AdvertisementAdvertisement

[KHUTBAH JUM’AT] Berserah kepada Yang Satu, Jalan Hamba Mendapatkan Keselamatan

Content Partner

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن

أَمَّا بَعْدُ, فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً، فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jum’ah Rahimakumullah

Diantara sekian banyak mukjizat yang diturunkan oleh Allah Ta’ala kepada para Nabi dan Rasul, hanya Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah SAW yang masih bisa kita rasakan mukjizatnya.

Kita mungkin mendengar dan tentu saja meyakini mukjizat yang diberikan kepada Nabi Musa As yang dengan tongkatnya bisa membelah lautan, tapi kita tidak melihat langsung apalagi merasakan kehebatan tongkat tersebut.

Kita juga meyakini bahwa Nabi Sulaiman diberi mukjizat untuk bisa menggerakkan angin, berbicara dengan binatang bahkan memerintahkan Bangsa Jin, tetapi kita tidak melihat dan merasakannya.

Tapi, Qur’an, mukjizatnya masih bisa kita rasakan.

Sekitar tahun 610 Masehi atau 14 abad yang lalu ia diturunkan pertama kali, tetapi keagungannya masih memberi dampak hari ini bahkan hingga hari akhir nanti.

Allah Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an surat Az Zumar ayat yang ke 28:

قُرْءَانًا عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِى عِوَجٍ لَّعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

“(Ialah) Al Quran dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa”

Allah Ta’ala memulai ayat ini dengan kata Qur’aanan (قُرْءَانًا) yang berasal dari kata qoro’a yang mengandung makna bacalah.

Maka, untuk merasakan mukjizat al-Qur’an, hal pertama yang harus kita lakukan adalah membacanya. Lalu Allah Ta’ala melanjutkan bahwa Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab (قُرْءَانًا عَرَبِيًّا).

Ini merupakan sebuah bukti nyata bahwa Qur’an adalah mukjizat. Sehebat apa pun Bangsa Arab pada saat itu dalam memproduksi syair syair yang cemerlang, tidak akan mampu mendatangkan 1 (satu) ayat pun yang menyerupai Al Qur’an.

Lalu Allah melanjutkan, غَيْرَ ذِى عِوَجٍ bahwa kandungan di dalam Al Qur’an adalah benar, sempurna, tidak ada kekeliruan, bahkan tidak memiliki kekurangan. Sehingga siapa pun yang membacanya akan mendapatkan nilai nilai ketakwaan.

Lalu Allah Ta’ala melanjutkan pada ayat yang ke 29 untuk membuktikan bahwa kandungan Qur’an mengandung kebenaran mutlak:

ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا رَّجُلًا فِيهِ شُرَكَآءُ مُتَشَٰكِسُونَ وَرَجُلًا سَلَمًا لِّرَجُلٍ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلًا ۚ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

“Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halna? Segala puji bagi Allah tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”

ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا Allah membuat perumpamaan pada ayat ke 29 ini. Dan, perumpamaan perumpamaan yang dibuat di dalam Al Qur’an adalah agar manusia lebih mudah memahami kandungan Al Qur’an.

رَّجُلًا فِيهِ شُرَكَآءُ مُتَشَٰكِسُونَ perumpamaan yang dibuat oleh Allah Ta’ala pada ayat ini adalah perumpamaan seorang budak yang dimiliki oleh majikan yang banyak, dan majikan itu satu sama lain saling berselisih.

Lalu, Allah Ta’ala melanjutkan, وَرَجُلًا سَلَمًا لِّرَجُلٍ dan seorang budak yang menjadi milik penuh seorang saja.

Perumpamaan ini memperlihatkan kepada kita dua kondisi yang berbeda yang dialami oleh dua orang budak. Yang satu dimiliki oleh majikan yang banyak dan selalu berselisih, sedangkan yang satu hanya dimiliki oleh satu orang majikan.

Pada perumpamaan pertama Allah Ta’ala menggarisbawahi bahwa pemilik budak tersebut adalah lebih dari satu dan keadaannya selalu berselisih. Ini artinya, mereka bersepakat (شُرَكَآءُ) untuk menjadi majikan dari seorang hamba, tetapi selalu tidak mau mengalah satu sama lain (مُتَشَٰكِسُونَ).

Bisa dibayangkan betapa repotnya keadaan seorang budak yang dimiliki oleh banyak majikan yang selalu berselisih.

Ketika majikan yang satu memerintahkan budak ini untuk membersihkan rumah pada jam 8 pagi hari, misalnya, di saat yang sama majikan lainnya memerintahkan dia untuk belanja ke pasar.

Lalu, majikan yang berikutnya, pada saat yang bersamaan, memerintahkannya untuk mengantarkan anaknya berangkat ke sekolah.

Apakah budak ini memiliki kemampuan untuk menyelesaikan semua pekerjaan itu? Tentu saja tidak mungkin dan nyaris bisa dikatakan mustahil.

Atau, katakanlah, budak ini memenuhi permintaan majikan yang pertama untuk membersihkan rumah, dan mengabaikan perintah majikan yang lain, apakah majikan yang lain akan senang? Tentu saja tidak, dan itulah mengapa majikan – majikan itu akan terus مُتَشَٰكِسُونَ (berselisih).

Perumpamaan yang pertama ini membuat keadaan menjadi serba salah. Pada kondisi budak, ia akan merasa bingung, takut, khawatir, dan selalu gelisah.

Sang budak bingung untuk memutuskan perintah majikan mana yang mau dikerjakan, dan ia juga takut karena tidak bisa memenuhi semua keinginan majikannya. Kondisinya selalu diliputi dengan kekhawatiran dan kegelisahan.

Sementara pada kondisi majikan, mereka akan selalu bersaing dan berselisih karena saling mendahulukan kepentingannya satu sama lain.

Dalam dunia industri, kita bisa melihat bahwa nyaris tidak ada produsen mobil yang membuat mobil dengan lebih dari 1 setir.

Kalau mobil memiliki 2 setir, apalagi 3 setir, dan dipegang oleh orang yang berbeda, maka mobil tersebut bisa dipastikan tidak akan pernah bisa mencapai tujuan yang diinginkan oleh penumpangnya.

Pada perumpamaan yang kedua, Allah meng-highlight kalimat وَرَجُلًا سَلَمًا لِّرَجُلٍ seorang budak yang dimiliki oleh satu majikan saja. Allah menggunakan kalimat سَلَمًا yang bermakna menyerahkan diri atau selamat.

Kalau pada perumpamaan yang sebelumnya Allah Ta’ala menginformasikan tentang kondisi majikan yang lebih dari satu yang selalu مُتَشَٰكِسُونَ (berselisih), pada perumpamaan yang kedua ini Allah tidak mengungkap keadaan majikan yang satu, tetapi Allah mengungkap keadaan budak yang سَلَمًا (selamat) ketika dimiliki oleh hanya satu majikan.

Hal ini menegaskan bahwa dibandingkan dengan seorang budak yang dimiliki oleh banyak majikan yang selalu berselisih, seorang budak yang hanya dimiliki oleh satu majikan akan senantiasa mendapatkan keselamatan.

Dan, kata سَلَمًا (selamat) ini adalah kata yang bersifat universal yang diinginkan oleh semua manusia di permukaan bumi ini. Tidak ada satu pun manusia yang ingin hidup dalam keadaan takut, khawatir, dan gelisah. Semua ingin merasakan kehidupan yang penuh ketenangan, kedamaian, dan keselamatan.

Dalam konteks budak yang dimiliki oleh majikan yang banyak dan selalu berselisih, budak yang hanya dimiliki oleh satu majikan, maka keselamatan hanya bisa didapatkan ketika berserah diri pada satu majikan saja.

Dalam kerangka Tauhid, perumpamaan ini ingin menyampaikan kepada kita, bahwa hanya dengan berserah diri kepada Allah Ta’ala, kita akan merasakan keselamatan, bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat kelak.

Itulah mengapa Allah menggunakan kata سَلَمًا yang juga bermakna Islam dibandingkan dengan شُرَكَآءُ yaitu syirik yang menyekutukan Allah Ta’ala.

Hanya Islam yang mampu memberikan keselamatan kepada kita, karena Islam mengajarkan kepada kita untuk taat dan tunduk hanya kepada Allah Ta’ala.

Islam ini adalah agama yang rohmatan lil ‘alamiin, ajarannya bersifat universal. Kalau ingin mencari keselamatan, tunduklah hanya kepada Allah Ta’ala dan tinggalkan ajaran – ajaran yang menyekutukan Allah dengan makhluk – makhluk lainnya.

Lalu Allah melanjutkan ayat ini dengan pernyataan هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلًا ۚ, apakah sama keadaan dua orang budak ini? Pertanyaan yang tidak dijawab langsung di ayat ini, tetapi dijawab oleh kita yang membaca ayat ini.

Apakah sama keadaan dua orang budak tersebut? Dan, jawaban kita semua secara universal sama, tentu saja tidak.

Tidak sama keadaan budak yang dimiliki oleh banyak majikan yang berselisih dengan budak yang dimiliki hanya satu majikan.

Dan seperti itu juga keadaan seorang hamba yang berserah diri hanya kepada Allah Ta’ala, ia akan merasakan keselamatan, kedamaian, dan ketenangan dibandingkan dengan hamba yang menyekutukan Allah Ta’ala.

Berikutnya, Allah kemudian menutup ayat ini dengan kalimat yang begitu indah ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ. Alhamdulillah, sebuah bentuk pujian kepada Allah Ta’ala, sebagai satu satunya Dzat yang mengatur alam semesta ini, termasuk mengatur seluruh ummat manusia.

Tidak bisa dibayangkan betapa rumit dan rusaknya keadaan bumi ini kalau Tuhan yang memerintah lebih dari satu dan selalu berselisih.

Ada Tuhan yang ingin menurunkan hujan, pada saat yang bersamaan Tuhan yang lain ingin hujan tidak turun. Ada Tuhan yang ingin mendatangkan malam, sementara Tuhan yang lain ingin agar malam tidak mengganti waktu siang.

Alhamdulillah, kebenaran yang bersifat universal dan diinginkan oleh seluruh manusia, sesungguhnya telah disajikan dan dihidangkan oleh Allah Ta’ala dalam bentuk agama Islam ini, sayangnya tidak semua manusia mengetahuinya.

!بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد

فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللّٰهُ تَعَالَى اِنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ

Do’a Penutup

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً. اللّهُمَّ وَفِّقْنَا لِطَاعَتِكَ وَأَتْمِمْ تَقْصِيْرَنَا وَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ . وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبّ الْعَالَمِيْنَ

!عِبَادَاللهِ

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

(Untuk mengunduh naskah ini ke format PDF, klik icon “print” pada share button di bawah lalu pilih simpan file PDF)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Kabid Nursyamsa Uraikan Positioning Strategis Hidayatullah Menuju Indonesia Emas 2045

JAKARTA (Hidayatullah.or.id) -- Ketua Bidang (Kabid) Dakwah dan Pelayanan Umat (Dakwah Yanmat) Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Drs. Nursyamsa...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img