
JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Perwakilan pengurus Hidayatullah dari wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten mengikuti Dialog Peradaban bertajuk “Refleksi Sejarah dan Penguatan Aqidah dalam Membangun Peradaban Islam”, Kamis, 6 Shafar 1447 (31/7/2025).
Acara ini digelar di Aula Orny Loebis Pusat Dakwah Hidayatullah menghadirkan empat narasumber utama dari Dewan Pengurus Pusat dan Majelis Syura Hidayatullah.
Kegiatan ini merupakan bagian dari penguatan arah perjuangan organisasi menuju fase baru kaderisasi dan dakwah. Turut hadir sebagai narasumber KH. Abdurrahman Muhammad, KH. Abdul Aziz Qahhar Muzakkar, KH. Hamim Thohari, dan KH. Nursyamsa Hadis.
Sesi pertama membahas urgensi transisi organisasi. Ia mengingatkan peserta agar siap mengelola perubahan yang terus berlangsung dalam tubuh organisasi.
“Perkembangan Hidayatullah menuntut kesiapan struktur dan kader dalam menjemput fase baru perjuangan dakwah. Ini bagian dari sunnatullah perjuangan,” ujar Nursyamsa di hadapan peserta.
Berikutnya, narasumber memaparkan sejarah kaderisasi dan perlunya evaluasi sistem tarbiyah. Menurutnya, perjuangan organisasi tak lepas dari konsistensi membina generasi.
“Kita harus belajar dari jejak para kader pendahulu. Dari situ kita perbaiki karakter, militansi, dan sistem pembinaan yang ada,” terang Abdul Aziz yang juga anggota DPD RI 3 periode ini.
Paparan berikutnya dalam nuansa reflektif yang menyoroti arah perjuangan organisasi dari kacamata Al-Qur’an.
Narasumber mengutip pertanyaan filosofis dalam Surah At-Takwir (81):26, “Maka ke mana kamu akan pergi?”, yang dijawab oleh semangat Nabi Ibrahim dalam Surah As-Saffat (37):99–100: menuju Rabb dan memohon generasi yang shalih.

Hamim mengajak kader untuk terus menegaskan arah gerak perjuangan dalam bingkai misi profetik, termasuk menjadikan Musyawarah Nasional (Munas) VI Hidayatullah mendatang sebagai momentum refleksi bersama.
“Munas Hidayatullah adalah arena muhasabah nasional untuk memastikan bahwa jalan yang kita lewati adalah jalan yang benar. Sedangkan jalan yang akan kita tempuh ke depan adalah jalan yang efektif dan efisien,” pesannya.
Sesi terakhir digelar dialog interaktif dan menjawab berbagai pertanyaan peserta. Diskusi ini membahas tantangan aktual, mulai dari reformasi struktur internal hingga peran strategis kader dalam peta dakwah nasional dan global.
Seluruh sesi berjalan dinamis. Peserta aktif bertanya dan memberikan catatan. Kehadiran tokoh senior dalam forum ini memberikan penguatan ideologis dan strategi pergerakan yang lebih terarah.