
DALAM Al-Qur’an, paling tidak terdapat tiga kisah pencarian SDM (sumber daya manusia) dengan karakter tertentu untuk memikul amanah tertentu.
Dan, sebagaimana lazimnya kisah-kisah Qur’ani, selalu terdapat ibroh (pelajaran) di dalamnya. Artikel ini akan membawa kita untuk mengkajinya satu per satu.
Pertama, hafizhun ‘alim dalam kisah Nabi Yusuf ‘alaihis salam.
Setelah melalui serangkaian kisah hidup yang berliku, akhirnya beliau sampai di hadapan Raja Mesir.
Beliau diminta menjelaskan arti mimpi sang Raja, dan kemudian ditunjuk menempati kedudukan yang sangat mulia.
“Dan raja berkata: ‘Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku.’ Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata: ‘Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami.’” (QS. Yusuf: 54).
Dijelaskan pula bahwa Nabi Yusuf kemudian memilih sebagai bendaharawan negara, khususnya untuk hasil panen.
“Berkata Yusuf: ‘Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga (hafizh), lagi berpengetahuan (‘alim).” (QS. Yusuf: 55).
Menurut Imam al-Qurthubi (Tafsir, IX/212-213), makna hafizhun ‘alim adalah pandai menjaga apa yang ditugaskan kepadanya dan sangat mengerti tentang urusan yang diserahkan kepadanya.
Menurut pendapat lain, maknanya pandai menghitung dan tertib mencatat. Ada juga yang menafsirkan: pandai menjaga kadar timbangan bahan makanan dan sangat mengerti bagaimana mengelola tahun-tahun paceklik.
Lebih detil, Imam Ibnul Jauzi (Zadul Masir, II/449-450) mencatat tiga penafsiran. Pertama, pandai menjaga amanat yang diberikan dan sangat mengerti kapan terjadinya masa paceklik. Ini diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas.
Kedua, serupa dengan yang pertama, yang ditafsirkan al-Hasan. Ketiga, pandai menjaga perhitungan dan sangat mengerti bahasa yang berlainan, sebab banyak penduduk negeri sekitar yang akan datang ke Mesir untuk meminta bahan makanan sedang bahasa mereka berbeda-beda. Ini dikemukakan as-Suddi.
Singkatnya, SDM yang tepat harus dua memiliki sifat. Pertama, teguh dalam menjalankan tugas, tekun, bisa diandalkan. Kedua, memiliki pengetahuan yang mendalam di bidangnya.
Penguasaan lebih dari satu bahasa bisa menjadi nilai plus. Maka, bila hendak merekrut guru, dosen, pegawai, karyawan, dsb pastikan si calon memiliki keduanya.
Tentu saja, ini sifat-sifat yang sangat bagus untuk level staf dan bawahan, apalagi untuk jenjang manajer dan leader (pemimpin).
Kebalikannya adalah pemimpin dan staf yang tidak tekun, tak bisa diandalkan, cepat bosan; apalagi jika dia juga minim ilmu dan bodoh. Musibah!
Kedua, qawiyyun amin dalam kisah Nabi Musa ‘alaihis salam.
Dituturkan, setelah mengalami insiden pembunuhan seorang bangsa Mesir, beliau lari dari kota menuju pedalaman dan padang gurun.
Dalam situasi ketakutan dikejar tentara Fir’aun dan kebingungan di tanah asing, beliau melihat sekelompok penggembala kambing yang sedang memberi minum ternaknya.
Tapi, di luar mereka terlihat dua gadis yang menyendiri bersama ternaknya, tidak ikut berdesakan bersama para lelaki penggembala lain.
Karena merasa aneh, beliau mendekati keduanya. Akhirnya beliau mengetahui bahwa keduanya memiliki ayah yang sudah berusia lanjut, yang tidak mampu menggembala ternaknya.
Dua gadis yang sangat berbakti. Dengan tulus beliau menawarkan bantuan. Maka, ternak-ternaknya segera mendapatkan minuman dan mereka bisa pulang lebih cepat dari biasanya.
Tentu saja, sang ayah keheranan. Tapi, dari cerita putrinya ia segera tahu alasannya. Kemudian, “Salah seorang dari kedua gadis itu berkata: ‘wahai ayah, ambillah dia sebagai orang yang bekerja (pada kita). Sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS. Al-Qashash: 26).
Imam Ibnu Katsir (Tafsir, VI/229) menyitir dari Umar, Ibnu Abbas, Syuraih, Ibnu Ishaq, dan lain-lain bahwa ketika si gadis menyebutkan kedua sifat itu – yakni: qawiyyun amin – sang ayah bertanya, “Bagaimana kamu mengetahuinya?”
Si gadis menjawab, “Dia mengangkat batu (penutup sumur) yang hanya bisa diangkat oleh sepuluh orang. Dan ketika aku hendak pulang bersamanya, aku maju untuk berada di depannya. Lalu ia berkata: ‘Silakan Anda di belakangku! Bila saya salah jalan, lemparkan batu kecil kepadaku agar saya tahu mana jalan yang tepat, agar saya mendapat petunjuk.”
Dalam Tafsir ath-Thabari (XIX/563) kisahnya dikutip lebih gamblang. Konon, batu penutup mulut sumur itu hanya mampu digeser tigapuluh orang. Nabi Musa menggesernya sendirian.
Kekuatan fisik beliau memang luar biasa. Sebagai seseorang yang dibesarkan di istana Fir’aun, bahkan diangkat anak olehnya, beliau pasti memperoleh segala yang terbaik. Allah mengokohkan fisik beliau melaluinya.
Ditambahkan, beliau selalu menundukkan pandangan selama berbicara dengan kedua gadis tersebut.
Saat itu juga sedang musim angin, sehingga ketika diajak menemui sang ayah, beliau meminta berada di depan si gadis karena khawatir tiupan angin menyingkap aurat si gadis atau membentuk lekuk-liuk tubuhnya di balik pakaiannya. Ini menggambarkan sifat amanah beliau.
Kisah ini mengisyaratkan dua kualitas terbaik bagi pekerja yang hendak direkrut. Yaitu memiliki kualitas fisik yang tangguh dan karakteristik mental yang kokoh. Bila hanya salah satu yang dimiliki, pekerjaan yang diberikan kepadanya takkan maksimal bahkan disalahgunakan.
Seseorang yang berfisik kuat tetapi mentalnya bejat, pasti berbahaya. Sebaliknya, pekerja yang bisa dipercaya tetapi sering keluar-masuk Rumah Sakit jelas tidak akan optimal. Wallahu a’lam.
*) Ust. M. Alimin Mukhtar, penulis pengasuh Yayasan Pendidikan Integral (YPI) Ar Rohmah Pondok Pesantren Hidayatullah Batu, Malang, Jawa Timur