AdvertisementAdvertisement

KHUTBAH JUM’AT Dua Do’a Penjaga Hati dan Jalan Menuju Husnul Khatimah

Content Partner

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ, فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SWT,

Setiap kita mendambakan akhir kehidupan yang baik, husnul khatimah, sebuah penutup hidup yang menjadi pintu menuju rahmat dan surga Allah.

Namun, husnul khatimah tidak pernah hadir secara tiba-tiba. Ia bukan keberuntungan, bukan hadiah yang turun tanpa sebab, melainkan buah dari iman yang dijaga dan amal yang dilakukan secara istiqomah.

Istiqomah berarti terus beriman, terus beramal, terus berjalan dalam ketaatan tanpa putus meski berat.

Karena sesungguhnya istiqomah adalah mahkota bagi orang-orang yang teguh, dan salah satu karunia terbesar yang Allah berikan kepada hamba yang dicintai-Nya.

Karena beratnya istiqomah, Allah dan Rasul-Nya mengajarkan kepada kita doa-doa khusus agar hati ini tidak tergelincir.

Doa Pertama: Ya Muqallibal Qulub

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Ada satu kisah agung yang diriwayatkan dari Sahabat Syahr bin Hawsyab. Suatu ketika ia bertanya kepada Ummu Salamah, salah satu istri Rasulullah SAW:

يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ مَا كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا كَانَ عِنْدَكِ

“Wahai Ummul Mukminin, apa doa yang paling sering dipanjatkan Rasulullah SAW ketika beliau berada di sisimu?”

Pertanyaan sederhana, namun penuh makna. Ia ingin mengetahui apa yang menjadi perhatian utama seorang Nabi, manusia terbaik, maksum, yang hatinya dijaga Allah.

Ummu Salamah pun menjawab:

كَانَ أَكْثَرُ دُعَائِهِ: يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

“Doa yang paling sering dibaca Nabi SAW adalah: Ya Muqallibal Qulub, tsabbit qalbi ‘ala dinik — Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”

Sahabat tidak berhenti sampai di situ; ia ingin tahu mengapa doa tersebut begitu sering dibaca. Ummu Salamah pun bertanya kepada Rasulullah SAW, dan beliau menjawab:

يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِيٌّ إِلَّا وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ، فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ، وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ

“Wahai Ummu Salamah, tidak ada seorang pun anak Adam kecuali hatinya berada di antara dua jari dari jari-jari Allah. Siapa yang Allah kehendaki, Dia teguhkan. Dan siapa yang Dia kehendaki, Dia sesatkan.”

Subhanallah… Nabi yang maksum saja masih memohon keteguhan hati. Bagaimana dengan kita—umatnya, manusia biasa yang imannya naik turun, sering lalai, sering lemah, sering tergoda? Bukankah kita jauh lebih butuh untuk memohon agar hati ini tetap teguh?

Doa Kedua: Rabbana La Tuzigh Qulubana

Doa berikutnya diajarkan langsung oleh Allah melalui Al-Qur’an. Mu’adz bin Mu’adz membacakan ayat agung dalam Surah Ali Imran ayat 8:

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً ۚ اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau beri kami petunjuk. Karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu; sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.” (QS. Ali Imran: 8)

Selain sebagai sebuah lafas doa, ayat ini adalah pengakuan bahwa hati manusia begitu rapuh.

Betapa banyak orang yang dulunya shalat, puasa, bahkan haji, namun tergelincir perlahan—oleh lingkungan, pekerjaan, pergaulan, godaan, hingga akhirnya hilang dari jalan iman. Nau’dzu billahi min dzalik.

Allah tahu kelemahan kita. Karena itu Dia mengajarkan doa agar kita diselamatkan dari penyimpangan setelah mendapat petunjuk.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Rasulullah SAW juga menegaskan satu kaidah penting tentang amal yang dicintai Allah. Dari Aisyah RA, beliau berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

“Amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang kontinu meskipun sedikit.” (HR. Muslim)

Mengapa amal sedikit tapi rutin lebih dicintai Allah? Karena istiqomah melahirkan karakter. Ia membentuk keteguhan, kesabaran, dan penghambaan yang tulus.

Amal yang dilakukan terus-menerus menunjukkan bahwa iman telah meresap hingga menjadi gaya hidup, bukan emosi sesaat.

Istiqomah itu tidak mudah. Tetapi dari istiqomah-lah terbit cahaya iman yang stabil, akhlak yang lembut, dan jiwa yang tenang.

Setiap kita ingin dicintai Allah. Maka salah satu jalannya adalah memiliki amal yang rutin seperti wirid pagi dan sore, bacaan Al-Qur’an harian, sedekah setiap pagi, shalat sunnah rawatib, puasa Senin–Kamis, atau amalan lain yang kita mampu jaga.

Yang penting bukan besar atau kecilnya, tetapi rutinitas dan keikhlasannya.

Namun, ada satu hal penting lagi, yaitu hidup berjamaah dan berada dalam kepemimpinan umat. Tanpa jamaah, kita mudah goyah.

Tanpa saudara yang mengingatkan, kita mudah lalai. Tanpa pemimpin yang membimbing, kita mudah terseret arus dunia.

Jamaah atau komunitas ini adalah tempat kita saling menegur, saling menguatkan, saling mengingatkan ketika futur, ketika malas, ketika iman turun. Inilah cara paling kuat menjaga istiqomah.

Khutbah Kedua

الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على سيد المرسلين، محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

Hadirin yang dirahmati Allah,

Istiqomah bukan sekadar kemampuan pribadi, tetapi karunia besar dari Allah. Karena itu, jangan berhenti memohon, jangan berhenti berdoa.

Mari kita berupaya mengamalkan dua doa agung tadi setiap selesai shalat, dan pada waktu-waktu mustajab. Sertakan diri kita dalam amal jamaah, perkuat hubungan dengan sesama, dan rutinkan ibadah yang mampu kita teruskan.

Semoga Allah menjadikan kita hamba yang teguh, yang istiqomah hingga akhir, dan dikumpulkan dalam golongan orang-orang yang dicintai-Nya.

اللهم يا مقلب القلوب ثبت قلوبنا على دينك، ولا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا، وهب لنا من لدنك رحمة، إنك أنت الوهاب. اللهم اجعلنا من عبادك الصالحين، وثبت أقدامنا على طاعتك حتى نلقاك وأنت راضٍ عنا

عباد الله،
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

فاذكروا الله العظيم يذكركم، واشكروه على نعمه يزدْكم، ولذكر الله أكبر، والله يعلم ما تصنعون

(Untuk mengunduh naskah ini ke format PDF, klik icon “print” pada share button di bawah lalu pilih simpan file PDF)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Hidayatullah Perkuat Literasi Kesehatan di Kalangan Santriwati Lewat Edukasi Reproduksi

BEKASI (Hidayatullah.or.id) -- Dalam upaya memperkuat kesadaran kesehatan di kalangan generasi muda, Pondok Pesantren Ashabul Kahfi Putri Bekasi menjadi...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img