PENAJAM (Hidayatullah.or.id) — Program Program Budidaya Lalat Hitam atau Bulatih yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Hidayatullah Girimukti, Penajam Paser Utara, turut menumbuhkan jiwa wirausaha dan minat santri di bidang budidaya lalat maggot black soldier fly (BSF) ini.
BSF adalah larva dari jenis lalat besar berwarna hitam yang terlihat seperti tawon yang menjadi pakan ternak lele yang dikelola oleh santri Pondok Pesantren Hidayatullah Girimukti dibawah bimbingan pembina.
Ustadz Murysid M. Salbu, pengurus Ponpes Hidayatullah Girimukti, mengatakan santri yang dilibatkan dalam Program Bulatih dan budidaya ikan lele ini sekitar 30 santri putra tingkat SMA.
“Hasil budi daya lele tersebut selain dijual, sebagian juga dimanfaatkan sebagai konsumsi para santri di Ponpes Hidayatullah,” ujar Mursid.
Mursyid mengatakan, program Bulatih ini juga dijadikan ajang penerapan edupreneurship di Pondok Pesantren Hidayatullah dan dimasukkan dalam ekstrakurikuler siswa SMA berupa budi daya lalat hitam dan pemanfaatan maggot sebagai pakan lele dengan menggunakan bioflok.
Program Bulatih dari PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kaltim, saat ini dijalankan oleh tiga kelompok masyarakat yaitu Kelompok Himpuli dan Kelompok Hidayatullah di Desa Girimukti serta untuk pemberdayaan wanita kepada Kelompok Usaha Wanita Maggot Lestari di Kelurahan Tanjung Tengah.
PHKT memfasilitasi pembuatan kandang, bantuan alat untuk proses produksi BSF, hingga pelatihan dan pendampingan selama proses berlangsung. Ketiga kelompok binaan PHKT merasa sangat terbantu dengan adanya pakan alternatif berupa maggot untuk hewan ternaknya.
Kelompok peternak unggas dapat berhemat sebesar 30 persen untuk biaya pakan atau setara dengan Rp828.000 per 3 bulan. Besarnya penghematan tersebut dapat digunakan untuk ternak 100 ekor unggas.
Sementara bagi kelompok peternak lele dapat berhemat sebesar Rp3.000.000/bulan. Mulai Januari-Agustus 2021 sampah organik yang telah dimanfaatkan untuk pakan maggot pun terus meningkat hingga mencapai hampir 1,7 ton.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Penajam Paser Utara Tita Deritayati mengatakan inovasi pengelolaan sampah yang diikutsertakan dalam ajang Proper 2021 ini diharapkan pula dapat menjadi opsi atau pilihan bagi pemerintah setempat dalam pengelolaan sampah dan lingkungan di wilayah bakal ibu kota negara ini.
“Kami sangat mengapresiasi dan mendukung Program Bulatih ini karena sejalan dengan target Pemkab PPU dalam menangani sampah organik di masyarakat,” katanya.
Dia menjelaskan, program Bulatih merupakan program pemberdayaan masyarakat di bidang lingkungan dengan pemanfaatan dan pengelolaan sampah organik melalui budi daya lalat BSF yang hasilnya digunakan sebagai alternatif pakan ternak.
Program Bulatih mengajarkan masyarakat manfaat yang diperoleh dari sampah organik, terutama nilai ekonominya jika dilakukan dengan metode yang tepat.
Tita mengatakan Program Bulatih juga sebagai upaya mengubah perilaku dan pola pikir masyarakat bahwa sampah tidak cuma untuk dibuang di tempat pembuangan, tetapi juga bisa memberi manfaat sosial dan ekonomi.
“Menyelesaikan masalah sampah juga termasuk mengubah perilaku dan pola berfikir, bagaimana cara dimanfaatkannya, yang merupakan tugas dari Dinas Lingkungan Hidup untuk bersinergi dengan sekolah dan masyarakat dengan harapan program ini berkelanjutan dalam upaya memaksimalkan sampah organik,” ujar Tita.
Ia mengungkapkan rencana ke depan untuk mendirikan Sentra Edukasi Pengelolaan Sampah Organik di TPS3R Kabupaten PPU, memfasilitasi perluasan jaringan pemasaran produk maggot, melakukan pengembangan produk daur ulang sampah, memberikan literasi kurikulum muatan lokal pemanfaatan sampah organik dan budi daya lalat hitam, dan penguatan unit usaha kelompok.
“Kami akan gencarkan edukasi dan membuat pusat percontohan Bulatih. Diharapkan badan usaha juga ikut memberikan dukungan mengingat anggaran pemerintah yang masih terbatas,” katanya.
Superintendent Terminal Lawe-Lawe Pertamina Bagus Wahyuntoro dalam kesempatan tersebut mengatakan Program Bulatih pertama kali diimplementasikan di lingkungan Terminal PHKT Lawe-Lawe pada pertengahan tahun 2019, dengan inisiatif dari internal dan eksternal PHKT. Awalnya dimulai dengan memanfaatkan sampah organik sisa makanan katering dari dapur Terminal Lawe-Lawe.*/Sariagri