
BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) – Awal tahun pelajaran di lingkungan pendidikan putri Kampus Ummulqura Hidayatullah, Gunung Tembak, Balikpapan, ditandai dengan pelaksanaan kegiatan penguatan visi keilmuan dan spiritualitas para pendidik melalui program Lembaga Pendidikan Al-Qur’an (LPQ) Bersanad. Kegiatan ini menghadirkan Imam Masjid Ar Riyadh Kampus Ummulqura Hidayatullah, Ust. H. Muhammad Baharun Musaddad, Lc., sebagai narasumber utama.
Seluruh jajaran dewan guru dari unit pendidikan KB-RA, MI Raadhiyatan Mardhiyyah, hingga Sekolah Menengah Hidayatullah (SMH) mengikuti kegiatan ini dalam suasana khidmat dan reflektif.
Dalam taujihnya, Ustadz Baharun mengajak para pendidik untuk merenungi makna mendalam dari QS Ali Imran ayat 35–39 sebagai fondasi visi pendidikan Islam.
“Ibunda Maryam sudah berdoa bahkan sejak anaknya masih dalam kandungan. Ketika lahir, doanya justru dilanjutkan untuk keturunan berikutnya. Inilah amanah yang sedang dititipkan kepada para guru hari ini,” ujar Ustadz Baharun, seperti dalam keterangan diterima media ini, Senin, 10 Shafar 1447 H (4/8/2025).
Ia menekankan bahwa guru dalam Islam bukan sekadar pengajar, melainkan juga pelanjut doa orang tua. Ia mencontohkan peran Nabi Zakaria yang bukan hanya mengasuh dan mengajarkan ilmu kepada Maryam, tetapi juga membimbing secara spiritual.
“Ketika Zakaria telah mendidik Maryam dengan penuh kesungguhan, Allah hadiahkan anaknya sendiri yaitu Yahya, seorang nabi. Ini pesan penting bahwa siapa yang mendidik anak orang lain dengan sungguh-sungguh, bisa jadi Allah akan mendidik anaknya dengan cara yang luar biasa di antaranya dengan menghadirkan guru terbaik untuknya,” lanjutnya.
Mengenai pelaksanaan program LPQ bersanad, Ustadz Baharun menggarisbawahi pentingnya memperhatikan kualitas waktu dalam pengajaran Al-Qur’an. Ia mengkritisi praktik menjadikan kegiatan Qur’ani sebagai pengisi waktu sisa.
“Jangan berikan waktu sisa untuk Al-Qur’an. Karena hasilnya pun hanya sisa-sisa. Mengajar Al-Qur’an harus dalam kondisi terbaik, bukan saat guru dan murid sudah lelah,” tegasnya.
Ia juga memperingatkan risiko menganggap remeh kesalahan bacaan huruf hijaiyah dalam pembelajaran dasar anak.
“Bagaimana jika dia bawa kesalahan itu sampai ke kuburan?,” tanyanya retoris, menyampaikan urgensi ketelitian dalam mengajarkan bacaan Al-Qur’an.
Ustadz Baharun turut menyampaikan sebuah kisah inspiratif dari Ustadzah Aida Musaddad, Kepala Sekolah Taud Saqu Bogor. Seorang syeikh, kata beliau, meminta agar semua surah Al-Qur’an diajarkan kepada anaknya kecuali Al-Fatihah. Ketika ditanya alasannya, sang syeikh menjawab, “Ia ingin pahala al-Fatihah itu berasal langsung dari dirinya.”
Mengakhiri taujihnya, Ustadz Baharun menyampaikan pesan motivasional kepada para pendidik Al-Qur’an.
“Bayangkan, betapa banyak anak yang membaca Al-Fatihah hari ini, dan siapa yang pertama kali mengajarkannya? Itulah jejak amal seorang guru Quran,” tutupnya.
Kegiatan ini, jelas panitia penyelenggara, menjadi pembuka yang sarat nilai spiritual dan metodologis dalam menyambut tahun ajaran baru, sekaligus menguatkan komitmen para pendidik di lingkungan Kampus Ummulqura terhadap tanggung jawab besar mereka sebagai penjaga warisan Al-Qur’an.