AdvertisementAdvertisement

Menjadikan Dakwah sebagai Pekerjaan Utama, Dimana pun Amanah Kesehariannya

Content Partner

BATAM (Hidayatullah.or.id) — Ketua Dephal DPP Hidayatullah, Jamaluddin Nur, mengatakan kader Hidayatullah harus menjadikan dakwah sebagai profesi atau pekerjaan utama. Adapun rutinitas amanah harian, itu adalah wasilahnya.

“Pekerjaan utama kita di Hidayatullah ini adalah berdakwah dalam rangka ibadah untuk menggapai kemuliaan di sisi Allah Subhanahu Wata’ala di dunia dan di akhirat,” kata Jamaluddin Nur kepada redaksi beberapa waktu lalu.

Karena itu, lanjut dia, kader Hidayatullah tidak boleh berhenti berkarya untuk perjuangan. Sebab, siapapun berjuang dalam dakwah maka Allah yang akan langsung memberikan dukungan. “Karena Allah yang berada di balik setiap kesuksesan yang kita raih,” katanya.

Dalam pada itu, sebagai dai, kata Jamaluddin, maka pantanglah bagi kader Hidayatullah mencari musuh. Karena, kata Jamaluddin, dakwah mestilah merangkul, bukan memukul. Dakwah itu mencerahkan, bukan menyalahkan. Dakwah adalah meluruskan, bukan merenggangkan.

“Kader Hidayatullah tidak mencari musuh, harus memperbanyak teman,” pesan Jamaluddin yang juga pendiri Pesantren Hidayatullah Batam ini.

Jamaluddin memaknai gerakan dakwah layaknya magnet. Ia menerangkan, dakwah adalah upaya sungguh sungguh menawarkan manisnya iman Islam kepada yang gersang pikiran dan hatinya.

“Hidayatullah tetap selalu di koridornya mengajak umat dalam himpunan jamaah. Dan melakukan gerakan ini harus dengan iman karena iman inilah yang menjadi magnet. Istilahnya, paku paku berserakan yang dianggap tak berharga pun bisa ditarik oleh magnet iman,” katanya.

Terkait dengan momentum peringatan usia ke-21 tahun Pondok Pesantren Hidayatullah Batam, Jamaluddin mengatakan helatan tersebut bertujuan untuk bukan saja sebagai ajang apresiasi dan aktualisasi santri.

Milad juga sebagai ikhtiar untuk menyatukan kepingan ingatan sekaligus mengukur sejauh mana nilai nilai Sistematika Wahyu diterapkan oleh kader.

“Ini berangkat dari perjuangan panjang. Sekaligus kita ingin memberikan penghargaan kepada assabiqunbal awwalun bahwa ternyata kadernya telah membuat sejarah,” ujarnya.

Seiring dengan perkembangan zaman, Jamaluddin mengatakan, Hidayatullah terus melakukan penguatan demi penguatan. Sejalan dengan itu, perkembangan teknologi pun harus dimanfaatkan semaksimal mungkin tanpa meninggalkan nilai-nilai kultural kelembagaan.

“Kampus-kampus Hidayatullah harus menjadi tempat perkaderan. Tidak semua juga harus di Gunung Tembak, karena sekarang dengan perkembangan teknologi, dua hari pun sudah bisa mentransformasi nilai kelembagaan,” ujarnya.

Jamaluddin menekankan, kader musti memahami betul serta menginternalisasi jatidiri Hidayatullah dengan meresapi Sistematika Wahyu (SW) sebagai manhaj tarbiyah dan dakwah dan Hidayatullah sebagai pengusung dakwah Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Kader pula harus mengokohkan Hidayatullah sebagai Alharakah Al Jihadiyah Al Islamiyah dengan spirit Imamah dan Jamaah, Hidayatullah sebagai jama’atun minal muslimin yang memiliki prinsip wasathiyah (moderat).(ybh/hio)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

SAR Hidayatullah Gelar Rapimnas, Bahas Kesiapsiagaan Hadapi Ancaman Gempa Megathrust

SURABAYA (Hidayatullah.or.id) -- Ancaman gempa megathrust menjadi isu strategis dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) SAR Hidayatullah yang digelar di...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img