AdvertisementAdvertisement

Membidik Era Baru SDM Unggul Indonesia, Wisuda ke-VII STIE Hidayatullah Gelar Sidang Senat Terbuka

Content Partner

DEPOK (Hidayatullah.or.id) — Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Hidayatullah menggelar Sidang Senat Terbuka Wisuda ke-VII yang berlangsung khidmat secara virtual dan sebagian luring di Gedung Sekolah Pemimpin, Kampus Utama Pondok Pesantreb Hidayatullah Depok, Jawa Barat, Sabtu (13/3/2021).

Ketua STIE Hidayatullah DR. Agus Suprayogi, ST, SE.Sy, M.Si dalam sambutannya mengajak bersama memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas karunia-Nya sehingga sidang terbuka ini dapat digelar dengan diiringi optimisme menyambut masa depan gemilang pada momen yang sangat penting di tengah keterbatasan pandemi covid-19.

Suprayogi mengatakan, pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal dalam kehidupan. Dalam setahun terakhir ini, jelasnya, kita dipaksa untuk menerima sebuah kondisi normal ’baru’ yang belum pernah dibayangkan sebelumnya. Kegiatan komunikasi yang sebelumnya dilakukan secara tatap muka, digantikan komunikasi yang dimediasi oleh teknologi.

“Proses belajar mengajar yang sebelumnya dilakukan di ruang-ruang kelas, saat ini dilakukan melalui ruang-ruang virtual. Meskipun pada prosesi wisuda hari ini dilaksanakan secara terbatas, namun tidak mengurangi niat tulus kita untuk memberikan penghargaan dan ungkapan kegembiraan atas pencapaian keilmuan para wisudawan,” kata Suprayogi.

Suprayogi mengapresiasi para wisudawan yang telah berhasil melalui satu tahapan pendidikan dan telah siap menyandang gelar sarjan dalam bidang Manajemen dan Akuntansi.

“Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya, atas nama seluruh sivitas akademika STIE Hidayatullah, mengucapkan selamat kepada para wisudawan atas keberhasilannya menyelesaikan studi di STIE Hidayatullah,” imbuhnya.

Ia pula menyampaikan rasa bahagia, syukur dan terimakasih kepada orangtua, orangtua asuh, donatur, penyedia beasiswa, dan keluarga wisudawan, yang karena atas dukungannya, para mahasiswa dapat fokus menjalani studi, sehingga pada kesempatan tersebut mereka dapat diwisuda dan siap melanjutkan petualangan kehidupan untuk meraih masa depan yang dicita-citakan.

Yang tidak kalah pentingnya, kata Suprayogi, ucapan terima kasih dan penghargaan setinggitingginya kepada seluruh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan STIE Hidayatullah yang merupakan ujung tombak pendidikan dan pengajaran yang telah mencurahkan tenaga dan upaya dalam melaksanakan tugas mulia, mendidik dan mengajar para mahasiswa secara profesional sehingga menghasilkan lulusan yang baik dan berkualitas.

Pada kesempatan tersebut, Suprayogi menyampaikan sambutan pidatoi ilmiah dengan tema “Tanggung Jawab Sosial Alumni di Era Baru SDM Unggul Indonesia” yang senafas dengan visi bangsa menyongsong era emas Indonesia dimana SDM unggul masih menjadi tuntutan utama.

“Pembangunan sumber daya manusia adalah kunci kemajuan Indonesia di masa depan. SDM unggul memiliki korelasi erat dengan peningkatan produktivitas kerja dalam memenangkan persaingan dalam dunia ekonomi dan bisnis,” kata Suprayogi.

Menukil The Global Competitiveness Report yang dipublikasikan World Economic Forum pada Oktober 2020 lalu, Suprayogi menyebutkan, peringkat daya saing global Indonesia turun dari posisi 45 di tahun 2018 menjadi rangking 50 di tahun 2019.

“Dan yang cukup mengejutkan adalah, negara tetangga terdekat kita, Singapura menduduki posisi 1 menyalip Amerika Serikat,” ujarnya seraya menambahkan turunnya peringkat daya saing RI karena kualitas SDM Indonesia yang masih rendah.

Realitas ketertinggalan kualitas sumber daya manusia Indonesia tersebut disinyalir juga oleh keadaan angkatan kerja yang mayoritas saat ini hanya lulusan SD dan SMP.

Laporan keadaan angkatan kerja di Indonesia tahun 2019 yang dipublikasi oleh BPS RI mencatat dari total 136.183.032 tenaga kerja di Indonesia berdasarkan pendidikan yang lulus tingkat SD masih mendominasi pangsa tenaga kerja dengan jumlah 32.692.218 atau sekitar 24% sedangkan lulusan SMP berjumlah 17,8% dan yang sangat mencengangkan, ada sekitar 15,5% tenaga kerja Indonesia yang tidak atau belum lulus SD.

Suprayogi mengatakan data tersebut menggambarkan bahwa komposisi tenaga kerja di Indonesia dengan pendidikan SMP ke bawah berjumlah 57,3% pangsa kerja di Indonesia.

Lalu berapa jumlah tenaga kerja lulusan perguruan tinggi? Persentasenya cukup mengkhawatirkan, disebutkan hanya terdapat 2,9% lulusan vokasi dan 9,9% lulusan universitas. Suatu negara dinyatakan sebagai negara maju oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) bila tingkat tenaga kerjanya setidaknya 40,3% berpendidikan tinggi, 39,3% berpendidikan menengah, dan 20,4% berpendidikan dasar.

“Dalam membangun SDM unggul, perguruan tinggi tampil di garda terdepan. Perguruan tinggi adalah institusi yang memiliki kapasitas dan kapabilitas yang mumpuni dalam mencetak Sumber Daya Manusia yang kompetitif, inovatif, dan berkarakter yang mampu bersaing di tingkat global,” imbuhnya.

Kepada para wisudawan, Suprayogi menyampaikan bahwa mereka saat ini telah menjadi bagian dari kalangan sarjana di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS).

Pengertian sarjana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, selain merupakan gelar strata satu yang dicapai oleh seseorang yang telah menamatkan pendidikan tingkat terakhir di perguruan tinggi, juga diartikan sebagai orang pandai atau ahli ilmu pengetahuan.

Dari deskripsi tersebut, terang dia, maka salah satu solusi dalam mengatasi pengangguran adalah menumbuhkan dan mengembangkan jiwa kewirausahaan.

Karena itu, Suprayogi menegaskan, menumbuhkan dan mengembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan adalah tantangan dan tugas kita bersama dalam rangka menciptakan wirausaha baru di Indonesia.

“Berdasarkan pengalaman, upaya penumbuhan wirausaha baru, tidak bisa dilakukan secara parsial dan oleh satu instansi saja. Program penumbuhan wirausaha baru harus dilakukan secara comprehensive dengan melibatkan seluruh instansi Hidayatullah yang ada baik di pusat maupun daerah, lembaga pendidikan, badan usaha dan organisasi pendukung,” pungkasnya.

Wisudawan Angkatan VII STIE Hidayatullah ini akan ditugaskan berkhidmat di masyarakat ke berbagai daerah di Indonesia. Sebelumnya, selama kurang lebih 6 bulan, mereka menjalani masa Kuliah Kerja Nyata (KKN) di masjid-masjid sebagai bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat. (ybh/hio)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Peran Murabbi dalam Perjuangan Islam tidak Mengenal Kata Pensiun

MAKASSAR (Hidayatullah.or.id) – Peran murabbi dalam perjuangan Islam tidak mengenal kata pensiun. Hal itu kembali ditegaskan oleh Ketua Dewan...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img