TANPA kita sadari, dalam sebuah organisasi yang nampak sehat baik dari kinerga manajemen, program, keuangan dan lain sebagainya, ada kalanya juga menderita sebuah “penyakit”. Bisa jadi penyakit itu sifatnya ringan, hingga pada level yang akut dan parah.
Sayangnya, elemen organisasi, dari pucuk pimpinan hingga level bawah, acapkali tidak aware terhadap masalah ini. Sehingga, tahu-tahu organisasi mengalami decline, bahkan tidak jarang yang akhirnya mati.
Patologi organisasi merupakan analogi yang merujuk pada kondisi atau gangguan serius dalam struktur dan fungsi suatu organisasi, mirip dengan cara patologi mengacu pada studi penyakit dalam tubuh manusia.
Seperti halnya dalam patologi medis, patologi organisasi melibatkan identifikasi, analisis, dan pemahaman terhadap masalah atau disfungsi yang mungkin terjadi di berbagai tingkatan organisasi.
Seperti penyakit yang dapat mempengaruhi sistem tubuh secara keseluruhan, patologi organisasi mencakup aspek-aspek seperti kepemimpinan yang tidak efektif, komunikasi yang buruk, ketidakcocokan budaya, atau kebijakan yang tidak sesuai.
Dalam konteks ini, “diagnosis” patologi organisasi melibatkan pemahaman mendalam terhadap penyebab masalah, serta upaya untuk mengembangkan solusi yang efektif.
Mirip dengan penanganan penyakit fisik, penyembuhan patologi organisasi memerlukan tindakan yang terkoordinasi dan seringkali melibatkan perubahan dalam kebijakan, struktur organisasi, atau budaya perusahaan.
Sebagaimana upaya penyembuhan pada manusia, mengatasi patologi organisasi memerlukan kolaborasi, komitmen, dan adaptabilitas untuk mencapai pemulihan dan meningkatkan kesehatan jangka panjang organisasi tersebut.
Apa Penyebab Patologi Organisasi?
Penyebab patologi organisasi dapat bervariasi, dan seringkali merupakan hasil dari kombinasi faktor internal dan eksternal. Beberapa penyebab umum melibatkan:
Kepemimpinan yang Tidak Efektif: Kepemimpinan yang lemah atau tidak mampu mengelola organisasi secara efektif dapat menjadi pemicu utama patologi organisasi. Secara struktur pemimpin dalam organisasi masih ada dan eksis, akan tetapi tidak dapat lagi memberikan energi sebagai quwwah dan qudwah dalam organisasi, akhirnya terjadi delegitimasi kepemimpinan.
Komunikasi yang Buruk: Ketidakjelasan dalam komunikasi, kurangnya transparansi, atau hambatan komunikasi dapat menciptakan konflik dan disfungsi di dalam organisasi. Komunikasi yang cenderung satu arah, tanpa memperhatikan suara dari bawah dan akomodatif pada level rendah, seringkali memicu disharmonis bahkan distrust terhadap organisasi.
Budaya Organisasi yang Tidak Sehat: Budaya organisasi yang tidak mendukung kolaborasi, inovasi, atau keseimbangan kehidupan kerja, tidak hanya dapat menyebabkan masalah organisasional, akan tetapi merambah ke individual struktur organisasi dan anggota. Sehingga menyebabkan menurunkan daya juang dan motivasi, yang ujungnya mengarah rendahnya loyalitas dan produktifitas.
Ketidakcocokan Antara Struktur dan Tujuan: Jika struktur organisasi tidak sejalan dengan tujuan atau visi organisasi, hal ini dapat menghasilkan ketidakefisienan dan konflik internal. Sehingga prinsip the right man, the right place and the right time, merupakan kata kunci yang perlu diterapkan. Penempatan struktur berdasarkan meritokrasi yang jauh dari subyektifitas, like or dislike, secara obyektif akan mendekatkan struktur dengan visi, misi dan tujuan organisasi.
Ketidakmampuan Beradaptasi: Organisasi yang tidak dapat beradaptasi dengan perubahan pasar (internal dan eksternal), teknologi, atau lingkungan bisnis dapat mengalami patologi karena kekakuan. Ketidakmampuan beradaptasi ini, juga menyebabkan organisasi tidak mampu melakukan evolusi, dimana siapapun yang tidak berubah, maka dia akan punah.
Kurangnya Pengembangan Sumber Daya Insasni (SDI): Jika organisasi gagal memberikan pelatihan atau pengembangan SDI, hal ini dapat menyebabkan ketidakpuasan, kurangnya motivasi, dan penurunan kinerja. Disisi lain akan melemahkan daya saing yang menyebabkan demotivasi untuk melakukan perubahan organisasi menuju yang lebih baik. Apalagi jika terdapat “pembatasan” dalam pengembangan organiasi
Kebijakan yang Tidak Tepat: Kebijakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau tidak diterapkan dengan baik dapat merugikan struktur dan produktivitas organisasi. Selain itu juga dapat terkait dengan gaya kepemimpinan, manajemen, pemanfaatan teknologi, keuangan dan lain sebagainya, yang tidak diatur dalam sebuah kesepakatan atau prosedur yang dipahami oleh semua pihak.
Perubahan Eksternal: Faktor eksternal seperti krisis ekonomi, perubahan regulasi, atau persaingan pasar yang ketat dapat memberikan tekanan tambahan pada organisasi. Kemampuan membaca dinamika eksternal dan kemudian ditemukan formulasi untuk riding the wave, merupakan sebuah langkah cerdas menghadapi cepat dan ketidakpastiannya perubahan eksternal.
Penting untuk menyadari bahwa penyebab patologi organisasi tidak tunggal, seringkali kompleks dan saling terkait satu dengan lainnya. Solusi yang efektif untuk mengatasi patologi organisasi seringkali melibatkan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan.
Siapa yang Bisa Mendiagnosa Patologi Sebuah Organisasi?
Diagnosa patologi organisasi umumnya dilakukan oleh para ahli manajemen, konsultan organisasi, atau tim internal yang memiliki pemahaman mendalam tentang struktur, proses, dan dinamika organisasi. Beberapa pihak yang dapat mendiagnosa patologi organisasi melibatkan:
Konsultan Manajemen Organisasi: Profesional konsultan yang memiliki referensi akademik sekaligus pengalaman dan keahlian khusus yang panjang dan kompleks dalam menganalisis dan memecahkan masalah organisasi. Mereka dapat membantu organisasi dari mengidentifikasi masalah, memberikan rekomendasi, hingga pada tatarasn mendukung implementasi perubahan.
Manajemen Internal: Tim manajemen internal yang memiliki wawasan yang baik tentang operasi sehari-hari organisasi. Mereka dapat melakukan evaluasi internal, mengidentifikasi kelemahan, dan merancang strategi perbaikan. Biasanya manajemen internal juga melakukan benchmarking dari organisasi sejenis yang menghadapi penyakit yang serupa.
Ahli Sumber Daya Manusia (SDM): Profesional SDM dapat membantu dalam menganalisis aspek-aspek budaya organisasi, kebijakan SDM, penempatan SDM dalam sebuah struktur/amanah tertentu serta dinamika interpersonal yang dapat mempengaruhi kesehatan organisasi. Mereka akan melakukan pendekatan berdasarkan aspek psikologis dan humanis lainnya, sehingga masing-masing SDM dapat melakukan self healing, terhadap dirinya masing-masing.
Pemimpin dan Eksekutif Senior: Pemimpin organisasi dan eksekutif senior memiliki tanggung jawab besar terhadap kesehatan organisasi. Mereka dapat memimpin proses diagnosa dan berkolaborasi dengan tim untuk merumuskan solusi. Pemimpin dan eksekutif mesti melakukan muhasabah atas pelaksanaan kepemimpinannya selama ini, dan selanjutnya meninggalkan hal-hal yang kontraproduktif dan meningkatan aktifitas yang dapat memperkuat dan mengembangkan Organisasi.
Analisis Kepuasan Karyawan: Survei dan analisis kepuasan karyawan dapat memberikan wawasan penting tentang tingkat kepuasan, motivasi, dan persepsi karyawan terhadap kondisi organisasi. Survei ini bisa dilakukan secara internal, ataupun dengan menggunakan jasa dari konsultan psikologi/SDM.
Dalam melakukan diagnosa patologi organisasi, seringkali diperlukan pendekatan multidimensional yang melibatkan analisis data, observasi, wawancara, dan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan. Proses ini memungkinkan penyelidikan yang holistik untuk memahami akar masalah dan merancang solusi yang tepat.
Bagaimana Mengobati Patologi Organisasi
Setelah melakukan diagnosa di atas, dan kemudian diketemukan penyakitnya, atau setidaknya gejala-gejala yang mengarah sakitnya sebuah organisasi, maka mengobati patologi organisasi melibatkan serangkaian langkah perbaikan yang holistik.
Berikut adalah beberapa solusi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kesehatan organisasi:
Evaluasi dan Analisis Mendalam: Lakukan evaluasi menyeluruh terhadap struktur, proses, dan budaya organisasi untuk mengidentifikasi akar masalah. Libatkan pemangku kepentingan kunci dalam proses ini.
Perbaikan Kepemimpinan: Fokus pada pengembangan kepemimpinan yang efektif. Pelatihan dan pembinaan kepemimpinan dapat membantu pemimpin dalam mengelola tim, mengkomunikasikan visi, dan memotivasi karyawan.
Perbaikan Komunikasi: Tingkatkan transparansi dan efektivitas komunikasi di seluruh organisasi. Pastikan bahwa informasi mengalir dengan baik dari tingkat puncak ke tingkat operasional.
Pengembangan Budaya Organisasi: Bangun budaya kerja yang mendukung kolaborasi, inovasi, dan keseimbangan kehidupan kerja. Pastikan bahwa nilai-nilai organisasi tercermin dalam tindakan sehari-hari.
Pengembangan Karyawan: Berikan pelatihan dan pengembangan kepada karyawan. Ini tidak hanya meningkatkan keterampilan mereka, tetapi juga dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan.
Revisi Kebijakan dan Prosedur: Pastikan kebijakan dan prosedur organisasi mendukung tujuan strategis dan memberikan panduan yang jelas bagi karyawan.
Fasilitasi Partisipasi Karyawan: Libatkan karyawan dalam pengambilan keputusan dan proses perbaikan. Fasilitasi partisipasi dapat meningkatkan rasa kepemilikan dan keterlibatan.
Fleksibilitas dan Adaptabilitas: Kembangkan kemampuan organisasi untuk beradaptasi dengan perubahan eksternal. Fleksibilitas akan menjadi kunci untuk tetap relevan di pasar yang terus berubah.
Pemanfaatan Teknologi: Pemilihan, pemanfaatan dan penggunaan teknologi cerata tepat dan benar, akan membantu mempercepat pemulihan Organisasi dari sakit. Sebab banyak faktor yang kemudian dapat diatasi dengan memanfaatkan teknologi yang tepat guna.
Pemantauan dan Evaluasi Berkelanjutan: Terapkan sistem pemantauan dan evaluasi untuk mengukur kemajuan dan mengidentifikasi area yang memerlukan perhatian lebih lanjut. Hal ini memungkinkan organisasi untuk tetap responsif terhadap perubahan.
Komitmen Pemimpin: Pemimpin organisasi harus komitmen untuk perubahan dan kesehatan organisasi. Mereka perlu menjadi teladan dalam menerapkan nilai-nilai yang diinginkan dan mengampanyekan perbaikan.
Dengan demikian maka, mengobati patologi organisasi memerlukan kesabaran, komitmen, dan kolaborasi. Implementasi solusi ini harus diarahkan untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan dan meningkatkan kesehatan jangka panjang organisasi.
Kesimpulan
Dalam menghadapi patologi organisasi, solusinya melibatkan pendekatan holistik yang mencakup evaluasi mendalam, perbaikan kepemimpinan, peningkatan komunikasi, pengembangan budaya organisasi yang sehat, dan keterlibatan karyawan. Dengan fokus pada fleksibilitas, adaptabilitas, dan komitmen pemimpin, organisasi dapat mencapai perubahan positif.
Proses perbaikan yang berkelanjutan, didukung oleh pemantauan dan evaluasi, akan membantu meningkatkan kesehatan organisasi secara keseluruhan. Keseluruhan, memahami dan mengatasi patologi organisasi memerlukan kerjasama, keterlibatan, dan dedikasi dari seluruh pemangku kepentingan. Wallahu a’lam.
*) Asih Subagyo, Peneliti Senior Hidayatullah Institute