AdvertisementAdvertisement

Kerja Bakti Kolosal Hidayatullah, Merawat Tradisi Menyemai Kebersamaan

Content Partner

BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) — Menjelang Musyawarah Nasional (Munas) ke-6 ormas Hidayatullah, aroma kebersamaan kembali mengudara dari Gunung Tembak, Balikpapan.

Di tengah hiruk-pikuk persiapan acara besar itu, warga pondok pesantren, santri, hingga dosen tak sibuk dengan rapat atau seremonial—melainkan dengan cangkul, serok, dan semangat gotong royong.

Pagi yang cerah di Ahad, 20 Rabi’ul Akhir 1447 (12/10/2025), menjadi saksi bagaimana kebersamaan khas Indonesia menemukan napasnya di pesantren.

Sekretaris Pembina Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah, Ustadz Abdul Latief Usman, menegaskan bahwa kerja bakti bukan sekadar rutinitas bersih-bersih.

“Kerja bakti ini adalah bentuk kebersamaan dan tradisi positif yang telah berlangsung turun-temurun di Gunung Tembak,” ujarnya di sela kegiatan.

Menurutnya, kegiatan semacam ini memperkuat ikatan sosial sekaligus menjadi cermin nilai yang diwariskan para pendiri pesantren.

Sejak pagi, seluruh lapisan warga pesantren berbaur tanpa sekat. Santri, mahasantri, guru, ustadz, hingga para pembimbing dan pengurus bahu-membahu membersihkan empang besar di area pesantren.

Mereka mencabut eceng gondok, memungut sampah, dan menata kembali keindahan danau yang menjadi pusat kehidupan kampus tersebut.

Di antara tawa dan keringat, semangat kolektif menyala. “Ayo angkat! Satu, dua, tiga. Allahu Akbar!” seruan itu menggema, disambut sorak para santri yang penuh antusias.

Pemandangan ini seakan meneguhkan makna gotong royong yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Dalam bingkai keislaman, kerja bakti di Gunung Tembak tak ubahnya bentuk nyata dari ukhuwah dan kesalehan sosial. Di sinilah nilai luhur bangsa bertemu dengan nilai iman, melebur dalam tindakan sederhana namun bermakna: membersihkan lingkungan bersama-sama.

Salah seorang santri dengan nada riang menyebut kegiatan itu “seru dan asyik.” Ungkapan ringan nan tulus itu menggambarkan suasana penuh keakraban di tengah lumpur dan tumpukan eceng gondok. Tak ada rasa lelah yang tersisa, hanya kepuasan melihat danau kembali bersih, memantulkan langit biru Balikpapan.

Setelah kerja keras berjam-jam, kegiatan ditutup dengan makan bersama di tepi danau. Kue dan nasi bungkus hasil patungan warga dibagikan dan disantap bersama, menambah rasa kekeluargaan yang hangat. Tanpa seremoni, tanpa podium, hanya canda, tawa, dan rasa syukur yang mengalir di antara sendok nasi.

“Selamat Musyawarah Nasional VI Hidayatullah,” ucap Sekretaris YPPH Balikpapan, Ustadz Abul A’la Maududi, menutup kegiatan dengan nada penuh harap.

Kerja bakti hari itu bukan hanya persiapan menyambut Munas, demikian Maududi menyiratkan, tetapi juga pernyataan simbolik bahwa kekuatan sejati organisasi ini lahir dari kebersamaan, dari tubuh tubuh yang rela letih dan berpeluh demi kebaikan bersama.

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Dari Data hingga Dakwah Kampus, Jateng Diproyeksikan Jadi Poros Baru Hidayatullah

SEMARANG (Hidayatullah.or.id) -- Musyawarah Wilayah (Muswil) V Hidayatullah Jawa Tengah yang digelar pada 1-2 Jumadil Akhir 1447 (22–23/11/2025) menjadi...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img