BOGOR (Hidayatullah.or.id) — Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Hidayatullah, KH. Hamim Thohari, M.Si, menyampaikan pesan-pesan penuh semangat dan optimisme mengenai masa depan Hidayatullah dalam acara Halaqah Kubra – Silaturrahim Gabungan DPW Hidayatullah dari Daerah Khusus Jakarta (DKJ), Jawa Barat (Jabar), dan Banten, yang digelar di Pondok Pesantren Qur’an Hidayaturrahman (PQH), Kampung Lemah Neundeut, Desa Pancawati, Caringin, Ciawi, Kabupaten Bogor, Sabtu malam selepas shalat isya dan wirid tawajjuhat berjamaah, 10 Rabi’ul Awal 1446 (14/9/2024).
Ditengah suasana dingin nan sejuk penuh kekeluargaan dengan terpaan angin pagi dari kaki Gunung Salak, KH. Hamim dengan tegas menyatakan keyakinannya bahwa generasi muda Hidayatullah saat ini merupakan generasi yang hebat, unggul, dan tahan banting.
“Generasi hebat, unggul, dan generasi yang tahan banting. Itulah kader Hidayatullah yang akarnya menghujam kuat ke bawah dan rantingnya mengepak luas,” ujar KH. Hamim di hadapan 700-an hadirin yang memadati lapangan terbuka Pondok Qur’an Hidayaturrahman.
KH. Hamim Thohari menaruh harapan besar pada generasi muda Hidayatullah untuk menjadi penerus yang tangguh dan berkualitas. Ia meyakini bahwa dengan potensi yang dimiliki, mereka akan mampu membawa gerakan dakwah dan tarbiyah umat menuju masa depan yang lebih cemerlang.
“Saya saat ini penuh kegembiraan. Apa yang dilakukan oleh orang tua perintis Hidayatullah kita dahulu, sekarang masih dijalankan oleh generasi hari ini di daerah-daerah sampai daerah terpencil,” katanya.
Warisan Perjuangan
Dalam taushiahnya, KH. Hamim juga menggarisbawahi bahwa generasi muda Hidayatullah saat ini terus melanjutkan perjuangan yang telah dirintis oleh para orang tua pendiri.
Ia mengenang bagaimana para pendiri Hidayatullah berjuang dari nol, merintis dan membangun sebuah gerakan dakwah yang kini telah berkembang pesat di berbagai wilayah Indonesia. Meski tantangan yang dihadapi generasi sekarang jauh lebih berat, KH. Hamim tetap optimis.
“Mereka berjuang dan merintis dari nol. Yang dikerjakan orang-orang tua dahulu, masih dikerjakan adik-adik kita sekarang ini yang kualitasnya tidak kalah dengan pendahulunya,” tuturnya, menegaskan bahwa semangat perjuangan yang diwariskan para pendiri terus hidup dan berkembang dalam diri para kader muda.
KH. Hamim kemudian menekankan bahwa generasi muda Hidayatullah tidak perlu merasa takut menghadapi masa depan, meskipun tantangan yang mereka hadapi saat ini berbeda dan lebih kompleks dibandingkan generasi sebelumnya.
“Ini motivasi agar angkatan muda tidak diliputi rasa takut, saya termasuk orang yang sangat yakin dan optimis meskipun tantangan generasi hari ini jauh lebih berat dari tantangan yang dihadapi generasi masa lalu,” katanya dengan penuh keyakinan.
50 Tahun Perjalanan Hidayatullah
Momen Halaqah Kubra kali ini juga menjadi refleksi bagi perjalanan panjang Hidayatullah yang telah mencapai usia 50 tahun. KH. Hamim mengingatkan bahwa Hidayatullah kini telah ditinggalkan oleh para pendiri utamanya, termasuk kepergian Ustadz Muhammad Hasyim Harjo Suprapto tahun ini yang menjadi penanda berakhirnya babak pertama dari perjalanan setengah abad Hidayatullah.
“Tahun ini Hidayatullah sudah ditinggalkan oleh para semua pendirinya, terakhir kemarin Ustadz Hasyim yang kepergiannya menandai selesainya perjalanan 50 tahun pertama Hidayatullah,” ungkapnya dengan nada haru.
Dalam kesempatan tersebut, KH. Hamim juga mengajak para kader Hidayatullah untuk terus mengembangkan potensi mereka dan mengambil peran penting dalam meneruskan estafet perjuangan. “Pertanyaannya sekarang, apakah pelanjutnya mampu melanjutkan dan mengembangkan lebih berkibar lagi,” katanya.
Beliau pun mengingatkan perlunya para kader Hidayatullah untuk senantiasa waspada dan siap menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks.
Dunia yang semakin dinamis dengan berbagai perkembangan teknologi, perubahan sosial, serta tantangan global yang semakin mendesak menuntut para kader untuk lebih adaptif tanpa melupakan nilai-nilai dasar yang telah ditanamkan oleh para pendiri.
Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga kebersamaan, soliditas, dan kerja keras dalam menghadapi berbagai perubahan tersebut.
Tantangan dan Peluang 10 Tahun ke Depan
Menurut KH. Hamim, sepuluh tahun ke depan akan menjadi masa-masa yang krusial bagi Hidayatullah. “Sepuluh tahun ke depan saya menyebutnya sebagai tahun-tahun kritis karena mungkin kita akan kehilangan semua dengan orang-orang yang pernah bersama dengan Ustadz Abdullah Said,” ungkapnya.
Ia mengingatkan bahwa ini adalah kesempatan emas bagi para kader muda untuk menggali sebanyak mungkin ilmu, pengalaman, dan nilai-nilai dari generasi sebelumnya, sebelum mereka semua berpulang. “Maka, manfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya untuk menggali sebanyak-banyaknya,” pesannya.
KH. Hamim juga meyakinkan bahwa Hidayatullah memiliki landasan etika yang sangat kuat, yang telah membuat organisasi ini mampu bertahan dan berkembang selama ini. “Jangan pernah khawatir, Hidayatullah memiliki etika yang luar biasa, karena itulah yang membuat Hidayatullah tetap bertahan sampai sekarang,” tegasnya.
Optimisme Menuju Masa Depan
Di akhir taushiahnya, KH. Hamim Thohari memberikan suntikan motivasi bagi seluruh kader Hidayatullah yang hadir. Ia menggambarkan masa depan Hidayatullah sebagai sesuatu yang sangat menarik, menantang, dan penuh harapan.
“Masa depan ini sangat menarik, sangat menantang, sangat indah, jangan disia-siakan. Gunakan waktu sebaik-baiknya untuk bekerja keras,” ujarnya penuh semangat.
Pernyataan KH. Hamim ini seolah menjadi sebuah peta jalan bagi generasi muda Hidayatullah untuk terus melangkah maju dengan penuh keyakinan, meskipun tantangan yang akan dihadapi tidaklah mudah.
Dengan semangat kebersamaan dan tekad yang kuat, Hidayatullah diyakininya akan mampu terus berkembang dan menghadirkan manfaat yang lebih luas bagi umat.
Ia berharap agar setiap kader Hidayatullah mampu memaksimalkan potensi diri dan terus berkontribusi untuk kemajuan umat dan bangsa. “Masa depan Hidayatullah luar biasa. Saya sangat optimis sekali,” pungkasnya.
Berkemah
Halaqah Kubro yang berlangsung khidmat selama 2 hari di PQH ini digelar dengan konsep berkemah dan swalayan dimana peserta dari berbagai daerah di Jakarta, Jawa Barat, dan Banten datang dengan tenda masing masing.
Bagi peserta tanpa peralatan camping, panitia menyediakan tenda utama berukuran jumbo dan beberapa lokal penginapan serta tersedia menu makan besar dan kudapan yang aduhai nikmatnya selama kegiatan.
Peserta yang membawa tenda, mereka menyebar ke berbagai titik di lokasi PQH yang cukup luas dan asri. Disela rehat kegiatan, mereka menyeduh kopi, teh, dan jahe ditemani cemilan seraya berbincang hangat sambil menyapa tetangga tenda kanan kiri. Terpaan udara yang sejuk dari kaki Gunung Salak dan pepohonan rindang di PQH kian menambah semarak perjumpaan ini. (ybh/hidayatullah.or.id)