PALEMBANG (Hidayatullah.or.id) — Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat (Wasekjen DPP) Hidayatullah, Ust Abdul Ghofar Hadi, menyampaikan 4 hal yang harus diperhatikan oleh para guru khususnya penyelenggara pendidikan di lingkungan Hidayatullah.
“Sebagai seorang guru harus senantiasa meningkatkan empat hal,” kata Abdul Ghofar Hadi dalam acara pembinaan guru di Masjid Kampus Hidayatullah Palembang, Sabtu, 26 Dzulqaidah 1443 (25/6/2022).
Kegiatan rutin bulanan in dihadiri oleh bapak-bapak, ibu-ibu, dan guru pengabdian dari guru TK hingga guru SMA di Kampus Hidayatullah Palembang.
Adapun empat hal yang harus ditingkatkan, terang Ghofar, adalah, pertama, hubungan yang intens kepada Allah Ta’ala melalui ibadah dan munajat dengan pengharapan yang tinggi untuk kebaikan anak didik kita.
“Para santri yang dididik harus didoakan, diingat wajah, dan disebut namanya. Karena secerdas apapun guru dan sehebat apapun dia tapi jika tanpa doa, ilmunya hambar dan kurang bermanfaat,” katanya.
Beliau menjelaskan, doa adalah bagian dari aqidah dan aktualisasi Tauhid bahwa guru tidak bisa melakukan transformasi ilmu dan nilai tanpa melibatkan Allah.
“Doa juga menghindari putus asa dan menumbuhkan asa atau optimisme. Sehingga seorang guru harus rajin ibadah, dari yang fardhu maupun sunnah. Itu modal berharga sebelum dan sesudah mengajar sekaligus sebagai keteladanan,” katanya.
Kemudian, hal Kedua yang harus dilakukan adalah meningkatkan kemampuan diri sebagai seorang guru. Saat ini, untuk meningkatkan kapasitas diri dapat dilakukan dengan rajin ikut pelatihan, ikut seminar, micro teaching, ata bahkan bisa belajar otodidak dengan lihat Youtube.
“Era sekarang, tidak sulit untuk mengembangkan kemampuan mengajar bagi seorang guru,” kata kandidat doktor pendidikan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau ini.
Dia menambahkan, selain secara mandiri, pemantapan skil juga peru dilakukan pihak yayasan dan sekolah dengan menyelenggarakan program sekolah guru seperti mendatangkan ahli untuk training. “Sangat penting guru terus belajar,” katanya mengingatkan.
Hal Ketiga, lanjutnya, adalah meningkatkan hubungan dengan orangtua murid. Ia menegaskan bahwa kerja sama pendidikan dengan orangtua adalah keharusan.
“Mereka (orangtua) yang banyak memberikan pengaruh. Karena asal darah dagingnya dan banyak waktunya di saat kecil dengan orangtua,” imbuhnya.
Ghofar menjelaskan, semakin dekat hubungan guru dengan orangtua maka itu semakin berdampak positif bagi anak dan pendidikan. Oleh sebab itu Ghofar menekankan pentingnya pihak sekolah melakukan sinergi dengan orang tua, pengadaan program home visit, silaturahim atau acara bersama orangtua.
“Ironis jika komunikasi ke orangtua saat santri saat ketika ada masalah saja. Bahkan ada murid belajar tapi tidak kenal orangtuanya. Padahal mereka senang jika disapa dan dibina,” tukasnya.
Selanjutnya, hal Keempat yang harus dilakukan oleh guru, adalah meningkatkan hubungan di rumahnya. Ghofar mengatakan, suami istri harus kompak terlebih jika keduanya menjadi guru.
“Menjadi guru itu terkadang lelah karena harus disiplin dan banyak yang harus dikerjakan. Dari persiapan pembelajaran, evaluasi, menyiapkan metode, alat peraga, dan laporan administrasi. Semua tiada henti setiap hari. Sehingga kerja sama dan saling pengertian di rumah menjadi penting. Jika guru bermasalah di rumah, sulit konsentrasi di kelas,” jelasnya.
Ghofar menerangkan, sejatinya menjadi guru apa saja berat dan bebannya luar biasa, baik guru pada level pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi.
Kendati demikian, guru itu adalah tugas mulia, peluang mendapatkan amal jariah sangat besar. Karenanya, menurut Ghofar, dari sekian jam guru mengajar, ada beberapa menit yang ikhlas disampaikan maka itu sudah cukup jadi modal amal jariah.
“Dari sekian ratus murid yang pernah diajari, ada beberapa saja yang berhasil dan sholeh. Maka itu juga sudah cukup sebagai amal jariyah,” imbuhnya.
Pada kesempatan tersebut Ust Abdul Ghofar banyak menceritakan pengalaman menjadi guru dari sejak menjadi mahasiswa hingga mengajar mahasiswa. Ia juga menguraikan beragam dinamika dan kiat kiatnya berangkat dari pengalamannya pernah aktif dalam manajemen pendidikan dari asrama hingga banyak unit pendidikan. Ada romantika, dinamika dan keasyikan menjadi guru.
“Berbahagialah menjadi guru karena nabi diutus salah satunya menjadi guru. Guru bagi para sahabat dan umat untuk mengajarkan risalah Islam ini,” tandasnya. (ybh/hio)