BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) — Ada banyak persaudaraan tapi buhul paling kuat mengikat adalah persaudaraan yang dibangun atas dasar iman (ukhuwah imaniah). Iman dan ukhuwah demikian menjadi cikal bakal pondasi sekaligus pilar hidup berjamaah. Sedang berjamaah bagi orang beriman ialah syarat tegaknya peradaban dan menikmati indahnya hidup berislam.
Demikianlah pesan disampaikan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah Dr. Nashirul Haq, dalam acara silaturahim bersama ratusan jamaah yang memadati Masjid Agung Ar-Riyadh, Balikpapan, baru baru ini. Turut hadir dalam acara, sejumlah dewan pembina dan sesepuh Pesantren Hidayatullah Balikpapan.
Menurut Ustadz Nashirul, persaudaraan yang dibangun tanpa dasar iman bersifat semu dan sesaat. Kepentingannya pragmatis dan cenderung melemahkan.
“Ada persaudaran yang rusak karena berebut warisan. Ada juga yang putus karena saling mengkhianati dan tidak percaya kepada lainnya,” ucap ustadz yang meraih doktornya di Intenational Islamic University of Malaysia (IIUM).
Nashirul meneruskan, ukhuwah imaniah tersebut hendaknya dirawat dengan sungguh-sungguh sebagai sebuah kekayaan yang tak ternilai dalam kehidupan. Hal itu dikerjakan setidaknya dengan meneladani Rasulullah yang telah berbagi tips dalam merawat ukhuwah sepenuh hati.
Pertama, kata Nashirul, mengungkap kecintaan kepada saudara yang dicintai. “Meski jarang dilakukan, tapi ini kebiasaan Rasulullah bersama sahabatnya,” jelas Nashirul sambil menceritakan dialog Nabi bersama sahabatnya.
Selanjutnya, ukhuwah tersebut bisa juga dijaga dengan saling mendoakan, saling bersilaturahim, saling membantu, dan saling bertukar hadiah.
Semua usaha tersebut, papar Nashirul, sebagai bentuk kesungguhan seseorang dalam membuktikan persaudaraan bersama saudara yang dicintainya.
“Jadi yang terpenting adalah keikhlasan dan kejernihan hati. Sebab sulit membayangkan orang itu mau mencintai saudaranya, apalagi hingga mendahulukan saudaranya untuk kebaikan, kalau hatinya sedang digerogoti penyakit,” terang anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI) Pusat menutup taushiahnya.*/Masykur Suyuthi