menggunakan alat berat. Mulai dari kliring lahan, pembuatan jalan, bendungan, danau, menata bukit, dan sebagainya.
“Pagi-pagi buta sudah berangkat dan sore jelang Maghrib baru pulang. Tentu saya lebih kuat waktu itu karena ada spirit tadi, mau bikin lembaga tahfizh paling besar,” ucapnya menceritakan.
Dikisahkan Ustadz Abdurrahman, orang pertama menyumbang di Gunung Binjai adalah Haji Malik. Sosok dermawan asal Riau itu menyumbang tak kurang dari 50 sak semen untuk pembangunan masjid.
Sedang rumah kayu pertama di Ahlus Shuffah adalah eks rumah Pak Kalu (warga senior Hidayatullah Gunung Tembak) yang dibeli dan dipindahkan ke Gunung Binjai.
“Termasuk yang layak kita doakan selalu adalah sosok orang baik yang telah menyumbang sebagian besar hartanya dan juga kendaraan alat beratnya di Gunung BInjai,” ungkapnya sambil menyebut nama yang dimaksud.
“Pernah Pak haji itu pinjamkan bekonya, di sini buka bungkusnya. Bantuan itu tidak pernah berhenti sampai sekarang ini. Jadi berapa puluh tahun sudah, memakai beko itu,” terangnya mengakhiri tuturnya tentang sekilas sejarah Ahlus Shuffah.