AdvertisementAdvertisement

Jejak Kehidupan Nabi Sebelum Kenabian, Refleksi atas Lima Fase Pra-Wahyu

Content Partner

NABI Muhammad ﷺ adalah sosok yang Allah tetapkan sebagai teladan utama bagi umat manusia. Dalam diri beliau terpancar kecerdasan yang luar biasa, akhlak yang agung, kepemimpinan yang tegas sekaligus penuh kebijaksanaan.

Al-Qur’an menyebut beliau sebagai uswah hasanah, suri teladan yang baik, bagi siapa saja yang mengharap rahmat Allah, takut pada hari akhir, dan senantiasa mengingat-Nya.

Sejarah hidup Rasulullah bukan sekadar rentetan peristiwa, melainkan risalah tarbiyah Ilahi yang penuh makna. Setiap fase dalam kehidupannya, terutama sebelum turunnya wahyu, merupakan persiapan menuju amanah besar sebagai pembawa risalah terakhir.

Rasulullah ﷺ lahir pada 12 Rabi’ul Awwal tahun yang kemudian dikenal sebagai Tahun Gajah. Tahun itu dinamai demikian karena Abrahah, penguasa dari Yaman, datang dengan pasukan bergajah untuk menghancurkan Ka’bah.

Namun, kita tahu, Allah menggagalkan ambisi tersebut. Pasukan besar dengan persenjataan yang kuat luluh lantak hanya dengan burung-burung kecil yang melempar batu dari tanah liat panas.

Peristiwa ini menjadi isyarat bahwa Allah menjaga kesucian rumah-Nya sekaligus menandai kelahiran seorang nabi besar yang kelak akan membawa risalah bagi seluruh umat manusia.

Hikmah dari peristiwa tersebut sangat jelas bahwa sebesar apa pun kekuatan dan kesombongan manusia, semuanya tak berarti tanpa izin Allah. Pertolongan-Nya mampu datang dari arah yang sama sekali tidak terduga.

Hikmah Fase Pra Wahyu

Sebelum menerima wahyu, Rasulullah ﷺ melewati beberapa fase penting yang disebut pra-wahyu. Fase-fase ini tidak terlepas dari pengaturan Allah untuk membentuk kepribadian yang matang dan siap menerima amanah besar.

Pertama, fase keyatiman. Sejak dalam kandungan, Nabi telah kehilangan ayahnya. Pada usia enam tahun, ibunda beliau pun wafat, disusul wafatnya kakek yang mengasuhnya.

Sejak itu, beliau diasuh pamannya, Abu Thalib, yang hidup sederhana. Kehidupan sebagai yatim piatu mengajarkan Nabi pengalaman pahit sejak dini. Hal ini membentuk kepekaan sosial yang kelak tercermin dalam banyak ajaran Islam tentang kasih sayang kepada anak yatim.

Kedua, fase menggembala. Pada masa kecil, beliau bekerja sebagai penggembala kambing. Profesi sederhana ini melatih kesabaran, ketekunan, dan kepemimpinan.

Menggembala mengajarkan cara menjaga yang lemah, mengarahkan yang tersesat, dan melindungi dari bahaya. Semua keterampilan itu kelak berguna dalam membimbing umat manusia.

Ketiga, fase berdagang. Memasuki usia remaja, Muhammad ﷺ ikut berdagang bersama pamannya ke negeri Syam.

Kejujurannya dalam berniaga membuat beliau digelari al-Amîn, yang terpercaya.

Dari sini beliau belajar integritas, manajemen, serta pergaulan luas yang menyiapkan wawasan internasional dan geopolitik global. Nilai-nilai ini kelak menjadi modal dalam mengelola komunitas umat yang heterogen.

Keempat, fase berkhadijah. Dalam usia dewasa, beliau bekerja pada Khadijah, seorang saudagar perempuan terkemuka di Makkah.

Kejujurannya membuat Khadijah kagum hingga akhirnya mereka menikah.

Dari rumah tangga yang sakinah ini, Nabi mendapatkan dukungan moral dan emosional. Khadijah menjadi istri pertama sekaligus pendukung utama ketika wahyu pertama turun.

Kelima, fase bergua Hira’. Memasuki usia 35 tahun, Nabi sering melakukan tahannuts, menyepi di Gua Hira. Di sanalah beliau merenungi kondisi masyarakat Makkah yang tenggelam dalam penyembahan berhala dan krisis moral.

Proses ini beliau jalani untuk mencari ketenangan, berharap ada cahaya petunjuk. Tahannuts menjadi latihan spiritual yang menyiapkan batin beliau menyambut wahyu.

Wahyu Pertama yang Mengguncang

Pada suatu malam di bulan Ramadhan, ketika beliau menyendiri di Gua Hira, Malaikat Jibril datang membawa wahyu pertama.

Ayat yang diturunkan adalah surah Al-‘Alaq ayat 1–5, yang memerintahkan manusia untuk membaca dengan nama Tuhan, mengenal asal penciptaannya, serta menghargai ilmu pengetahuan sebagai anugerah mulia.

Wahyu pertama ini lantas mengguncang peradaban dunia yang menegaskan konsep dasar pandangan hidup Islam mengenai ketuhanan, tauhid, penciptaan, peran manusia, pentingnya ilmu, serta kemuliaan yang bersumber dari pengetahuan.

Dengan turunnya wahyu ini, Muhammad ﷺ resmi diangkat sebagai nabi dan rasul terakhir.

Fase pra-wahyu menunjukkan bahwa Allah tidak menelantarkan Nabi Muhammad ﷺ, melainkan mempersiapkannya. Kesulitan masa kecil menumbuhkan kepekaan sosial. Profesi menggembala menanamkan kesabaran dan kepemimpinan.

Demikian pula, pengalaman berdagang melatih kejujuran dan kemampuan manajerial beliau. Kehidupan berumah tangga bersama Khadijah memberikan keteguhan batin. Dan, tahannuts di Gua Hira mematangkan spiritualitas beliau.

Semua itu adalah bekal untuk mengemban misi besar dalam rangka menyempurnakan akhlak mulia.

Nabi ﷺ menegaskan bahwa kehadirannya diutus oleh Allah untuk membimbing manusia agar berakhlak luhur, jauh dari kesombongan dan keserakahan, serta memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap sesama.

Wahyu yang Mencerahkan Peradaban

Al-Qur’an kemudian turun secara bertahap selama 23 tahun, sebagai cahaya penuntun peradaban yang menata akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah.

Kehidupan masyarakat Arab pun berubah drastis dari jahiliyah menuju peradaban yang disebut oleh sejarawan Barat sebagai salah satu bangsa paling beradab dan progresif dalam sejarah.

Perubahan ini dimulai dari pembentukan paradigma tentang Tuhan, manusia, alam semesta, kebahagiaan, kebenaran, ilmu, dan hari akhir.

Hidup Rasulullah ﷺ sebelum kenabian adalah potret tarbiyah Ilahi yang penuh hikmah.

Dengan bimbingan wahyu, Nabi Muhammad ﷺ berhasil merombak pola pikir dan cara pandang umat manusia menuju peradaban yang bercahaya.

*) Ust. H. Ahmad MS, penulis Ketua Dewan Murabbi Wilayah Hidayatullah Sulawesi Tenggara

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Pesantren Hidayatullah di Tapanuli Terdampak Banjir Bandang, Relawan Berjuang di Akses Terputus

TAPTENG (Hidayatullah.or.id) -- Bencana banjir bandang yang melanda wilayah Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan pada awal November 2025 menimbulkan...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img