AdvertisementAdvertisement

Hidayatullah Jawa Barat Perkokoh Komitmen Dakwah dan Merajut Harmoni

Content Partner

BANDUNG (Hidayatullah.or.id) — Silaturrahim Syawal, sebuah tradisi kebersamaan yang sejak awal telah ada dan digelar pendiri Hidayatullah, almarhum KH. Abdullah Said, telah menjadi pilar budaya organisasi yang memperkuat solidaritas dan semangat dakwah.

Demikian ditegaskan Ustadz Dadang Abu Hamzah, Ketua Dewan Murrabi Hidayatullah Jawa Barat, ketika menyampaikan taushiyah dalam acara Silaturrahim Syawal Hidayatullah Jawa Barat bertajuk “Energi Ramadhan Amunisi Berjuang” beberapa waktu lalu di Kota Bandung ditulis Jum’at, 26 Syawal 1446 (25/4/2025).

Menurut Dadang, kegiatan tahunan ini bukan sekadar perjumpaan rutin melainkan momentum sakral bagi kader Hidayatullah untuk saling memaafkan, mempererat tali persaudaraan, dan memperbaharui komitmen berjuang di jalan Allah.

Dadang menegaskan pentingnya silaturrahim sebagai warisan budaya Hidayatullah. Dalam taushiahnya, ia mengutip hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Muslim:

“Wahai manusia, tebarkanlah salam, berilah makan (kepada fakir miskin), sambungkan tali silaturrahim. Dan shalat malamlah kalian ketika manusia sedang nyenyak tidur. Engkau akan masuk surga dengan salam (selamat)” (HR. Muslim).

Hadits ini, terang dia, menjadi landasan spiritual bahwa silaturrahim bukan hanya aktivitas sosial, tetapi juga ibadah yang mendekatkan pelakunya kepada keberkahan dan surga.

Dadang Abu Hamzah mengisahkan bahwa pada masa awal Hidayatullah, para dai dengan penuh semangat menjalin silaturrahim dengan berbagai kalangan, termasuk pejabat, ulama, tokoh masyarakat, dan masyarakat umum.

Mereka membawa buletin dan majalah sebagai media dakwah. “Dari situlah mereka mengenal Hidayatullah, dan kemudian mewakafkan tanah, berinfaq, dan bersedekah,” ujarnya.

Silaturrahim, lanjut Dadang, menjadi jembatan yang membuka hati masyarakat untuk mendukung misi dakwah Islam melalui Hidayatullah, menunjukkan bahwa interaksi tatap muka memiliki kekuatan untuk membangun kepercayaan dan solidaritas.

Menurut Dadang, silaturrahim memiliki peran krusial dalam menjaga harmoni tidak saja secara eksternal tetapi juga internal organisasi.

“Karena dengan bertatap muka, berbincang-bincang, hati kita akan nyambung, damai, dan tentram,” kata dai murah senyum ini.

Dalam dinamika kehidupan termasuk dalam interaksi organisasi, sering kali terjadi kesalahpahaman, ketidaknyamanan, atau miskomunikasi. Maka, disinilah silaturrahim menjadi sarana untuk menyelesaikan masalah, mengurai kekusutan, dan saling memaafkan.

“Maka dengan bersilaturrahim banyak pekerjaan yang sulit bisa diselesaikan, ada yang kusut bisa diuraikan. Kita saling memaafkan. Dan niatnya akan dicatat sebagai pahala, memperpanjang umur, dan menambah rezeki,” katanya.

Energi Ramadhan sebagai Amunisi Dakwah

Sementara itu, Ustadz Drs. Nursyamsa Hadis, Ketua Bidang Dakwah dan Pelayanan Umat Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, menegaskan bahwa silaturrahim harus diiringi dengan konsistensi dalam menjalankan perintah Nabi SAW, seperti menjaga shalat malam dan solidaritas jamaah.

“Empat hal perintah Nabi SAW yang disampaikan tadi itu, apakah masih dilakukan oleh kader kita? Karena ini berat, butuh komitmen dan konsistensi,” katanya.

Nursyamsa menekankan bahwa konsistensi dalam ibadah, seperti shalat malam, adalah indikator sejati komitmen perjuangan. “Jangan mengaku berjuang kalau shalat malamnya bolong-bolong,” tegasnya.

Ia juga menghubungkan energi Ramadhan dengan kekuatan spiritual yang lahir dari keimanan, ketakwaan, dan solidaritas jamaah.

“Energi Ramadhan adalah kekuatan spiritual yang lahir dari keimanan, ketakwaan, dan solidaritas jamaah,” terangnya.

Ditegaskan dia, dengan menjalani Ramadhan secara penuh kesadaran dan keikhlasan, seorang Muslim tidak hanya memperoleh pengampunan dosa, tetapi juga energi spiritual untuk terus berjuang di jalan dakwah.

“Ia menjadi amunisi utama untuk menghadapi ujian hidup, mengatasi kelemahan manusiawi, dan meraih keberkahan dunia-akhirat.” katanya, seraya mengutip sabda Nabi SAW:

“Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni” (HR. Bukhari).

Suasana Hangat dan Kebersamaan

Acara Silaturrahim Syawal ini berlangsung penuh hikmat dan hangat, dihadiri oleh pengurus organisasi Hidayatullah tingkat wilayah, daerah, badan usaha, amal usaha, serta aktivis Hidayatullah se-Jawa Barat.

Kebersamaan semakin terasa dengan kehadiran ibu-ibu Mushida yang menyajikan hidangan seperti bubur ayam, kue-kue, minuman segar, dan bakso.

Beberapa Dewan Pengurus Daerah (DPD) di Jabar bahkan membawa makanan khas daerahnya, menambah kekayaan cita rasa dan memperkuat nuansa kebersamaan, semangat solidaritas, dan keakraban yang menjadi inti dari silaturrahim.*/

Editor: Adam Sukiman
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Tangis Bahagia di Masjid Raya Al Munawwar, Dua Jiwa Menjemput Hidayah

TERNATE (Hidayatullah.or.id) -- Malam Jumat, 18 April 2025, menjadi momen istimewa sebuah peristiwa yang menggugah jiwa di Masjid Raya...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img