HIDORID — Pondok Pesantren Hidayatullah Kota Surabaya, Jawa Timur, mendorong pelestarian budaya dan kearifan lokal Indonesia khususnya pada batik. Kepedulian Hidayatullah Surabaya itu dibuktikan dengan menyelenggarakan pembelajaran membatik bagi santri SMP di yayasan ini.
Beberapa waktu lalu, puluhan siswa SMP Putri Luqman Al Hakim Hidayatullah Surabaya belajar teknik membatik untuk mencintai budaya dan seni dalam negeri.
Puluhan siswa itu membuat pola di atas kain putih jenis prima. Para siswa tersebut menggambar berbagai jenis bentuk mulai bentuk bunga, bentuk tak beraturan, atau bentuk sesuai kreativitas siswa.
Siswa menuangkan lilin khusus untuk batik yang telah dipanaskan di atas kuali atau wajan, kemudian melekatkannya di atas kain dengan menggunakan canting sesuai dengan alur motif.
Menurut guru SMP Putri Luqman al Hakim Hidayatullah Surabaya, Amin Rahayu, kegiatan ini untuk menanamkan cinta kepada produk dalam negeri.
“Tapi tidak sekadar cinta, lebih jauh hingga tahap proses membuatnya, seperti tahap nglowong, nerusi, dan isen-isen. Untuk membatik, telaten adalah kuncinya. Harus sabar,” katanya.
Mengenalkan seni dan budaya sejak dini merupakan hal yang paling efektif. Seperti kegiatan yang dilakukan SMP Putri Luqman Al Hakim Hidayatullah, Surabaya. Sekitar 20 siswinya dengan semangat mengikuti kegiatan membatik.
Para siswi terlihat serius mengoleskan lilin khusus batik ke kain putih yang diberikan gurunya. Ashari, guru kesenian di SMP Luqman Al Hakim Hidayatullah berharap adanya kegiatan ini, para siswinya dapat mengenal budaya serta mencintai produk dalam negeri.
“Mereka langsung dihadapkan dengan proses membatik, agar mereka lebih cinta terhadap budaya Indonesia,” ujar pria yang juga pimpinan Sanggar Aksara, Rabu (4/5/2011).
Ashari menjelaskan pada siswinya tahap demi tahap dalam membatik. “Pertama, nglowong, nerusi, dan isen-isen,” ujar Ashari di depan siswi-siswinya.
Dirinya juga berpesan pada murid-muridnya bahwa kegiatan membatik adalah kegiatan yang membutuhkan kesabaran. “Selain harus teliti, kreatif juga harus telaten, nah telatenini yang jadi kuncinya. Harus sabar,” tambahnya.
Salah satu siswi, Dila, mengatakan senang mendapat pengenalan tentang batik tulis itu. “Saya jadi mengerti bagaimana alur membuat batik itu,” katanya.
Sementara siswi lainnya, Attaya Salsabila mengaku senang setelah mengikuti kegiatan pengenalan batik tulis. “Saya jadi tahu alur membuat batik yang biasanya saya cuma lihat di butik,” jelasnya.
Beberapa macam motif dituangkan oleh para siswi tersebut, mulai gambar burung, gelas, bunga, serta ada juga yang menggambar nama mereka masing-masing. (ant/hio)