HIDUP adalah perjuangan, begitu dahulu banyak orang memahami apa arti kehidupan ini. Tidak keliru dan memang begitu. Semua hal dalam kehidupan dunia ini butuh perjuangan.
Seorang pria yang ingin menikah, ia harus berjuang untuk dapat diterima. Seorang pelajar yang ingin sukses ia harus berjuang dengan belajar keras untuk mencapai tujuan.
Guru yang visioner akan berjuang bagaimana menciptakan dan menguatkan sistem yang dapat menjadikan peserta didiknya tumbuh menjadi pembelajar dan insan ulul albab. Semua daya akan ia upayakan.
Profesi apapun, butuh yang namanya perjuangan itu sendiri. Sungguh aneh memang kalau ada orang, dalam setiap hembusan nafasnya tidak ada agenda perjuangannya.
Pemahaman Ustadz Abdullah Said
“… Mental seperti ini sangat berbahaya bapak dan saudara-saudara. Saya berani berkata dan berani bertaruh, bahwa tidak Islami rasanya kalau ada umat Islam yang tidak berjuang. Lantas hidup ini untuk apa kalau tidak ditandai dengan perjuangan bapak dan saudara-saudara?
Masak Allah membikin makhluk setegar, sehebat, sekomplet, dan sesempurna ini dengan segala macam instrumen dan fasilitas yang luar biasa yang memungkinkan menguasai alam ini, kalau sekadar makan, baring baring, tidur tidur dan ketawa-ketawa. Sudah itu makan-makan lagi (mohon maaf) berk-berk lagi, tidur lagi.
Kalau memang untuk itu kenapa tidak dibikin saja kerbau semua bapak dan saudara-saudara?
Tidak perlu pakai kasur tidak perlu pakai selimut obat nyamuk dan segala macam.
Dan, sengaja Allah secara alamiah (mendesain) tidak pernah (ada) kerja kita selesai. Terus menerus kita dihadapkan pada problema dan tantangan untuk memelihara irama dan ritme berjuang bapak dan saudara-saudara.
Nilai hidup kita terletak pada perjuangan hidup kita. Kalau hidup kita sekadar cari makan ya kerbau bapak dan saudara-saudara.
Proses irama pejuang dapat kita lihat pada seluruh nabi dan rasul Allah. Ditandai kehidupannya dengan kehidupan yang sulit kehidupan yang pahit kehidupan yang sakit.
Sehingga dapat dikatakan rute perjalanan seorang pejuang seorang Muslim yang ideal memang antara cucuran keringat cucuran air mata dan tetesan darah.”
Demikianlah paparan tajam Ustadz Abdullah Said Rahimahullah tentang wajibnya kita berjuang. Uraian dalam ini beliau sampaikan pada Pengajian Malam Jumat di Karang Bugis, Balikpapan. Tahun 1992.
Meneguhkan Mental Juang
Berdasarkan uraian itu kita dapat memahami bahwa ada hal utama yang harus terus kita jaga dalam hidup ini yakni meneguhkan mental juang.
Secara empirik, seorang mukmin berarti harus memiliki ketangkasan (lahir dan batin), semangat menyala, adaptif, terampil, inovatif, amanah dan progresif beradab.
Dr. Abdul Mannan, MM dalam pengantar Buku “Jati Diri Hidayatullah” jilid 1 tentang Sistematika Wahyu menerangkan mental juang para pendiri, penggerak, dan kader awal Hidayatullah ada pada semangat ekspansi dakwah dan antusiasme dalam pengorbanan.
Karena itu karakter mereka adalah kaum muda yang memiliki modal besar bernama tawakal dan semangat untuk sukses dakwah dan tarbiyah. Amaliyah yang meneguhkan mental juang mereka adalah Surah Al-Muzzammil ayat 1 sampai 10.
Dalam dimensi spiritual, meneguhkan mental juang itu akan bisa kita lakukan kalau kita memang ingin ridha Allah dan bersabar hidup bersama dengan orang-orang yang menghendaki wajah-Nya (QS. Al-Kahfi: 28).
Dan, sebagai Abdullah sekaligus Khalifatullah perjuangan yang harus kita upayakan adalah membangun masyarakat Islami, menegakkan peradaban Islam, dan menyinari dunia dengan keindahan ajaran Islam.*
*) Penulis adalah Direktur Progressive Studies & Empowerment Center (Prospect) | Ketua Umum PP Pemuda Hidayatullah 2020-2023. Publikasi pokok pokok pikiran Ustadz Abdullah Said ini atas kerjasama Media Center Silatnas Hidayatullah dan Hidayatullah.or.id dalam rangka menyambut Silatnas Hidayatullah 2023