MAKASSAR (Hidayatullah.or.id) — Maraknya kasus jeratan pinjaman online (pinjol) dan paylater di kalangan anak muda terutama mahasiswa dan pelajar mendorong Lembaga Amil Zakat Nasional Baitulmaal Hidayatullah (Laznas BMH) untuk turun tangan.
Laznas BMH yang menggandeng Pemuda Hidayatullah menggelar diskusi literasi keuangan bertajuk “Bahaya Pinjol dan Paylater” di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Sabtu, 9 Rabiul Akhir 1446 (12/10/24).
Diskusi ini menghadirkan Dr. H. Nasrullah Sapa, pakar ekonomi Islam dan dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, sebagai pembicara.
Nasrullah menyoroti fenomena rendahnya literasi keuangan di kalangan masyarakat yang menjadi salah satu faktor penyebab banyaknya korban pinjol dan paylater.
“Menurut studi, banyak pelaku awalnya meminjam untuk membayar hutang atau memenuhi kebutuhan yang mendesak, lalu karena sumber penghasilan terbatas dan pengeluaran besar, mereka meminjam lagi, sementara bunga yang ditetapkan sangat tinggi,” ujar Nasrullah.
Ia juga menjelaskan bahwa overkonsumsi dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi dan menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem.
“Sekali terjebak pinjol dan tidak bijak dalam menerapkan keuangan, maka perlu upaya kuat untuk melepasnya,” tegasnya.
Untuk mencegah mahasiswa dan pelajar terjerat pinjol dan paylater, Nasrullah memberikan beberapa solusi, di antaranya, hindari FOMO atau Fear of Missing Out.
Fomo adalah istilah masalah mental dimana seseorang selalu terbawa dengan perasaan cemas atau takut ketinggalan momen, interaksi sosial, tren, atau kesempatan yang sedang terjadi.
“Jangan mudah tergoda untuk mengikuti tren atau gaya hidup yang tidak sesuai dengan kemampuan keuangan,” tegasnya.
Kemudian prioritaskan kebutuhan, bukan gaya hidup. Bedakan mana yang merupakan kebutuhan pokok dan mana yang hanya sekadar keinginan.
“Lalu, berjuanglah untuk bersyukur. Karena rasa syukur dapat mencegah sikap konsumtif dan menghargai apa yang telah diperoleh,” terang Nasrullah.
Diskusi ini merupakan rangkaian Bulan Ekonomi Syariah yang digagas oleh Bank Indonesia (BI) dan diselenggarakan atas kerjasama BMH dengan Pemuda Hidayatullah Sulsel.
Risiko Kemudahan Akses Keuangan Digital
Abdurrahman Sibghatullah, ketua Pengurus Wilayah Pemuda Hidayatullah Sulsel, menilai maraknya kasus jeratan pinjaman online dan fenomena paylater di kalangan anak muda, khususnya mahasiswa dan pelajar, telah menjadi isu yang mendesak.
Fenomena ini menurutnya tidak hanya menandai lemahnya literasi keuangan di kalangan generasi muda, tetapi juga memperlihatkan ketidaksiapan mereka dalam menghadapi kemudahan akses keuangan digital.
Keadaan ini mendorong pihaknya yang bekerjasama dengan Laznas BMH untuk mengambil langkah proaktif dalam mengatasi permasalahan ini.
Dia menegaskan, pentingnya pemahaman keuangan yang baik, terutama dalam konteks pengelolaan utang dalam aspek syariah, tidak dapat diabaikan.
Selain itu, ketidaktahuan mengenai bunga pinjaman yang tinggi dan risiko denda keterlambatan menyebabkan korban judol ini akhirnya terjebak dalam siklus utang yang merusak kesejahteraan mereka.
“Melalui upaya edukasi keuangan yang dilakukan ini, diharapkan generasi muda tidak hanya meningkatkan pengetahuan pribadi, tetapi juga menjadi agen perubahan di lingkungan keluarga dan komunitas mereka,” kata pria yang karib disapa Bang ARS ini.
Transformasi pengetahuan keuangan ini jelas dia sangat relevan dalam membangun masyarakat yang lebih sadar akan bahaya dan dampak buruk dari pinjaman online dan paylater, yang sering kali disertai praktik ribawi serta ancaman bagi stabilitas ekonomi pribadi.
Sementara itu, Kadiv Program dan Pemberdayaan BMH Sulsel, Basori Shabirin, menambahkan, upaya ini tidak hanya bersifat reaktif, tetapi juga preventif, dalam rangka membantu generasi muda untuk memiliki kecakapan dalam mengambil keputusan finansial yang bijaksana dan bertanggung jawab.
“Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan menguatkan ekonomi syariah di kalangan masyarakat, khususnya generasi muda,” tutur Basori Shabirin.*/Herim