
DEPOK (Hidayatullah.or.id) — Dalam menyongsong datangnya bulan suci Ramadhan yang tinggal menghitungh hari, Ketua Departemen Rekrutmen dan Pembinaan Anggota Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Ustaz Iwan Abdullah, M.Si., menyampaikan tiga pesan penting yang dapat menjadi bekal menuju ke sana.
Dalam kajian yang disampaikannya pada akhir pekan lalu, ia menekankan pentingnya ilmu, amalan puasa di bulan Sya’ban, serta kekuatan doa sebagai pilar utama persiapan menuju bulan penuh berkah ini.
Ustaz Iwan mengawali pesannya dengan menegaskan bahwa pemahaman terhadap bulan Ramadhan akan semakin meningkatkan penghormatan dan penghargaan terhadapnya.
“Tak kenal maka tak sayang, demikian pula dalam menyambut bulan Ramadhan. Semakin seseorang memahami derajat dan keutamaan bulan ini, semakin tinggi pula penghormatan yang akan ia berikan,” tuturnya seperti dalam catatan media ini, Senin, 18 Syaban 1446 (17/2/2025).
Ia menjelaskan bahwa dalam Islam, ilmu menjadi fondasi dalam menjalankan ibadah. Pemahaman yang mendalam akan makna puasa, keutamaan amal ibadah, serta hikmah yang terkandung di dalamnya akan menjadikan seorang Muslim lebih khusyuk dalam menjalankan ibadahnya.
“Oleh sebab itu, memperdalam ilmu tentang Ramadhan menjadi langkah awal dalam menyongsong bulan yang penuh rahmat ini,” katanya.
Selain mendalami ilmu, Iwan menekankan pentingnya memperbanyak puasa di bulan Sya’ban sebagai bentuk persiapan diri. Merujuk pada kehidupan Nabi Muhammad SAW, bulan Sya’ban merupakan bulan di mana Rasulullah lebih sering berpuasa dibanding bulan-bulan lainnya, selain Ramadhan.
“Banyak riwayat sahih dari para sahabat yang menuturkan bahwa Rasulullah memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Tujuannya adalah sebagai latihan dan persiapan sebelum memasuki bulan suci Ramadhan yang penuh keutamaan,” jelasnya.
Puasa bukan hanya sebatas menahan lapar dan dahaga, tetapi juga melatih diri dalam mengendalikan emosi dan hawa nafsu.
Dengan membiasakan diri berpuasa di bulan Sya’ban, terang dia mengingatkan, seorang Muslim akan lebih siap dalam menghadapi tantangan ibadah di bulan Ramadhan dengan hati yang lebih tenang dan tekad yang lebih kuat.
Selain ilmu dan latihan spiritual melalui puasa, doa menjadi aspek yang tak kalah penting dalam menyambut Ramadhan. Iwan menekankan bahwa manusia sejatinya bukanlah siapa-siapa tanpa pertolongan Allah. Oleh sebab itu, doa yang tulus dan istiqamah menjadi penjaga stabilitas spiritual serta bentuk ketundukan kepada Sang Pencipta.
“Doa adalah ibadah sekaligus senjata orang beriman. Nabi telah mengajarkan banyak doa yang dapat kita amalkan, khususnya dalam menyambut bulan suci Ramadhan,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa bulan Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan memiliki filosofi mendalam di kalangan para ulama. Jika bulan Rajab diibaratkan sebagai masa menanam niat baik, maka bulan Sya’ban adalah waktu untuk merawatnya dengan tekad dan konsistensi. Sementara itu, bulan Ramadhan menjadi musim panen di mana umat Islam memetik hasil dari segala persiapan spiritual yang telah dilakukan sebelumnya.
“Ramadhan adalah musim panen. Saatnya kita memetik hasil jerih payah dan menikmatinya dengan kesenangan spiritual yang paripurna,” imbuhnya menekankan.
Iwan menambahkan, bahwa ilmu, amalan puasa di bulan Sya’ban, serta doa yang tulus menjadi tiga nilai utama dalam menjalani bulan penuh rahmat ini dengan lebih bermakna.
“Dengan pemahaman dan persiapan yang baik, diharapkan Ramadhan kita tidak hanya semata menahan lapar dan dahaga, tetapi juga momentum untuk memperkuat hubungan dengan Allah serta meningkatkan kualitas ibadah dan kehidupan secara keseluruhan,” tandas pria asal Penajam Paser Utara ini.*/
(Laporan naskah oleh Faisal Daariy dan foto oleh Mercyvano Ihsan, santri kelas IX peserta kelompok Program Lifeskill Jurnalistik Sekolah Integral Hidayatullah Depok Angkatan 2024)