AdvertisementAdvertisement

Hidayatullah Tekankan Pengajaran Al Qur’an sebagai Fondasi Pencerdasan Kehidupan Bangsa

Content Partner

JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, K.H. Naspi Arsyad, menegaskan pentingnya pengajaran Al Qur’an bagi masyarakat sebagai bagian integral dari amanat konstitusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Naspi Arsyad menekankan bahwa pendidikan dan pembinaan masyarakat melalui Al Qur’an bukan sekadar kegiatan dakwah, melainkan kontribusi langsung terhadap tujuan negara sebagaimana tertuang dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945.

“Mengajarkan Al Qur’an berarti mengajarkan kecerdasan akal, kejernihan moral, dan ketertiban sosial. Itu semua adalah bagian dari ikhtiar mencerdaskan kehidupan bangsa,” ujarnya kepada media ini usai menerima pengurus Badan Koordinasi Pembinaan Tilawatil Qur’an (BKPTQ) Hidayatullah di Jakarta, Kamis, 15 Jumadilawal 1447 (6/11/2025).

Ia menambahkan bahwa Pasal 31 UUD 1945 tentang pendidikan memberikan dasar kuat bagi umat Islam untuk terlibat aktif dalam memperluas akses pembelajaran yang bermutu.

Pertemuan tersebut juga membahas berbagai program pembinaan yang sedang dijalankan BKPTQ, termasuk perluasan program Grand MBA dan metode belajar Al Qur’an cepat Metode Al-Hidayah. Naspi Arsyad mendorong agar kedua program strategis ini terus dikembangkan, diperkuat secara metodologis, dan diperluas jangkauannya ke berbagai wilayah.

“Kami mendorong BKPTQ dan seluruh elemen pembinaan umat untuk memperkuat kapasitas, memperluas jaringan, dan bekerja dalam sinergi. Program Grand MBA dan metode Al-Hidayah telah memberikan bukti nyata di lapangan dan harus terus ditingkatkan,” katanya.

Lebih jauh Naspi memaparkan, pembelajaran Al Qur’an tidak hanya menyangkut kemampuan membaca teks, tetapi juga pembentukan karakter, literasi moral, dan peningkatan kemampuan berpikir.

Dia menyebutkan, dalam banyak studi tentang pendidikan Islam, Al Qur’an dipandang sebagai sumber pedagogi yang mengintegrasikan akal, etika, dan spiritualitas. Dalam konteks negara modern, jelasnya, integrasi ketiganya menjadi modal penting untuk menciptakan warga negara yang cerdas, berintegritas, dan mampu berkontribusi pada ketertiban sosial.

“Kecerdasan bangsa bukan semata kemampuan teknis, tetapi juga mencakup kedewasaan moral. Pembelajaran Al Qur’an, terutama melalui pendekatan metode cepat yang terukur seperti Grand MBA dan Metode Al-Hidayah, membantu masyarakat memperoleh literasi dasar secara sistematis. Keterampilan membaca Al Qur’an yang baik berdampak pada peningkatan disiplin kognitif, keteraturan berpikir, dan kemampuan memahami nilai-nilai etis, yang merupakan komponen penting dari pendidikan kebangsaan,” terangnya.

Naspi Arsyad juga menekankan perlunya sinergi lintas-elemen umat Islam, baik lembaga pendidikan, ormas, pesantren, maupun struktur pembinaan di akar rumput. Menurutnya, tidak ada program pengajaran Al Qur’an yang berdampak luas tanpa sinergi.

“Kita harus saling memperkuat, saling menopang, dan saling membangun ruang kolaborasi,” tegasnya. Ia mengingatkan bahwa tantangan dakwah ke depan semakin kompleks, sehingga kolaborasi menjadi kebutuhan strategis.

Penguatan sinergi tersebut menurutnya relevan dengan dinamika sosial saat ini, ketika kualitas literasi Al Qur’an di sebagian masyarakat masih belum merata. Dalam konteks pembangunan nasional, ketimpangan literasi, baik literasi umum maupun literasi keagamaan, menurutnya, dapat berdampak pada kesenjangan sosial dan lemahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

“Oleh karena itu, program pembinaan Qur’ani yang terstruktur memiliki kontribusi strategis dalam memperkecil kesenjangan tersebut,” imbuhnya.

Pertemuan tersebut ditutup dengan komitmen BKPTQ untuk memperluas kualitas pelatihan guru mengaji, meningkatkan standar metode pembelajaran, serta memaksimalkan teknologi dalam memperluas akses masyarakat terhadap pengajaran Al Qur’an.

Naspi Arsyad menegaskan bahwa DPP Hidayatullah akan terus mendukung upaya tersebut dalam rangka memastikan bahwa pembelajaran Al Qur’an hidup di tengah masyarakat, hadir sebagai cahaya peradaban, dan menjadi bagian dari usaha mencerdaskan bangsa sebagaimana amanat konstitusi.

Editor: Adam Sukiman
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Makna Rezeki yang Melapangkan Hati dalam Refleksi Surah Al-Fajr

JAKARTA (Hidayatullah.or.id) -- Refleksi keagamaan adalah ruang bagi setiap muslim untuk mengurai kembali makna hidup yang sering kali tertutup...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img