
MAKASSAR (Hidayatullah.or.id) — Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) Kecamatan Tamalanrea menyelenggarakan Lomba Keterampilan Pendidikan Agama Islam (PAI) tingkat Sekolah Dasar di Kompleks SD Integral Al Bayan, Pondok Pesantren Hidayatullah Makassar, Sabtu, 26 Dzulqa’dah 1446 (24/5/2025).
Acara tersebut dibuka secara resmi oleh Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam Kemenag Kota Makassar, Dr. H. Syaifullah Rusmin, Lc., M.Th.I., yang menekankan bahwa kegiatan ini berfungsi ganda yang bukan hanya mengukur kemampuan siswa, tetapi juga menjadi indikator pembinaan yang dilakukan para guru.
“Lomba ini menjadi indikator sejauh mana pembinaan yang dilakukan guru terhadap siswanya, baik dalam aspek akademik maupun nilai-nilai keagamaan,” ujar Syaifullah dalam sambutannya.
Lomba PAI yang sudah memasuki tahun ketiga ini memperebutkan Piala Bergilir KKG PAI Tamalanrea.
Kompetisi ini melibatkan berbagai sekolah dasar dari lingkungan Kecamatan Tamalanrea, dengan partisipasi kepala sekolah negeri maupun swasta, serta pengurus KKG PAI tingkat Kota Makassar.
Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Kecamatan Tamalanrea, Arifuddin, S.Pd., M.Pd., hadir dalam kegiatan tersebut dan menyampaikan harapannya agar lomba ini bisa berlanjut pada skala yang lebih luas.
“Saya berharap ke depan kegiatan seperti ini bisa berjenjang sampai ke tingkat kota, agar memberi ruang lebih luas untuk siswa berprestasi,” ucap Arifuddin.
Ketua Yayasan Hidayatullah Makassar Ust. H. Suwito Fattah, turut hadir dan menyatakan apresiasinya terhadap pelaksanaan kegiatan di lingkungan kampus Al Bayan, yang menjadi tuan rumah tahun ini. Kegiatan ini memperlihatkan dukungan aktif dari berbagai elemen pendidikan di wilayah tersebut.
Dalam kompetisi tahun ini, SD Inpres Tamalanrea 6 Blok F BTP berhasil keluar sebagai juara umum dan berhak membawa pulang Piala Bergilir KKG PAI Tamalanrea.
Penutupan acara dilakukan oleh Ketua Pokjawas PAI Kota Makassar, Sahid, S.Ag., M.Pd. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa nilai utama dari lomba bukanlah pada simbol piala, melainkan pada proses pembentukan motivasi dan semangat siswa.
“Piala bisa dibeli, harganya murah. Tapi semangat juang dan motivasi anak-anak kita dalam lomba ini tidak bisa dibeli. Itulah yang paling berharga,” tegas Sahid.
Kegiatan ini mencerminkan sinergi antara pendidik, lembaga, dan pemerintah dalam mendukung pendidikan agama Islam yang tidak hanya akademik, namun juga membentuk karakter dan nilai.*/