AdvertisementAdvertisement

Refleksi Visi Kedaulatan Pangan KH. Dr. Abdul Mannan Menuju Indonesia Emas 2045

Content Partner

Dr H Abdul Mannan, MM / dok

JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Progressive Studies & Empowerment Center (Prospect) bekerja sama dengan Nasional.news menggelar talkshow bertajuk “Era Peradaban Baru: Visi Indonesia Emas 2045” di kanal Nasntv, Ahad, 21 Syawal 1446 (20/4/2025).

Acara ini tidak hanya menjadi wadah refleksi pemikiran KH. Dr. Abdul Mannan, tetapi juga peringatan empat tahun wafatnya tokoh intelektual, pendakwah, dan pendidik ini.

Menghadirkan narasumber Mazlis B. Mustafa, murid almarhum, dan Imam Nawawi, Direktur Prospect, bincang ini menggali warisan pemikiran Abdul Mannan yang relevan bagi visi Indonesia Emas 2045.

KH. Dr. Abdul Mannan, atau dikenal juga sebagai Abdul Mannan El Kindy, adalah sosok yang mencerminkan perpaduan langka antara intelektual, aktivis dakwah, guru, pendidik, dan penulis.

Karyanya yang monumental, Era Peradaban Baru, menjadi salah satu bukti kepeduliannya terhadap arah peradaban bangsa.

Abdul Mannan wafat pada Selasa, 8 Ramadhan 1442/ 20 April 2021, di RS Mitra Keluarga Depok, Jawa Barat. Sebagai Ketua Umum DPP Hidayatullah dua periode (2005–2015), ia dikenal tegas, inspiratif, dan mampu memotivasi jamaah serta kadernya.

Pria asal Gresik, Jawa Timur, ini juga tercatat sebagai Pembina Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok dan pendiri sekaligus Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Hidayatullah Depok.

Visi Kedaulatan Pangan

Dalam talkshow tersebut, Mazlis B. Mustafa menyoroti gagasan kedaulatan pangan yang menjadi salah satu pilar pemikiran Abdul Mannan.

Ia mengenang bagaimana almarhum mengirimnya bersama belasan mahasiswa STIE Hidayatullah untuk mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Paremono, Mungkid, Magelang, Jawa Tengah.

Di sana, mereka menjalani pelatihan integrated farming selama tiga bulan, mencakup pertanian, perkebunan, dan peternakan. Menurut Mazlis, gagasan ini mencerminkan visi Abdul Mannan yang jauh melampaui pendidikan formal.

“Istilah beliau waktu itu, ini bukan hanya ketahanan pangan tapi kedaulatan pangan. Jadi, kedaulatan pangan di atas dari ketahanan pangan, di atas dari swasembada pangan, karena ini sudah berbicara tentang harga diri dan masa depan,” ungkap Mazlis.

Ia juga mengingatkan pesan Dr Abdul Mannan tentang ketergantungan Indonesia pada impor pangan, seperti kedelai yang mencapai 70 persen dan daging hingga 30 persen.

“Bayangkan saja kedelai. Kita hari-hari makan tempe dan itu tidak bisa ditinggalkan dalam menu-menu kita di rumah,” tambahnya.

Dr Abdul Mannan memandang kedaulatan pangan sebagai benteng pertahanan bangsa di tengah potensi krisis global. Ia khawatir, jika terjadi gangguan besar di sektor pertanian dunia, ketergantungan pada impor akan melemahkan Indonesia.

Oleh karena itu, ia mendorong santrinya untuk menciptakan ekosistem pertanian mandiri. “Sehingga, santri-santri beliau kirim untuk belajar kedaulatan pangan tentang bagaimana menciptakan ekosistem pertanian yang bisa memenuhi kebutuhan pangan bangsa kita dan memberi dampak kepada negara-negara lain,” jelas Mazlis.

Lebih jauh, Abdul Mannan memandang peradaban Islam sebagai manifestasi iman yang terwujud dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pertanian. Ide integrated farming yang ia gagas mengintegrasikan pertanian, perikanan, dan peternakan untuk menciptakan sinergi positif.

Namun, di balik visi besar ini, Dr Abdul Mannan selalu menekankan prinsip ibda’ binafsik—perubahan harus dimulai dari diri sendiri.

“Karena setiap perubahan besar selalu dimulai dari diri sendiri. Perubahan besar hanya akan menjadi omong kosong kalau tidak dimulai dan dimulainya adalah dari diri kita sendiri, lalu keluarga, sahabat, komunitas, masyarakat, dan kemudian dampaknya dapat dirasakan dan berpengaruh,” tegas Mazlis.

Prinsip ini, menurutnya, berpijak pada nilai-nilai Al-Qur’an sebagai pondasi kokoh. “Konstruksi yang dibangun tanpa pondasi yang kuat akan rapuh. Ibda’ binafsik adalah pondasi. Pondasi ini harus kuat, dan pondasi itu adalah nilai-nilai Quran. Kalau nilai-nilai Quran ditinggal, tujuan Islam tidak akan lahir kembali,” pungkasnya.

Era Peradaban Baru dan Dedikasi Pendidikan

Sementara itu, Imam Nawawi memandang ibda’ binafsik dalam konteks pendirian STIE Hidayatullah sebagai wujud nyata dari visi Dr Abdul Mannan.

Dalam muqaddimah buku Era Peradaban Baru, Dr Abdul Mannan dengan penuh haru menceritakan bagaimana STIE Hidayatullah, meski dengan segala keterbatasan, mampu mengirim dai sarjana ke berbagai daerah di Indonesia untuk melanjutkan misi peradaban baru.

“Yang disebut era peradaban baru adalah era yaitu ketika Rasulullah SAW menerima Wahyu, yang ketika itu turun tidak ada lagi peradaban mayor yang hidup. Itulah kenapa peradaban Islam oleh beliau dimaknai sebagai era peradaban baru,” jelas Imam.

Menurut Imam, Dr Abdul Mannan memiliki idealisme untuk membentuk manusia yang berkualitas, sebagaimana tercermin dalam ungkapannya, “asal orang, masuk dia”.

Prinsip ini menunjukkan keterbukaan Dr Abdul Mannan dalam mendidik tanpa memandang latar belakang, dengan fokus pada pembentukan karakter dan dedikasi.

Jejak rekam Dr Abdul Mannan sebagai pendidik menunjukkan konsistensi dan disiplin luar biasa. “Sikap ini kemudian tercermin dalam diri beliau yang sangat disiplin dan tekun sebagai seorang dosen, pendidik, dan guru, bahkan sampai ia meninggal dunia,” ungkap Imam.

Ia menegaskan bahwa dedikasi Dr Abdul Mannan layak menjadi teladan bagi gerakan Hidayatullah ke depan.

“Ini sesuatu yang sebenarnya sangat layak kita sorot menjadi headline di dalam gerakan Hidayatullah ke depan. Apakah masih ada seorang pendidik, seorang dosen, yang punya cita-cita besar yang kemudian itu terimplementasi dalam satu bentuk aplikasi konsistensi yang sedemikian tegar dan kokohnya,” tambahnya.

Keteguhan dan Keberanian Seorang Pejuang

Di sisi lain, Dr Abdul Mannan dikenal sebagai sosok tegas dan blak-blakan, terutama dalam hal perkaderan. Imam Nawawi menggambarkannya sebagai pejuang yang tidak menjanjikan kenyamanan, melainkan perjuangan penuh tantangan.

“Seperti medan perjuangan, tidak ada seorang pejuang yang menjanjikan kenyamanan. Seorang pejuang justru sejak awal menyampaikan bahwa ini perjalanan yang pahit, tapi dengan pahit ini, Anda selamat dari penyakit akibat terlalu banyak makan yang manis atau minum yang manis. Saya kira itu yang bisa menjadi pelajaran terpenting dari almarhum Doktor Abdul Mannan,” imbuh Imam.

Dr Abdul Mannan juga menunjukkan keteguhan hati yang luar biasa. Menurut Imam, ia adalah sosok yang telah menyelesaikan segala kekhawatiran hidup di usia muda, sehingga mampu menjalani kehidupan dengan penuh keyakinan dan dedikasi.

Warisan pemikiran Dr Abdul Mannan, dari kedaulatan pangan hingga pendidikan berbasis nilai-nilai Al-Qur’an, tegas Imam, menjadi pijakan penting bagi visi Indonesia Emas 2045.*/

Editor: Adam Sukiman
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

[KHUTBAH JUM’AT] Allah Ta’ala Tidak Pernah Menyelisihi Janji-Nya

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img