DEPOK (Hidayatullah.or.id) – Dinamika kekinian tidak bisa direspon dengan cara lama, dai sebagai pegiat dakwah mesti menjadi bagian dari problem solver dari setiap masalah yang ada di tengah-tengah masyarakat.
“Dai tidak melulu dakwah di atas mimbar. Harus juga mampu menjadi bagian penting dalam penyelesaian permasalahan masyarakat di lapangan. Ada banjir, turun. Bukan evakuasi tapi sadarkan umat untuk saling peduli,” terang dai senior Hidayatullah, DR. Abdul Mannan, MM dalam paparan materinya di hadapan dai BMH se-Jabodebek (6/2).
Lebih jauh, pria yang malang melintang dalam dunia dakwah di Indonesia ini menegaskan bahwa tantangan apapun harus bisa ditaklukkan oleh setiap dai.
“Sekarang ini tidak ada tantangan berat, melainkan mindset hidup. Dulu, saat fasilitas hidup tak secanggih sekarang, effort dai dalam dakwah luar biasa. Sekarang, fasilitas sudah ada, silaturrahim jarang, dakwah hanya yang mudah. Alasannya apa, capek, macet dan sebagainya. Dai tidak boleh demikian,” tegasnya.
Shofiyullah seorang dai muda dari Cisarua Bogor mengaku semangat setelah mengikuti upgrading dai ini.
“Benar memang yang disampaikan oleh DR. Abdul Mannan, dai mesti bisa menjadi bagian solusi. Insya Allah akan kami terapkan di tempat tugas kami,” katanya.
Upgrading dai ini diselenggarakan di tengah situasi umat dilanda beragam persoalan, termasuk sisi kebencanaan.
“Nah bagaimana dai juga bisa menjadi garda terdepan dalam merespon masalah ini. Agar masyarakat atau umat bisa lebih cerdas dalam bersikap dan kian meningkat sisi kepeduliannya dalam membantu sesama, khususnya mereka yang diuji dengan musibah seperti banjir, tanah longsor dan lain sebagainya,” terang Direktur Operasional BMH DKI Jakarta, Rama Wijaya.
Di hari dan jam yang sama, saat sebagian dai mengikuti upgrading dai, relawan BMH bersama SAR Hidayatullah juga sedang berjibaku di lapangan membantu evakuasi korban banjir Jakarta yang berlangsung dua hari satu malam.*/Herim