
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن
أَمَّا بَعْدُ, فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً، فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Di dalam surat Ash-Shaffat ayat 50, Allah SWT menceritakan sebuah situasi yang terjadi pada penduduk syurga ketika mereka berbincang satu sama lain:
فَاَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلٰى بَعْضٍ يَّتَسَاۤءَلُوْنَ
“Mereka berhadap-hadapan satu sama lain sambil bercakap-cakap”
Lalu salah seorang di antara penduduk syurga ini berkata:
قَالَ قَاۤىِٕلٌ مِّنْهُمْ اِنِّيْ كَانَ لِيْ قَرِيْنٌۙ
“Berkatalah salah seorang di antara mereka, “Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) pernah mempunyai seorang teman.”
Perhatikan ayat ini. Salah seorang penduduk syurga menceritakan bahwa ia pernah memiliki seorang teman, bahkan teman dekat, dengan penggunaan diksi قَرِيْنٌۙ yang juga berarti sahabat.
Kemudian Allah melanjutkan pada ayat 52:
يَّقُوْلُ اَءِنَّكَ لَمِنَ الْمُصَدِّقِيْنَ
“Yang berkata, “Apakah sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang membenarkan (hari kebangkitan)?”
Sayangnya, sahabat yang diceritakan oleh salah satu penghuni syurga ini selalu menanyakan hal-hal yang menggugat akidah. Ia bertanya, apakah temannya benar-benar meyakini adanya hari kebangkitan?
ءَاِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَّعِظَامًا ءَاِنَّا لَمَدِيْنُوْنَ ٥٣
“Apabila kami telah mati (lalu) menjadi tanah dan tulang-belulang, apakah kami benar-benar (akan dibangkitkan untuk) diberi balasan?”
Pertanyaan ini sesungguhnya bukan sekadar butuh jawaban, tetapi merupakan perang pemikiran (ghazwul fikr) untuk memengaruhi temannya ketika masih di dunia.
Ia selalu merongrong dengan pertanyaan-pertanyaan anti ketuhanan yang bertentangan dengan keyakinan orang beriman.
Dalam bahasa kita hari ini, sahabat dunia tersebut selalu mengajak untuk mengingkari Tuhan.
Saat hendak salat, ia ajak sibuk dengan urusan duniawi; ketika ingin mengikuti majelis taklim, ia bujuk agar memilih kesenangan lain. Setiap interaksi, ia berusaha menjauhkan dari mengingat Allah SWT.
Ikhwani kaum Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Penghuni syurga itu lalu bertanya kepada orang-orang di sekitarnya:
قَالَ هَلْ اَنْتُمْ مُّطَّلِعُوْنَ ٥٤
Dia berkata, “Maukah kamu menengok (temanku itu)?”
Mereka lalu beramai-ramai mencari di mana sahabat dunia si penghuni syurga itu.
فَاطَّلَعَ فَرَاٰهُ فِيْ سَوَاۤءِ الْجَحِيْمِ ٥٥
“Maka dia menengoknya. Lalu dia melihat (temannya) itu di tengah-tengah (neraka) Jahim”
Ternyata sahabatnya berada di dalam neraka Jahim, menerima siksa akibat keyakinan yang ia anut di dunia.
قَالَ تَاللّٰهِ اِنْ كِدْتَّ لَتُرْدِيْنِۙ ٥٦
Dia berkata, “Demi Allah, engkau hampir saja mencelakakanku.”
وَلَوْلَا نِعْمَةُ رَبِّيْ لَكُنْتُ مِنَ الْمُحْضَرِيْنَ ٥٧
“Sekiranya bukan karena nikmat Tuhanku, pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret (ke neraka)”
Penghuni syurga itu lalu bersyukur, karena atas nikmat petunjuk dari Allah, ia mampu bertahan dari rayuan sahabatnya di dunia. Seandainya ia menuruti, niscaya ikut terjerumus ke dalam api neraka.
Ikhwani kaum Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Situasi di atas mengingatkan kita agar berhati-hati dalam memilih sahabat. Sahabat sejati adalah yang mendekatkan kita kepada Allah SWT.
Sebaliknya, sahabat yang buruk adalah yang justru menghalangi kita dari jalan-Nya.
Indikator sederhana bisa kita lihat: ketika sedang berbincang, berolahraga, atau memancing bersama, lalu adzan berkumandang, apakah kita mudah bergegas menunaikan salat, atau justru merasa berat meninggalkan aktivitas duniawi itu?
Hasan al-Bashri rahimahullah menafsirkan keadaan sahabat penghuni neraka dengan mengutip ayat Al-Qur’an surat Asy-Syu’ara ayat 100–101:
فَمَا لَنَا مِنْ شٰفِعِيْنَۙ ١٠٠
“Maka kami tidak mempunyai pemberi syafaat (penolong)”
وَلَا صَدِيْقٍ حَمِيْمٍ ١٠١
“Dan tidak pula mempunyai teman akrab”
Mereka menyesal karena tidak memiliki sahabat yang mampu menyelamatkan dari siksa api neraka.
Inilah pentingnya memiliki sahabat yang bukan hanya bermanfaat di dunia, tetapi juga memberi syafaat di akhirat.
Sahabat yang mengulurkan tangan saat kita ditimpa musibah, memberi bantuan saat kesulitan ekonomi, atau mengingatkan kita agar segera bertaubat ketika tergelincir dalam maksiat.
Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu menyampaikan bahwa makna sahabat adalah: Fid-dunya yanfa‘, wa fil-akhirati yasyfa‘, “Di dunia memberi manfaat, dan di akhirat memberi syafaat”.
Ikhwani kaum Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Kata sahabat dalam Al-Qur’an menggambarkan keakraban yang sangat dekat. Sampai-sampai istilah ini digunakan untuk memperlakukan orang tua dengan baik:
وَصَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًاۖ
“Dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik”
Kata sahabat juga dipakai untuk istri atau pasangan:
وَصَاحِبَتِهٖ وَبَنِيْهِۗ ٣٦
“Serta (dari) istri dan anak-anaknya”
Rasulullah SAW memberi teladan persahabatan bersama Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu.
Saat turun perintah hijrah, Abu Bakar bertanya: Fas suhbah yaa Rasulallah? (Bagaimana dengan sahabatmu ini, ya Rasulullah?). Rasulullah menjawab: Was suhbah yaa Aba Bakr (Engkau akan menemaniku).
Mendengar hal itu, Abu Bakar menangis terharu. Ia bahagia bisa menemani perjalanan hijrah, meski penuh risiko dan ancaman nyawa.
Persahabatan itu kembali dipertegas ketika mereka bersembunyi di Gua Tsur, sementara pasukan Quraisy berada tepat di depan pintu gua.
اِذْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ
Ketika dia berkata kepada sahabatnya, “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”
Inilah persahabatan sejati: sahabat yang meyakinkan kita bahwa apa pun ujian kehidupan, sesungguhnya اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ (Allah bersama kita). Persahabatan yang bukan hanya indah di dunia, tetapi juga abadi hingga ke syurga.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد
فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللّٰهُ تَعَالَى اِنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ
Do’a Penutup
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً. اللّهُمَّ وَفِّقْنَا لِطَاعَتِكَ وَأَتْمِمْ تَقْصِيْرَنَا وَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
اَللّٰهُمَّ انْصُرِ الْمُسْلِمِيْنَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ. اَللّٰهُمَّ ارْحَمِ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنْ عِبَادِكَ. اَللّٰهُمَّ اكْشِفْ الغُمَّةَ عَنْ أُمَّتِنَا. اَللّٰهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْفَعَ الْبَلَاءَ عَنْ غَزَّةَ وَأَهْلِهَا، وَأَنْ تَنْصُرَهُمْ عَلَى عَدُوِّهِمْ، وَأَنْ تَرْحَمَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنْ عِبَادِكَ، وَأَنْ تَكْشِفَ الْغُمَّةَ عَنْ أُمَّتِنَا. اَللّٰهُمَّ عَافِنَا وَالْطُفْ بِنَا وَاحْفَظْنَا وَانْصُرْنَا وَفَرِِّجْ عَنَّا وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ اكْفِنَا وَإِيَّاهُمْ جَمِيْعًا شَرَّ مَصَائِبِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ . وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبّ الْعَالَمِيْنَ
!عِبَادَاللهِ
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
(Untuk mengunduh naskah ini ke format PDF, klik icon “print” pada share button di bawah lalu pilih simpan file PDF)