SIANG itu, selepas menunaikan salat dzuhur, ponsel yang tersimpan di saku celana tiba-tiba berdering. Suara seorang teman dari ujung telepon terdengar akrab.
Teman saya ini, yang baru saja pindah ke Jakarta, memulai pembicaraan dengan keluhan dan kekhawatiran tentang kehidupan di ibu kota yang terkenal dengan biaya hidupnya yang tinggi.
Sejenak saya teringat perjalanannya. Selepas menyelesaikan pendidikan menengah di kampung halaman, dia melanjutkan studi di Makassar. Setelah itu, dia melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, sebelum akhirnya meniti karir di Jakarta.
Kini, kabar bahagia tentang rencana pernikahannya dengan seorang dosen di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) disertai kegelisahan mengenai masa depan kehidupan rumah tangga di Jakarta.
Mendengar keluhannya, saya menyampaikan sebuah nasihat yang terinspirasi dari Ustadz Abdullah Said, pendiri Hidayatullah: “Tuhan yang di Makassar itu juga Tuhan yang di Jakarta.”
Ungkapan Ustadz Abdullah Said ini sering betul diulas dalam banyak kesempatan sebagai sebuah pengingat mendalam tentang kebesaran Allah yang melampaui batas geografis. Firman Allah dalam Al-Qur’an mempertegas keyakinan ini:
وَلِلَّهِ ٱلْمَشْرِقُ وَٱلْمَغْرِبُ ۚ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا۟ فَثَمَّ وَجْهُ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Surah Al-Baqarah ayat 115 ini mengingatkan bahwa Allah “hadir” di mana saja. Tidak ada ruang atau tempat yang dapat membatasi-Nya. Hal yang diperlukan dari seorang hamba adalah iman yang kokoh dan keyakinan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita, bahkan di tengah tantangan sebesar apa pun.
Hadirkan Ketenangan
Dalam menghadapi tantangan hidup, termasuk tingginya biaya hidup di Jakarta yang dicemaskan kawan tadi, ulama berpesan bahwa iman adalah obatnya. Keimanan kepada Allah menciptakan ketenangan batin yang memungkinkan seseorang untuk tidak larut dalam kecemasan. Sebagaimana firman Allah:
لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًا ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَٱلْعَٰقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
“Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha: 132)
Ayat ini memberikan pemahaman yang sangat tegas bahwa rezeki adalah tanggung jawab Allah, bukan urusan manusia. Namun, ini bukan berarti manusia bisa berpangku tangan.
Justru, ayat ini mengajarkan bahwa dengan ketakwaan dan kesungguhan, seseorang akan mendapatkan keberkahan rezeki yang datang dari arah yang tidak disangka-sangka.
Selain iman, usaha maksimal adalah bentuk nyata dari keimanan dan syukur kepada Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan hamba-Nya untuk bekerja keras mencari karunia-Nya di muka bumi:
فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَٱبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
Lafaz Al Qur’an ayat kesepuluh dari surah Al Jumu’ah di atas ini menjadi pedoman bahwa setelah menyelesaikan kewajiban kepada Allah, manusia diperintahkan untuk menjemput karunia-Nya dengan usaha yang maksimal.
Fan tasyiruu fil ardh!
Hamparan bumi adalah tempat manusia untuk mencari rezeki dan meraih keberhasilan. Namun, kerja keras ini harus diiringi dengan zikir dan ingatan kepada Allah agar usaha tersebut menjadi berkah.
Pepatah Arab “Man jadda wajada” (Barang siapa bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil) menjadi cerminan prinsip ini. Kesungguhan dan ketekunan dalam usaha, dengan tetap bersandar pada Allah, adalah kunci kebahagiaan. Dan, kebahagiaan itulah sejatinya kesuksesan.
Selalu Optimis
Tingginya biaya hidup di kota besar seperti Jakarta seringkali menimbulkan kekhawatiran. Namun, iman kepada Allah memberikan keyakinan bahwa setiap masalah memiliki solusi. Allah telah menjamin rezeki bagi setiap makhluk-Nya. Rasulullah SAW bersabda:
لَو أَنَّكُمْ تَوكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرزُقُ الطَّيرَ ، تَغدُو خِماصاً ، وتَروحُ بِطَاناً
“Seandainya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung. Burung itu pergi pagi hari dalam keadaan lapar, lalu pulang sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi)
Hadis dengan sanad yang kuat dan perawi yang tsiqqah ini mengajarkan bahwa Allah tidak hanya memberikan janji, tetapi juga solusi. Burung, yang tidak memiliki gudang atau tempat penyimpanan, tetap mendapatkan rezeki setiap hari.
Maka, manusia sebagai makhluk yang diberikan akal dan kemampuan lebih, tentu memiliki peluang yang lebih besar jika mau berusaha.
Kesungguhan usaha diiringi keimanan kepada Allah menjadi kombinasi yang tak terkalahkan. Dalam Islam, kerja keras bukan sekadar aktivitas fisik, tetapi juga sebentuk ibadah. Setiap langkah dalam mencari rezeki, jika diniatkan karena Allah, akan bernilai pahala.
Kuncinya terletak pada kesungguhan dan ketakwaan. Sebagaimana janji Allah dalam Al-Qur’an:
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Dan barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. At-Talaq: 2-3)
Semoga Allah Ta’ala senantiasa membimbing kita untuk selalu menjadikan iman sebagai landasan, kerja keras sebagai jalan ikhtiar, dan doa sebagai penguat, niscaya Allah akan mencurahkan rahmat-Nya tanpa batas, Aaamiiin.[]
*) Adam Sukiman, penulis founder komunitas Emas Jakarta dan dan Ketua Pengurus Wilayah Pemuda Hidayatullah Daerah Khusus Jakarta