![](https://hidayatullah.or.id/wp-content/uploads/2025/02/hi.jpeg)
JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Hidayatullah Institute (HI) kembali menggelar Pelatihan Kepemimpinan “Agility Leadership Mindset” yang didiikuti oleh 32 Bendahara Dewan Pengurus Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Hidayatullah se-Indonesia digelar selama 5 hari dibuka pada Senin, 11 Syaban 1446 (10/2/2025).
Direktur Hidayatullah Institute, Muzakkir Usman, Ph.D., mengatakan perjalanan Hidayatullah dalam melakukan gerakan dakwah dan tarbiyah di tanah air Indonesia telah memasuki fase 50 tahun kedua di 2025 ini.
Sejak didirikan pada tahun 1973 dengan bentuk Kulliyatul Muballighin Muballighat (KMM) di Balikpapan, Kalimantan Timur, Hidayatullah saat ini telah berkembang menjadi sebuah organisasi masyarakat (ormas) dengan 33 dewan pengurus wilayah (DPW) dan 287 dewan pengurus daerah (DPD) di tahun 2014, yang kemudian berkembang menjadi 38 DPW dan 428 DPD di tahun 2024.
“Ini perkembangan yang menggembirakan sekaligus tantangan bagi para pemangku amanah organisasi untuk terus meningkatkan kualitas organisasi,” kata Muzakkir dalam keterangannya.
Dia menjelaskan, dengan begitu banyaknya aktivitas Hidayatullah dalam hampir semua bidang meliputi dakwah, pendidikan, sosial, dan ekonomi, maka diperlukan sosok sosok pemimpin yang amanah, kompeten serta memiliki kecakapan kepemimpinan untuk membawa organisasi Hidayatullah mewujudkan cita cita luhur para pendiri dan perintis lembaga ini.
Disamping itu, dia menguraikan, perkembangan teknologi yang semakin cepat, serta interaksi masyarakat global yang semakin tanpa batas (borderless) membutuhkan kehadiran pemimpin yang inovatif, kreatif, efektif, khususnya pemimpin yang lincah (agile) dalam mengelola organisasi.
“Tantangan perkembangan dan pengelolaan organisasi untuk lebih profesional dengan nilai nilai profetik dalam mewujudkan visi membangun peradaban Islam menjadi satu isu yang menjadi concern Hidayatullah di perjalanan 50 tahun kedua ini,” katanya.
Dalam hal sumber pendapatan organisasi misalnya, terang dia, Hidayatullah masih harus bekerja keras agar tidak hanya menyandarkan pada uluran tangan muhsinin melalui pengelolaan dana ZIS.
“Karena itu, Hidayatullah harus bergerak lebih lincah untuk melihat dan mengoptimalkan potensi keuangan dengan mendorong tumbuh kembangnya amal usaha dan badan usaha organisasi,” imbuhnya.
Di sinilah, terang dia, diperlukan kehadiran sosok pemimpin lincah yang memiliki pola pikir yang berfokus pada fleksibilitas, kolaborasi, dan kemampuan beradaptasi dengan cepat. Lebih jauh lagi, diharapkan para Pemimpin di Hidayatullah yang agile juga memiliki sikap visioner, terbuka, dan transparan.
“Dengan mindset dan kemampuan agility leadership, para pemimpin Hidayatullah akan membantu organisasi untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan, mendorong inovasi, serta membangun lingkungan kerja yang lebih positif dan kolaboratif,” tandasnya.
Mayoritas peserta berada pada tahap dewasa matang dalam karier dan kehidupan organisasi dimana rata-rata usia mereka adalah 48 tahun, peserta termuda berusia 34 tahun dan peserta tertua berusia 56 tahun.
Sebagian besar peserta memiliki latar belakang pendidikan tinggi dan umumnya berasal dari level kepemimpinan menengah dengan pengalaman organisasi yang cukup panjang.*/Darwiwing