AdvertisementAdvertisement

Pejuang Dapur Dibalik Sukses Silaturrahim Nasional Hidayatullah 2023

Content Partner

BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) — Alhamdulillah, Silaturahim Nasional (Silatnas) Hidayatullah 2023 berjalan dengan lancar dan sukses. Tersenyum panitianya, bahagia pesertanya, dan tercerahkan spritualnya.

Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat (Wasekjen DPP) Hidayatullah, Ust. Dr. Abdul Ghofar Hadi, mengatakan insyaallah ketiga target tri sukses itu berhasil diraih.

Secara khusus, ia memuji khidmat dan perjuangan luar biasa yang ditunjukkan para para ibu (akhwat/ ummahat) dalam menyiapkan konsumsi dalam rangkan mensukseskan helatan lima tahunan ini.

“Salah satu sosok kesuksesan Silatnas Hidayatullah adalah ibu-ibu. Salah satu tugas kepanitiaan ibu-ibu adalah bagian konsumsi yang berjibaku di dapur menyiapkan makanan peserta Silatnas dari H-10 hingga peserta pulang,” katanya kepada Hidayatullah.or.id, Senin, 13 Jumadil Awal 1445 (27/11/2023).

Ghofar mengatakan, makan adalah kebutuhan pokok yang harus terpenuhi setiap hari. Bisa dibayangkan jika peserta Silatnas kelaparan tentu acara tidak berjalan dengan baik.

“Menyiapkan konsumsi untuk ribuan peserta bukan pekerjaan ringan. Sesederhananya lauk pauk tetap harus dimasak dan dipersiapkan,” imbuhnya.

Selain ibu-ibu panitia konsumsi, ada ibu-ibu di rumah-rumah warga. Mereka tidak tercatat namanya di kepanitiaan Silatnas tapi mengambil peran besar.

“Mereka menikmati Silatnas dengan melayani tamu-tamu di rumahnya. Tamu datang bergantian datang setiap hari,” katanya terharu.

Melayani tentu dengan menyiapkan makanan, minuman dan yang menyertainya. Hal ini kata Ghofar tidaklah mudah dan pasti lelah menjamu para tamu yang datang ke rumah setiap hari.

Dari persiapan memasak, perlu belanja dan mengolahnya yang perlu waktu dengan bumbu tertentu. Setelah selesai juga harus mencuci puluhan piring, mangkok, dan peralatan.

“Hari-hari berpeluh keringat, menahan panas api dapur, air mata keluar karena sambal. Berbasah-basah baju karena bolak-balik mencuci piring,” katanya.

Karena hari-hari berjibaku seperti itu, mereka pun nyaris tidak sempat ke lokasi acara dan mengikuti kegiatan Silatnas. Berkutat dengan dapur, kompor, mengiris-iris bawang merah, garam, cucian piring, dan lain sebagainya.

“Ini bagian dari pengorbanan yang tidak sederhana bagi ibu-ibu yang ikhlas. Rela sibuk dan repot di dapur di saat yang sama ingin mengikuti rangkaian acara Silatnas,” ujarnya.

Peserta yang diundang dan datang ke rumah-rumah warga tentu merasa terhormat dan bahagia dilayani. Ini juga bagian dari rangkaian silaturahim yang lebih dekat.

Ibu-ibu tentu lebih bahagia bisa melayani para tamu. Ada kepuasan spritual dan panggilan moral bisa melayani saudara-saudara dari jauh. Tanpa pamrih dan imbalan berjuang, berkorban di dapur.

“Tidak semua ibu-ibu memiliki kesempatan karena sebagian menjadi panitia yang mengawal acara Silatnas. Ini adalah keterpanggilan iman untuk melaksanakan hadist menghormati tamu,” tambahnya.

Demikian pula dengan potensi lainnya yang berkhidmat secara total mengurusi acara mulai dari persiapan, kegiatan, penutupan, hingga kepulangan, yang tidak saja individu tetapi juga didukung oleh unit dan amal amal usaha seperti SAR Hidayatullah, Sako Pramuka Hidayatullah, Pandu Hidayatullah, LPPH, Pemuda, Mushida, dan banyak lainnya. (ybh/hidayatullah.or.id)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Marriage is (not) Scary, Ibadah Terpanjang yang Menyatukan Keberkahan dan Tantangan

SEJAK remaja, saya selalu menjadi tempat curhat orang-orang di sekitar, dari teman dekat hingga kenalan singkat. Entah karena saya...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img