KETIKA seseorang telah berhasil melakukan kebaikan, sikap jemawa amat ditekankan jangan sampai muncul ke permukaan. Apalagi menjelma jadi kepribadian.
Hal ini karena amal yang menjadikan seseorang ujub (bangga secara salah) akan membuat dampak dan nilainya menjadi negatif bahkan “nol”.
Lebih jauh, kalau apa yang diobsesikan tidak terwujud, patah semangat akan mudah datang dan akhirnya frustasi lalu menyerah dalam amal-amal kebaikan.
Oleh karena itu harus selalu kita sadari bahwa langkah penting yang mesti kita jalankan setiap saat adalah memeriksa dalam hati, apakah iman yang dominan, ataukah telah kalah oleh kepalsuan.
Warning Ustadz Abdullah Said
Dalam teks khutbah Idul Fitri 1403 H/ 1982 M yang ditulisnya, Pendiri Hidayatullah Ustadz Abdullah Said menekankan hal tersebut.
“Sebelum tandang ke gelanggang, mari periksa dengan jujur, teliti baik-baik diri kita. Apa sudah iman yang bicara atau kepalsuan? Uji kembali niat itu. Tengok dulu rumah tangga kita! Apakah terasa sinar Islam memancar? Apa terlihat ada warna Islam (begitu terang)?”
Kalimat itu bukan sekadar bagus karena menarik diksi dan rangkaiannya.
Tetapi lebih jauh itu adalah perenungan seorang visioner dalam mendorong umat Islam, terkhusus kader kader Hidayatullah untuk segera beres niat dalam dirinya dalam berjuang melalui dakwah dan tarbiyah.
Tidak akan berhasil sebuah perjuangan membangun peradaban Islam kalau nawaitunya bermasalah. Atau radar dari niatnya hanya bisa melihat aspek bendawi yang fana.
Kalau iman yang kuat, kepalsuan akan sirna. Dan, kalau niat tegak di atas iman, alamat kemenangan tinggal menunggu waktu. Syaratnya terus istiqomah, melangkah dalam koridor taqwa secara terus menerus.
Jaminan Datangnya Pertolongan Allah
“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” (QS. Al-Mu’min: 51).
Islam ini agama Allah. Tidak akan ada yang bisa menang dalam memperjuangkan Islam kecuali orang yang benar benar memperhatikan iman di dalam hatinya.
Oleh karena itu, selain aspek manajerial, leadership, dan penguatan keorganisasian terus dilakukan, perhatian terhadap pemeliharaan bahkan penajaman iman tidak bisa kita abaikan.
Apalagi masyarakat global sekarang dalam kebingungan. Uang semakin mudah diperoleh, pekerjaan juga banyak jenisnya, tetapi bahagia mengapa seakan tak terjangkau.
Tidak lain karena iman kita biarkan merana. Bahkan dalam kebaikan yang orang lakukan, seringkali niat tidak benar-benar diperhatikan. Kalau kondisinya begitu, bagaimana mau menang. Bahagia dan hidup tenang saja seakan susah didapatkan.
Jadi, selalulah sadar untuk mengutamakan pemeriksaan niat, agar iman dan bahagia semakin hari semakin kokoh, menyinari kehidupan dengan energi kebaikan dan kemuliaan.*[]
*) Penulis adalah Direktur Progressive Studies & Empowerment Center (Prospect) | Ketua Umum PP Pemuda Hidayatullah 2020-2023. Publikasi pokok pokok pikiran Ustadz Abdullah Said ini atas kerjasama Media Center Silatnas Hidayatullah dan Hidayatullah.or.id dalam rangka menyambut Silatnas Hidayatullah 2023