AdvertisementAdvertisement

Ekosistem Kebaikan dari Perkampungan Penisir Tanjung Palas

Content Partner

BULUNGAN (Hidayatullah.or.id) — Di berbagai pelosok Indonesia, semangat kebersamaan terus menemukan bentuknya dalam aksi nyata. Dari kota hingga pedalaman, gotong royong sebagai warisan budaya bangsa tampil dalam wajah-wajah baru, salah satunya melalui kegiatan sosial keagamaan.

Di Bulungan, Kalimantan Utara, aksi sederhana pembagian makanan bagi warga dan mualaf menjadi bukti bahwa nilai keindonesiaan masih hidup dalam keseharian masyarakat.

Amin Umar, Kepala ULZ BMH Bulungan, menegaskan makna terdalam dari kegiatan tersebut. Ia menjelaskan bahwa program ini tidak sekadar bersandar pada rutinitas amal, tetapi memiliki tujuan yang lebih luas.

“Kami ingin membangun kebersamaan. Kegiatan ini adalah cara kami menjangkau dan merangkul mereka yang membutuhkan, termasuk mualaf yang seringkali menghadapi tantangan dalam beradaptasi,” katanya dalam keterangannya, Jum’at, 4 Rabi’ul Akhir 1447 (26/9/2025).

Amin menerangkan, gerakan sosial bukan hanya tentang berbagi materi, melainkan juga soal merawat identitas, menguatkan iman, dan menjaga persaudaraan dalam bingkai kebangsaan.

Di tengah keragaman Indonesia, mualaf kerap menghadapi jalan terjal dalam menyesuaikan diri. Dukungan berupa perhatian, pendampingan, dan kehangatan komunitas menjadi kebutuhan mendasar agar mereka tidak merasa terasing di tanah sendiri.

Kegiatan pada Jumat itu berlangsung di perkampungan Penisir, Tanjung Palas, sebuah kawasan yang berdampingan dengan aliran Sungai Kayan. Sebanyak 74 paket makanan siap santap disalurkan kepada masyarakat, terutama santri TPA dan komunitas mualaf.

Pembagian makanan sederhana ini sarat makna, sebab menyatukan aspek jasmani dan rohani yang mengenyangkan perut sekaligus menguatkan keyakinan.

Salah seorang ibu warga Penisir menyampaikan haru dan rasa syukurnya. “Terima kasih banyak atas kebaikan yang tak terhingga. Bukan hanya makanan, tapi juga bimbingan Al-Qur’an untuk kami dan anak-anak. Semoga Allah membalas dengan pahala yang besar,” ungkapnya dengan suara bergetar.

Ucapan ini menjadi kesaksian bahwa program tidak berhenti pada tataran bantuan, tetapi juga menyentuh dimensi pendampingan keagamaan yang berkelanjutan.

Kolaborasi antara Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dan Muslimat Hidayatullah (Mushida) Bulungan menjadi motor utama kegiatan tersebut. Melalui sinergi dengan para donatur, kegiatan ini menghadirkan ekosistem kebaikan yang terus bergerak. Bukan hanya membagikan santapan, melainkan juga membangun rasa memiliki dalam satu ikatan umat dan bangsa.

Amin Umar menambahkan, program ini pada hakikatnya adalah cara mengubah sedekah menjadi solusi nyata. Melalui jaringan filantropi Islam, zakat, infak, dan sedekah dapat diterjemahkan dalam bentuk pelayanan sosial yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.

“Program ini adalah pengingat bahwa di setiap sudut Indonesia, ada kebaikan yang bekerja diam-diam, menumbuhkan harapan di tempat-tempat yang paling membutuhkan. Melalui BMH, zakat, infak dan sedekah dapat mewujudkannya,” tuturnya.

Pesan yang tersirat dari kegiatan ini adalah bahwa solidaritas masih menjadi urat nadi bangsa. Ia menunjukkan bagaimana nilai kemanusiaan dan keislaman berjalan beriringan, melahirkan ruang persaudaraan di tengah keragaman.

Dari tepian Sungai Kayan, cerita sederhana ini menegaskan kembali bahwa Indonesia dibangun di atas landasan saling merangkul dan berbagi.

Reporter: Adam Sukiman
Editor: Herim Achmad
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Sabar dan Saling Memahami, Kunci Rumah Tangga Menurut Abul A’la Maududi

BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) -- Dalam kehidupan rumah tangga, istilah "suami takut istri" sudah lama menjadi bahan canda sekaligus stigma sosial....
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img