AdvertisementAdvertisement

Bekerja Keras adalah Ibadah

Content Partner

ISLAM sebagai agama paripurna dan penyempurna dari ajaran para Nabi sebelumnya sangat menekankan pentingnya bekerja keras bagi para pemeluknya.

Bekerja keras dalam artian bersungguh-sungguh bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang dikenal dengan istilah pangan, papan maupun sandang.

Dalam sejarah, para Nabi pun selain mengemban tugas kenabian, mereka juga dikenal berprofesi sesuai dengan keahliannya masing-masing.

Nabi Idris ‘alaihissalam dikenal sebagai tukang jahit. Nabi Nuh ‘alaihissalam sebagai pembuat perahu. Nabi Musa ‘alaihissalam dikenal sebagai pengembala kambing dan pekerja. Nabi Zakariya ‘alaihissalam bekerja sebagai tukang kayu. Nabi Daud ‘alaihissalam sebagai tukang besi.

Tidak ketinggalan Nabi Muhammad SAW juga pernah mengembala kambing dan berdagang. Bahkan, dalam dunia dagang ketika itu, beliau tidak hanya sekedar berdagang saja, levelnya beliau sampai menjadi pedagang besar (agency).

Bagi seorang muslim, bekerja adalah ibadah. Tidak hanya kewajiban seperti sholat, puasa, haji dan lain sebagainya yang lebih dikenal dengan istilah ibadah mahdhoh. Apapun itu suatu amalan jika dilakukan dalam rangka mencari ridho Allah SWT dan tentunya sesuai dengan petunjuk ataupun sunnah Rasulullah maka itu menjadi ibadah.

Bekerja keras adalah ciri orang beriman. Allah SWT sangat menyukai hamba-Nya yang suka bekerja keras. Apalagi jika seseorang itu memiliki tanggung jawab memberi nafkah kepada keluarganya maka tentunya lebih ditekankan lagi untuk bekerja keras.

Banyak ayat dalam Al-Qur’an yang memerintahkan agar kita suka bekerja keras. Diantaranya Allah SWT berfirman:

فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

“Apabila sholat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kalian di muka bumi, carilah karunia Allah serta ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah: 10)

Syaikh Ali Al-Shabuniy, dalam Shafwat al-Tafaasiir, menyatakan, “Maksudnya, bertebaranlah kalian di muka bumi dan galilah apa yang ada di muka bumi, untuk diperdagangkan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan kalian. Kemudian, carilah karunia Allah dan nikmat-nikmatNya. Sesungguhnya rejeki itu berada di tangan Allah SWT, dan Dialah Maha Pemberi Nikmat dan Karunia.”

Bekerja keras mencari rezeki yang halal bahkan menjadi sebuah kewajiban. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Mencari rezeki yang halal adalah wajib sesudah menunaikan yang fardhu (seperti shalat, puasa, dll).” (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)

Dalam hadits lain, dari Al-Miqdam, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ ، وَإِنَّ نَبِىَّ اللَّهِ دَاوُدَ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

“Tidak ada seseorang memakan suatu makanan yang lebih baik dari makanan hasil kerja keras tangannya sendiri. Dan Nabi Daud ‘alaihis salam makan dari hasil kerja keras tangannya.” (HR. Al-Bukhari)

Ciri Kader Hidayatullah

Alhamdulillah, di Pesantren Hidayatullah kita juga diajarkan oleh Asatidz untuk selalu bekerja keras. Sehingga dulu ada istilah ‘kerja keras, ibadah keras, belajar keras, dan makan keras’. Semuanya serba keras menunjukkan agar selalu bersemangat untuk mengerjakan sesuatu.

Spirit kerja keras ini telah ditularkan oleh para guru dan asatidz Hidayatullah sehingga tertanam dan tertancap kuat dalam diri kader dan santri Hidayatullah. Makanya dulu sangat pantang jikalau ada santri yang bermalas-malasan kerja. Sehingga guru lebih marah jikalau ada santri malas bekerja ketimbang malas belajar.

Spirit kerja keras ini mencerminkan pribadi yang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu. Sehingga di kampus/pesantren Hidayatullah hampir semua pembangunannya dikerjakan oleh warga dan santri saja. Selain menghemat biaya, menjadi pembelajaran bagi santri untuk suka bekerja keras.

Alhasil, tidak heran dimana-mana kampus/pesantren Hidayatullah terlihat cantik, rapi, dan tertata dengan baik.

______
*) UST HIDAYATULLAH, MH, penulis adalah Pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an Ashabul Kahfi, Kampus Hidayatullah Bekasi dan Ketua Penulis Muda Indonesia (PENA) Jabodebek

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Membangun Generasi Islami Berdaya melalui Pesantren Masyarakat Cibuntu

KUNINGAN (Hidayatullah.or.id) -- Pengurus Persaudaraan Dai Indonesia (PosDai) baru-baru ini melakukan anjangsana silaturrahim ke komunitas warga binaan Pesantren Masyarakat...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img