MALUKU TENGAH (Hidayatullah.or.id) — Bersatu kita teguh, bercerai berai kita runtuh. Adagium populer tersebut penting untuk terus disegar-segarkan dalam linimasa interaksi kita sebagai sesama anak bangsa. Apalagi Indonesia sebagai negeri muslim terbesar di dunia, tentu menjadi target “proxy war” oleh mereka yang tak suka dengan soliditas di tengah kemajemukan kita.
Berangkat dari semangat itu pula, Hidayatullah Maluku Tengah menyuarakan seruan persaudaraan untuk persatuan bangsa bertepatan dengan momentum tahun baru Islam 1 Muharram 1441. Seperti diketahui, Provinsi Maluku pernah punya sejarah pahit perseteruan antar sesama. Pengalaman itu menjadi pelajaran penting untuk terus merawat persatuan.
Dalam rangka refleksi dan memperingati Tahun Baru Islam 1 Muharram 1441 Hijriah, santri Madrasah Tsanawiyah Salman Al Farisi Pondok Pesantren Hidayatullah Maluku Tengah mengikuti kirab pawai Muharram bersama dengan ribuan siswa-siswi se-Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah. Mereka tumpah ke jalan mengadakan Pawai Karnaval Muharram pada Jumat, (30/8/2019) lalu.
Mereka berasal dari seluruh jenjang pendidikan madrasah dan sekolah umum. Mulai dari tingkat MI/SD, MTs/SMP, dan MA/SMA. Turut meramaikan pula sejumlah majelis taklim dan guru-guru yang mendampingi murid-muridnya tersebut.
Pawai ini bertolak dari halaman Madrasah Aliyah Negeri I Maluku Tengah dan selanjutnya berjalan mengelilingi Tulehu, ibukota kecamatan Salahutu, Maluku Tengah. Dalam penampilannya, peserta pawai mengenakan pakaian Islami dan sejumlah busana adat dari beberapa suku di Maluku.
Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama Provinsi Maluku, Jamaluddin Bugis mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan pertama kali diselenggarakan oleh lembaga pendidikan di Maluku dan meminta untuk dilestarikan dalam memperingati Tahun Baru Islam.
“Momen hijrah Nabi Shallallahu alaihi wasallam (Saw) ini memberi pesan, agar senantiasa berusaha menjadi yang lebih baik dalam kehidupannya,” ucap Jamaluddin, saat melepas peserta pawai karnaval. “Selalu ada kebaikan yang ditawarkan Allah kepada umat manusia,” lanjutnya.
Usai sambutan, selanjutnya peserta pawai dilepas dengan iringan tabuhan rebana sebagai alat musik tradisional yang terkenal di Maluku.
“Senang bisa ikut pawai ini. Setidaknya sebagai syiar kegiatan keagamaan dan menapaktilasi perjalanan hijrah Nabi dahulu,” ungkap Juhda, guru madrasah yang turut meramaikan acara pawai karnaval.
Diketahui, acara-acara keagamaan dan peringatan hari nasional lazim diperingati secara meriah masyarakat di Maluku. Namun diakui peringatan Tahun Baru 1 Muharram 1441 kali ini terasa spesial karena bisa mengumpulkan hingga ribuan orang dan berjalan secara tertib dan damai.*/Jojo Kamama