Hidayatullah.or.id — Ormas Hidayatullah menyatakan sangat mengapresiasi upaya terus bertumbuhnya pengobatan herbal atau Thibbun Nabawi dan siap menjadi fasilitator pengembangan perubatan Islami ini.
Demikian dikatakan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Hidayatullah, Dr Abdul Mannan, MM, saat menjadi pembicara dalam seminar nasional bertema “Membangun Ekonomi Kerakyatan Berbasis Potensi Agromedicine” digelar Yayasan Rastura Indonesia di Bekasi, Jawa Barat, Ahad (23/03) lalu.
Hidayatullah, tegas Abdul, akan selalu menjadi fasilitator dan pendukung perkembangan pengobatan herbal di Indonesia umumnya.
Manan menjelaskan ribuan jenis tanaman obat ada di Indonesia. Fakta merupakan anugrah sehingga dirinya yakin jika ini dapat dikembangkan akan menjadi salah satu sumber kemajuan bangsa terutama dalam bidang ekonomi kerakyatan.
“Banyak pebisnis menanamkan modal di pengobatan agromedicine sehingga apapun hasilnya dan efeknya akan terus didorong. Sehingga harus dimulai adanya pengelolaan rempah herbal dengan cara yang modern guna mendorong perkembangan pengobatan herbal,” kata Abdul.
Sementara itu, Prof Muhammad Sudjana seorang praktisi herbal, pakar diabetes serta pendiri Yayasan Rastura, mengatakan pada abad ke 21 mulai berkembang pengobatan melalui herbal atau rempah. Hal ini terjadi menurutnya karena pengobatan secara medicine akan berimbas pada penyakit baru.
Menurutnya, One village One Production (OVOP) merupakan salah satu strategi dari pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang menggali potensi kemandirian dari pengembangan ekonomi rakyat melalui pemberdayaan dan pengembangan ekonomi strategis dalam pengelolaan sumber daya alam agraria secara adil dan berkelanjutan.
“Pengembangan ekonomi kerakyatan berlandaskan pada alat produksi. Faktor produksi tetap berada pada penguasaan kontrol dan pengelolaan rakyat,” ujar Profesor Sudjana.
Mengamini pendapat Abdul Mannan, Sudjana memandang bahwa peluang produksi dan industri pasar herbal di Indonesia mulai di lirik banyak pebisnis. Pemerintah diwakili Departemen Kesehatan juga nampaknya sudah memberi perhatian yang serius dengan menerbitkan Peraturan Nomor 006 Tahun 2012 tentang bisnis obat tradisional dan Industri.
Selain itu, menurut Ketua Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia, ini potensi pasar domestik akan produk herbal bisa mencapai Rp.25 triliun per-tahunnya. Sedangkan berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai impor obat tradisional dan herbal sepanjang tahun 2011, tercatat USD,40,5 juta.
“Indonesia mengimpor 60 persen dari obat-obatan herbal dan ektrak dari negara lain seperti China dan India,” beber Sudjana.
Seminar yang dihadiri ratusan praktisi dan pebisnis ini digelar oleh Klinik Diabetes Rastura Indonesia yang berdiri sejak tahun 2004 oleh Prof. Ir. Mochammad Sudjana Phd atau yang dikenal Kang Jana.
Klinik itu mulai berkembang sejak tahun 2006 sampai sekarang aktif dalam memberikan pelayanan pengobatan herbal dan terapi diabetes. Klinik tersebut menangani ribuan pasien penderita diabetes dari seluruh dunia.
Pada awal 2011 pemimpin Klinik Diabetes Rastura, Mochammad Sudjana, mendapatkan tugas ke Genewa, Swiss, untuk program belajar dan mengajar di lingkungan WHO (World Health Organization) PBB hingga awal 2013.
Klinik Diabetes Rastura dan komplikasinya menjadai pusat terapi dan pengobatan diabetes dengan menggunakan ekstrak buah Kesemek yang menjadi unggulan dan andalan untuk pengobatan diabetes dalam bentuk OP2PNC1 dan super Bio Colagen. (ybh/hio)