AdvertisementAdvertisement

Strategi Baru Kaderisasi untuk Peradaban dan Songsong Tantangan Keindonesiaan

Content Partner

JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Pembahasan mengenai masa depan organisasi dan penguatan sumber daya manusia kembali menjadi fokus dalam rapat rutin kaderisasi Hidayatullah yang digelar di Jakarta pada Selasa, 11 Jumadil Akhir 1447 (2/11/ 2025).

Pada kesempatan itu, Ketua Pimpinan Majelis Syura (PMS) Hidayatullah, KH. Hamim Thohari, mengingatkan bahwa bidang kaderisasi merupakan jantung gerakan organisasi.

Ia menegaskan kaderisasi sebagai pilar strategis dalam upaya menjaga kesinambungan dakwah, membangun ekosistem kepemimpinan, serta memperkuat kontribusi umat terhadap peradaban Islam dan keindonesiaan di masa depan.

Dalam dialog bersama Ketua Bidang Kaderisasi DPP Hidayatullah, Abdul Ghofar Hadi, Hamim menyampaikan bahwa kualitas kaderisasi akan menentukan wajah organisasi dua puluh tahun ke depan.

Ia mengingatkan perlunya keseriusan penuh dalam mengelola dan memperbarui pendekatan kaderisasi agar tetap relevan dengan perubahan zaman. “Saya kira, kalau bidang ini gagal, maka dua puluh tahun lagi kita tinggal nama,” ujarnya.

Peringatan tersebut disampaikan Hamim sebagai dorongan agar seluruh elemen kaderisasi memahami bahwa keberlanjutan gerakan tidak dapat dilepaskan dari kemampuan organisasi menyiapkan generasi penerus yang kompeten dan terhubung dengan kebutuhan masyarakat.

Rapat tersebut turut dihadiri Ketua Departemen Pembinaan Anggota, Iwan Abdullah, serta Ketua Departemen Rekrutmen, Imam Nawawi. Ketiganya bersama PMS membahas sistematisasi, sinergi, serta penyempurnaan sentuhan personal dalam pembinaan kader. Pertemuan ini diposisikan sebagai titik balik penting untuk memperkuat arah kaderisasi dalam dua dekade mendatang.

Abdul Ghofar menekankan pentingnya ekosistem yang saling terhubung antara departemen. Ia menegaskan bahwa tiga departemen utama—rekruitmen, pembinaan anggota, dan kaderisasi—harus berjalan sinergis dan saling mempengaruhi. Ekosistem yang terkoordinasi dinilai dia sebagai syarat agar proses kaderisasi berjalan efektif, terukur, dan mampu menjawab kompleksitas sosial yang berkembang di tengah masyarakat Indonesia.

Dalam penguatan lini rekrutmen, Imam Nawawi melaporkan bahwa pihaknya telah menyiapkan tim khusus yang akan fokus menyasar mahasiswa dan komunitas pemuda. Langkah ini dipandang strategis untuk mendekatkan nilai dakwah dan pembinaan kader kepada generasi muda melalui bahasa komunikasi yang lebih relevan.

“Kami akan menguatkan Training Bina Aqidah dan Super Life Revolution (SLR), serta menyapa dan menguatkan ketersambungan dengan alumni yang lulus lima tahun lalu namun belum tertangani,” ujarnya. Imam juga menyampaikan bahwa pola halaqah dan Daurah Marhalah Ula (DMU) akan ditingkatkan agar mampu menjangkau lebih banyak potensi kader.

Sementara itu, Iwan Abdullah melalui Departemen Pembinaan Anggota mengambil peran strategis dalam pengelolaan ribuan wali murid sekolah dan Rumah Qur’an. Pendekatan pembinaan akan dirancang lebih simpel dan membumi, sehingga proses menjadi kader dapat berjalan lebih inklusif dan tidak kaku.

Dalam konteks keindonesiaan, Hamim menyoroti bahwa masyarakat Indonesia memiliki kebutuhan dasar untuk berkumpul, berjamaah, dan memiliki komunitas. Ia memberikan ilustrasi bahwa berbagai kelompok atau aliran, termasuk yang dipandang tidak lazim, mampu bertahan dan berkembang karena berhasil memenuhi kebutuhan tersebut.

“Kalau mereka laku dan banyak pendukungnya, apa kita enggak bisa. Jadi kembali kepada kita sebagai ‘pemasar’ lembaga ini,” ujarnya. Hamim menegaskan bahwa organisasi perlu menggunakan pendekatan lebih baik, lebih cepat, dan lebih sistematis dalam membina kedekatan dengan masyarakat.

Hamim juga menekankan perlunya meninggalkan cara-cara manual yang rentan menghambat percepatan gerakan. Ia meminta agar setiap aktivitas kaderisasi dan pembinaan didokumentasikan dengan baik agar menjadi bagian dari sistem yang dapat dievaluasi dan dikembangkan.

Sebagai tindak lanjut konkret, ia mendorong untuk menyisir ulang seluruh jaringan dan kontak yang ada. Tujuannya adalah membangun forum silaturahmi akbar, serupa dengan momentum Syawalan di Jakarta, yang dapat menjadi rumah pulang bagi jaringan kader dan alumni yang tersebar.

Melalui penguatan sistem kaderisasi, Hidayatullah menegaskan komitmennya untuk menjaga kesinambungan gerakan, memperkokoh kontribusi umat, dan merawat nilai-nilai kebangsaan yang menjadi landasan kehidupan bernegara.

Reporter: Herim Achmad
Editor: Adam Sukiman
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Serukan Penegakan Ekologi, Pemuda Hidayatullah Minta Negara Tegas Tangani Akar Masalah Banjir

JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Pemuda Hidayatullah, Rasfiuddin Sabaruddin, mengeluarkan pernyataan terkait bencana banjir besar yang...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img