
JAKARTA (Hiadyatullah.or.id) – Diskusi Kamisan yang digelar oleh Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Hidayatullah Jakarta pada Kamis, 10 Rabi’ul Akhir 1447 (2/10/2025) menghadirkan “Dakwah dan Kemandirian Finansial: Membangun Bisnis Tanpa Melupakan Misi”.
Dalam kesempatan itu, narasumber Mazz Reza Pranata menyampaikan pentingnya membangun pola pikir kewirausahaan sebagai kunci menuju kemandirian, baik secara individu maupun organisasi.
Sejak awal pemaparannya, Mazz Reza menegaskan bahwa kemandirian dalam karir tidak dapat dilepaskan dari jiwa wirausaha. Ia menekankan bahwa membangun karir yang berkelanjutan menuntut adanya pola pikir kewirausahaan.
“Satu kaca kunci dalam membangun karir adalah entrepreneurship,” ungkap pengusaha muda ini.
Ia kemudian menjelaskan lebih lanjut bahwa kewirausahaan bukan sekadar aktivitas bisnis, melainkan cara berpikir. Menurutnya, pola pikir kewirausahaan menjadi fondasi utama untuk menghadapi tantangan dan menciptakan nilai tambah di tengah masyarakat.
“Entrepreneurship is a mindset. Artinya, yang pertama diubah untuk menjadi entrepreneur adalah pola pikir untuk keluar dari masalah dan menciptakan nilai tambah,” jelas bos PT Indo Ananta Development ini.
Lebih jauh, ia menekankan bahwa kemampuan bersaing di era modern tidak mungkin dicapai tanpa keterampilan. Skil, menurutnya, adalah bagian integral dari kemandirian. Tanpa peningkatan kemampuan yang berkelanjutan, seseorang akan sulit menghadirkan solusi yang bernilai.
“Seorang yang ingin membangun kemandirian harus selalu berusaha meningkatkan skilnya, tanpa skil maka tidak akan bisa bersaing dan menciptakan nilai tambah,” tambahnya.
Mazz Reza juga menggarisbawahi bahwa mindset kewirausahaan tidak terbatas pada profesi tertentu. Ia menekankan bahwa semua kalangan, apapun bidangnya, membutuhkan pola pikir kewirausahaan untuk berkembang.
“Siapapun dan profesi apapun harus mempunyai mindset entrepreneurship,” tegasnya.
Menurutnya, perubahan pola pikir tidak bisa terjadi secara instan. Perlu pembiasaan sejak dini agar setiap individu terbiasa memandang masalah bukan sebagai hambatan, melainkan sebagai peluang untuk menghadirkan solusi.
“Mindset merubah sikap itu tidak bisa tiba-tiba, ia harus diasah sejak dini untuk bagaimana kita menjadi solve problem. Kita harus menjadi bagian dari solusi,” papar Mazz Reza.
Ia melanjutkan bahwa setelah pola pikir kewirausahaan berhasil ditanamkan, langkah berikutnya adalah menghubungkannya dengan keterampilan dan kemampuan membaca peluang. Dia menegaskan, kewirausahaan bukan hanya tentang ide, tetapi juga tentang kemampuan memanfaatkan kesempatan yang ada.
“Setelah mindset berhasil di-install, lalu di-connecting dengan kemampuan kita, di samping kita harus cerdas membaca opportunity,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia memberikan contoh sederhana bagaimana melatih pola pikir kewirausahaan dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, setiap individu bisa memulai dari hal kecil dengan merefleksikan diri di awal hari.
“Cara pertama untuk memperbaiki mindset, yang paling sederhana adalah ketika setiap pagi ketika bangun selalu bertanya dalam diri apakah saya adalah bagian dari masalah atau sebagai solusi,” jelasnya.
Dalam konteks dakwah, Mazz Reza menekankan bahwa kader Hidayatullah memiliki tanggung jawab lebih besar untuk tampil sebagai agen solusi di tengah masyarakat. Potensi besar yang dimiliki organisasi, menurutnya, harus dioptimalkan untuk menghadirkan nilai tambah yang bermanfaat luas.
“Kader Hidayatullah mampu tampil menjadi solusi dan menghadirkan nilai tambah yang bermanfaat untuk masyarakat di mana ia berada. Potensi itu ada dan Hidayatullah saya kira bisa melakukan lebih dari apa yang ada sekarang untuk kebaikan umat dan bangsa,” tandasnya.
Diskusi yang berlangsung tersebut menjadi ruang refleksi sekaligus motivasi bagi peserta untuk menata kembali cara pandang terhadap dakwah dan ekonomi. Mazz Reza menekankan bahwa kemandirian finansial bukanlah tujuan akhir, melainkan instrumen yang mendukung misi dakwah agar lebih luas manfaatnya bagi kehidupan.
Dengan menekankan pada pentingnya pola pikir kewirausahaan, peningkatan keterampilan, serta keberanian membaca peluang, Mazz Reza menutup pemaparannya dengan ajakan agar setiap kader tidak hanya berfokus pada tantangan, tetapi juga mampu hadir sebagai bagian dari solusi nyata.