AdvertisementAdvertisement

Ustadz Lathif Usman: Mengabdi di Hidayatullah Sebagai Pengawal

Content Partner

Ustadz Latif (depan kedua dari kiri) bersama sejumlah pengurus berfoto dengan Presiden SBY
Ustadz Latif (depan kedua dari kiri) bersama sejumlah pengurus berfoto dengan Presiden SBY

Hidayatullah.or.id — Siapa yang tak kenal Ustadz Abdul Latif Usman? Di kalangan Hidayatullah, beliau termasuk ustadz senior. Tapi adakah yang tahu jabatan beliau selama ini? Ustadz Latif, demikian biasa dipanggil, mengaku dirinya selama di lembaga menjadi pengawal.

“Sejak dulu tugas saya ini jadi pengawal, mulai pimpinan (pertama, Allahuyarham Ustadz Abdullah Said) hingga pimpinan sekarang (Ustadz Abdurrahman Muhammad),” ujar Ustadz Latif di depan para jamaah usai shalat shubuh di Masjid Ummul Quro, Komplek Pesantren Hidayatullah Depok, Jawa Barat, belum lama ini.

Beliau berkisah, ada kesan-kesan tersendiri khususnya saat mengawal Ustadz Abdurrahman. Misalnya, Ustadz Latif kerap dikira pimpinan Hidayatullah oleh orang-orang yang belum mengenal keduanya dengan baik.

“Saat kami (saya, Red) mengawal beliau (pimpinan) ke Pakistan, di markas sebuah harakah besar, kami yang dikira sebagai pimpinan Hidayatullah,” tuturnya.

Hal ini, menurut Ustadz Latif, karena penampilan keduanya yang berbeda. Seperti diketahui, saat bepergian Ustadz Abdurrahman kerap “berseragam” khas; peci hitam, baju koko, dengan sorban merah disampir di bahu, serta celana panjang di atas mata kaki. Sementara Ustadz Latif, “seragam” khasnya adalah peci putih dan gamis putih panjang layaknya orang Arab.

“Karena penampilan beliau yang begitu, dan penampilan kami yang begini, maka kami yang dikira pimpinan Hidayatullah,” ujar Ustadz Latif disambut senyum jamaah.

Dalam hal ini, beliau menyebut dirinya bisa “mengalahkan” bapak pimpinan. Namun, beliau mengakui belum bisa “mengalahkan” Ketua Umum (Ketum) PP Hidayatullah Dr Abdul Mannan.

“Tapi ada satu yang bisa kami kalahkan beliau,” ujar Ustadz Latif.

Beliau berkisah lagi, suatu ketika pernah mengawal Ustadz Mannan ke suatu tempat selama beberapa hari. Saat Ketum menanyakan makanan yang hendak disantap, Ustadz Latif menjawab “sate”.

Makan yang kedua kalinya, ditanya lagi apa yang mau dimakan, jawabnya sate lagi. Ketum meladeni.

Ketiga kalinya, “Mau makan apa?” tanya Ketum.

“Sate!” jawab Ustadz Latif dengan mantapnya.

Demikian seterusnya, tawaran dan jawaban yang sama hingga makan keempat, kelima, bahkan keenam. Setiap tawaran makan, Ustadz Latif selalu menjawab “sate”.

Tapi rupanya pada “tantangan” sate yang terakhir ini, Ketum sudah tak sanggup meladeni sang pengawal.

“Di sinilah kami berhasil mengalahkan Ustadz Mannan,” seloroh Ustadz Latif lagi-lagi disambut tawa ringan jamaah. (Liputan Skr aljihad, wartawan portal nasional Hidayatullah.com).

- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Ya Allah Perbaiki Segala Urusanku dan Jangan Serahkan pada Diriku Sekejap Mata pun

JIKA Anda titip kepada seseorang agar dibelikan nasi goreng di suatu tempat yang cukup jauh dari rumah, apa yang...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img