![](https://hidayatullah.or.id/wp-content/uploads/2025/02/abdul-rahman.jpeg)
SURABAYA (Hidayatullah.or.id) — Mahasiswa memiliki peran sentral dalam dinamika perubahan sosial dan intelektual. Selain sebagai penuntut ilmu, mereka juga agen perubahan yang membawa nilai-nilai kebaikan di berbagai lini kehidupan.
Dalam kerangka ormas Hidayatullah, peran mahasiswa menjadi lebih spesifik dan strategis. Sebagaimana diutarakan oleh Ketua Pembina Hidayatullah Surabaya, Ust. H. Drs. Ec. H. Abdul Rachman, yang menegaskan bahwa mahasiswa Hidayatullah harus aktif dalam tiga aspek utama yaitu aktif di masjid, aktif di kampus, dan aktif di masyarakat.
“Mahasiswa Hidayatullah itu harus aktif dalam tiga aspek, yaitu aktif di masjid, aktif di kampus, dan aktif ditengah masyarakat,” tegasnya.
Hal ini disampaikan beliau dalam taushiyahnya di hadapan para peserta Musyawarah Nasional (Munas) ke-I Gerakan Mahasiswa Hidayatullah (GMH) di Kampus Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya, Jl. Kejawan Putih Tambak VI No.1, Kecamatan Mulyorejo, Surabaya, Jawa Timur, Jum’at, 15 Syaban 1446 (14/2/2025).
Dia menegaskan, ketiga aspek ini merupakan karakter ideal seorang mahasiswa muslim sekaligus nilai strategi integral dalam membangun peradaban yang lebih baik.
Sebab, lanjutnya, seorang mahasiswa tidak cukup hanya memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga harus memiliki militansi spiritual serta kepedulian sosial yang tinggi.
Abdul Rachman menekankan bahwa mahasiswa Hidayatullah harus menjadi aktivis, bukan pasifis. Mereka harus banyak terlibat dalam kegiatan ilmiah, sosial, dan keagamaan agar militansinya terbentuk dengan kuat.
“Mahasiswa itu aktifis bukan pasifis. Mahasiswa itu banyak terlibat dalam kegiatan ilmiah, sosial apalagi keagamaan sehingga militansinya terbangun dengan kuat,” lanjut yang dikenal sebagai pendiri Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya ini menegaskan.
Ia menjelaskan, masjid merupakan pusat pembentukan karakter dan spiritualitas seorang mahasiswa. Dalam sejarah peradaban Islam, masjid telah menjadi pusat pembelajaran, diskusi, dan pergerakan sosial yang berorientasi pada perubahan masyarakat.
Oleh karena itu, dia menegaskan, mahasiswa Hidayatullah dituntut untuk aktif memakmurkan masjid. Abdul Rachman mencontohkan bagaimana dirinya, ketika masih menjadi mahasiswa, menghabiskan waktunya dengan berpindah dari satu kajian ke kajian lain, dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya. “Hampir tidak punya waktu untuk santai, apalagi berpacaran,” kenangnya.
Berikutnya, dia mengingatkan hendaknua mahasiswa Hidayatullah juga harus aktif di lingkungan akademik, sebab kampus adalah medan intelektual yang menuntut kecerdasan berpikir dan kepekaan terhadap problematika keumatan.
Bagi dia, aktivisme di kampus bukan sekadar mengejar prestasi akademik, tetapi juga membangun kepekaan terhadap realitas sosial, ekonomi, dan politik bangsa.
Karenanya, dia berharap mahasiswa harus mampu menyeimbangkan antara kecerdasan intelektual dengan kecerdasan emosional dan spiritual agar ilmu yang diperoleh tidak hanya menjadi alat untuk kepentingan pribadi, tetapi juga menjadi sarana bagi perbaikan umat dan bangsa.
Lebih jauh dia menenekankan bahwa kebermanfaatan ilmu dan spiritualitas yang dimiliki mahasiswa tidak akan optimal jika tidak diaplikasikan dalam kehidupan sosial. Oleh karena itu, mahasiswa Hidayatullah harus menjadi agen perubahan yang berperan aktif di tengah masyarakat.
“Mahasiswa Hidayatullah harus memiliki obsesi yang kuat dan kontribusi yang nyata karena keadaan negara kita belum stabil. Negara kita butuh tangan-tangan suci dari para mahasiswa agar Indonesia bisa mencapai keadaan yang jauh lebih baik,” pintanya.
Diakhir taushiyahnya, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Hidayatullah periode 2000-2005 ini kembali meminta agar mahasiswa Hidayatullah tidak sekedar cerdas secara intelektual tapi juga harus cerdas secara emosional dan terlebih lagi secara spiritual.
Musyawarah Nasional ke-I Gerakan Mahasiswa Hidayatullah yang mengangkat tema “Kokohkan Karakter Mahasiswa Progresif Beradab untuk Indonesia Bermartabat” ini digelar di Kampus Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya selama 4 hari pada tanggal 13-16 Februari 2025. Dalam agendanya, Munas ini akan dibuka oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.*/Naspi Arsyad