KALAU kita mendapat pertanyaan, apa yang membuat diri senang, tertarik, atau bahkan penuh semangat datang ke Silatnas di Gunung Tembak, kira-kira apa jawaban yang akan kita berikan.
Saya menemui beberapa kader muda mengatakan bahwa dirinya sampai sekarang belum punya alasan kuat mengapa datang ke Gunung Tembak, menghadiri Silaturrahim Nasional.
Sayangnya, ketika dia mengatakan itu, upayanya memperdalam literasi tentang Gunung Tembak tidak ia lakukan. Apakah mungkin dia sangat sibuk?
Atau literasi tentang Gunung Tembak memang tak mudah ditemukan?
Padahal, Gunung Tembak punya segudang fakta sejarah yang menarik, yang menjadikan kita semua merasa bangga, hadir rasa memiliki, dan tentu saja rasa tanggung jawab melanjutkan “mercusuar” spiritual yang pernah menjadi energi besar dakwah dan tarbiyah gerakan Hidayatullah.
Kisah dari Sang Pendiri
Bicara akan hal itu tidak perlu teori dan penjelasan panjang lebar. Tapi mari kita simak uraian Ustadz Abdullah Said, sang pendiri Hidayatullah.
Dalam hal ini, Ustadz Abdullah Said menyampaikan pengajian Malam Jumat di Karang Bugis, Balikpapan, pada 26 Agustus 1982. Kisah perihal betapa Gunung Tembak penuh pesona yang luar biasa:
“Di Gunung Tembak, dengan areal yang baru 55 hektar, insya Allah kita akan menciptakan kondisi dan situasi yang penuh dengan pembinaan Islam.
Penghuni-penghuninya akan gemetar kala suara adzan sudah didengungkan lalu tidak segera ke masjid.
Tamu tamu yang datang siapapun juga harus ditinggalkan atau diajak ke masjid manakala azan telah dikumandangkan.
Seperti pada waktu Bapak Menteri Agama Alamsyah Ratu Prawiranegara datang ke Gunung Tembak. Kita langsung hentikan pembicaraan dan mengajak untuk shalat berjamaah.
Kita inginkan supaya timbul kesan dalam qalbu anak dan qalbu siapa saja, bahwa tidak ada panggilan yang lebih menarik daripada panggilan Tuhan, dan tidak ada yang lebih ditakuti daripada undangan Tuhan.
Setiap mendapatkan kenikmatan diingatkan kepada anak bahwa ini adalah dari Allah. Setiap terjadi malapetaka diingatkan bahwa ada di antara kita yang tidak beres.
Mungkin ada yang tidak ikut shalat berjamaah, mungkin tidak shalat lail, mungkin kumat lagi penyakit thagha kita. Dengan demikian seluruh arah pemikiran selalu kepada Allah”.
Ketenangan Jiwa
Penjelasan Ustadz Abdullah Said itu sangat mudah merasuk ke dalam jiwa dan raga siapapun. Lebih-lebih umat Islam yang telah mengunjungi Baitullah. Satu kesan mendalam selama berada di Tanah Suci adalah, mudahnya diri mendirikan shalat berjama’ah.
Kumandang adzan menjadi momentum yang paling dinanti. Dan, melangkah ke masjid menjadi kebahagiaan yang tak terkira. Hal yang umumnya tidak orang dapatkan di kampung halamannya, di kota tempat tinggalnya dan sebagainya.
Akan tetapi, jauh hari sebelum orang belum mudah umroh dan haji seperti sekarang, Ustadz Abdullah Said telah berupaya “menduplikasi” nuansa itu, walau Gunung Tembak amat jauh dari Kota Makkah dan Madinah.
Nah, pekerjaan rumah bagi generasi 50 tahun kedua Hidayatullah sekarang adalah apakah masih menyadari superioritas yang seperti itu, sebagai ruh dari perjuangan yang harus tertanam kuat dalam sanubari, dan menjadi agenda utama perjalanan panjang nanti.
Secara teori kita harus mampu merasakan betapa suasana itu hebat sekali dan kita perlu menciptakannya terus menerus dalam momentum hari ini dan nanti.
Dalam kata yang lain, kalau sekelas menteri bisa berhenti bicara dan segera ke masjid, bukankah itu berarti ada kekuatan besar dimana Gunung Tembak menjadi bi’ah yang membimbing orang, apapun pangkatnya untuk dekat dengan Tuhan.
Bahkan, kalau kita renungkan lebih dalam, kisah itu memberikan pesan tersirat kepada kita semua, bahwa kader-kader gerakan ini harus mampu menjadi mentor yang membimbing dan mendukung siapapun yang datang ke kampus-kampus Hidayatullah untuk asyik dan nikmat memenuhi panggilan Allah.
Dengan fakta seperti itu, apakah masih ada celah kader muda Hidayatullah mengatakan dirinya belum punya latar belakang kuat dan dasar pemikiran tajam untuk hadir ke Silatnas di Gunung Tembak?. []
*) Penulis bergiat di lembaga kajian Progressive Studies & Empowerment Center (Prospect) | Ketua Umum PP Pemuda Hidayatullah 2020-2023. Publikasi pokok pokok pikiran Ustadz Abdullah Said ini atas kerjasama Media Center Silatnas Hidayatullah dan Hidayatullah.or.id dalam rangka menyambut Silatnas Hidayatullah 2023