
KONSEP tarbiyah ruhiyah Hidayatullah menekankan dua pilar utama untuk memperkuat spiritualitas, yaitu: mafahim ruhiyah (pemahaman ruhiyah) dan a’mal ta’abbudiyah (amalan ibadah).
Keseimbangan antara keduanya membentuk kekuatan ruhani seorang mukmin, menjaga hubungan erat dengan Allah melalui kesadaran akan karunia-Nya dan pengakuan atas kekurangan diri.
Mafahim Ruhiyah untuk Kesadaran dan Keseimbangan
Menurut Ibnu Taimiyah, pemahaman ruhiyah terwujud dalam dua aspek: mushahadat al-minnah (mempersaksikan karunia Allah) dan i’tiraf bil qushur (mengakui kelalaian diri).
Seorang mukmin menyadari bahwa amal yang dipersembahkan tidak sebanding dengan limpahan nikmat Allah.
Kesadaran ini menempatkan seorang mukmin dalam posisi al-khauf war-raja‘ (takut dan berharap), yang mendorong keteguhan spiritual.
Pemahaman ini menjadi panduan untuk menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran akan kebesaran Allah.
Amal Ta’abbudiyah dengan Tiga Pilar Utama
Amalan ibadah menjadi sarana praktis untuk memperkuat ruhiyah, dengan tiga fokus utama: tilawah Al-Qur’an, shalat, dan dzikir.
Tilawah Al-Qur’an
Tilawah terbagi menjadi ta’abbudiyah (ritual ibadah) dan ta-ammuliyah (perenungan). Tilawah ta-ammuliyah mengajak mukmin untuk merenungi ayat-ayat Al-Qur’an secara tematik dan menemukan inspirasi seperti yang dilakukan pemikir besar muslim serta orang orang shaleh.
Al-Qur’an memberikan kaidah umum yang relevan lintas zaman, memungkinkan mukmin mengambil ibrah dari ayat-ayatnya, seperti tema jihad dalam surat Al-Anfal atau konsep makr (makar) yang selalu dikaitkan dengan kekuasaan Allah. Perenungan ini memperkaya penghayatan spiritual dan memberikan keteguhan saat menghadapi syubhat atau situasi kritis.
Shalat
Shalat adalah tiang agama, mencakup 42 rakaat harian (17 rakaat wajib, 10 rakaat sunnah rawatib, 4 rakaat dhuha, dan 11 rakaat tahajud). Kunci keberhasilannya adalah muwazhabah (konsistensi).
Melaksanakan shalat berjamaah, terutama shalat wajib, meningkatkan pahala dan mempererat ikatan sosial-spiritual. Konsistensi dalam shalat, meski dengan bacaan sederhana, secara bertahap membangun kekuatan ruhiyah.
Dzikir Muthlaq
Dzikir seperti istighfar atau lafaz la ilaha illallah yang diulang ratusan kali membantu menjaga kesadaran akan tujuan akhir hidup.
Wirid seperti At Tawajjuhat yang dikeluarkan DPP Hidayatullah menjadi panduan praktis untuk dzikir pagi dan petang, memperkuat hubungan dengan Allah dan memberikan energi spiritual untuk menghadapi tantangan.
Gerakan Nawafil Hidayatullah
Gerakan Nawafil Hidayatullah atau GNH adalah metodologi Hidayatullah untuk membiasakan amalan ruhiyah secara konsisten, meliputi: mengkhatamkan Al-Qur’an sebulan sekali, shalat fardhu berjamaah dan sunnah rawatib, tahajud, dzikir pagi-sore, infak harian, dan dakwah fardiyah.
GNH telah berkembang pesat, bahkan hingga ke mancanegara, menciptakan lingkungan (bi’ah) yang mendukung semangat spiritual tanpa kepentingan duniawi.
Aktivis GNH menjalani ritme spiritual yang khas, menikmati daabus shalihin (kultur orang-orang shalih), dan membumikan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Menampakkan Amal Shalih
Kritik terhadap GNH, seperti tuduhan riya’ karena melaporkan amal, perlu diluruskan. Al-Qur’an, seperti dalam QS. Al-Baqarah: 274, memuji amal shalih baik yang tersembunyi maupun terang-terangan.
Menampakkan amal, seperti laporan bacaan Al-Qur’an dalam GNH, bukanlah pelanggaran syariat, melainkan dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi orang lain.
Rasulullah SAW dan para sahabat, seperti Abu Bakar, sering berbagi amal shalih mereka tanpa niat riya’, sebagaimana hadits riwayat Muslim tentang Abu Bakar yang melaporkan puasa, mengantar jenazah, dan memberi makan orang miskin.
Tuduhan riya’ justru dapat melemahkan semangat amal shalih, sebagaimana sifat munafik yang mencela amal orang lain (QS. At-Taubah: 79).
Seorang muslim wajib husnuzhzhan (berprasangka baik) dan menyerahkan urusan hati kepada Allah, bukan membedah niat orang lain. Kritik seharusnya diarahkan pada kemaksiatan yang nyata, bukan pada pelaku kebaikan.
Seperti nasihat Fudhail bin ‘Iyadh, ikhlas adalah ketika Allah menyelamatkan seseorang dari riya dan syirik. GNH selain sebagai program juga sebagai sebuah kultur spiritual yang menjadi ‘password’ keberhasilan Hidayatullah.
Mari terus hidupkan GNH sebagai sunnah hasanah, menghidupkan ajaran Islam di tengah keredupan nilai-nilai agama. Biarkan amal shalih menjadi cahaya yang menginspirasi, dengan hati yang selalu terpaut pada Allah.
*) Ust. H. Sholih Hasyim, penulis adalah pemetik hikmah kehidupan dan anggota Dewan Murabbi Pusat (DMP) Hidayatullah