يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَوَلَّوْا عَنْهُ وَأَنْتُمْ تَسْمَعُونَ
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
AL-QUR’AN adalah jantung keberimanan dan keislaman kita. Sehingga ketika ada yang mencoba mengusik, melecehkan, apalagi terang terangan. Dan kalau kita tidak ada kepekaan, ketersinggungan, keterpanggilan ghirah, maka dipertanyakan keimanan kita
Kita harus menampakkan kebencian kepada mereka sebagaimana mereka juga menampakkan kebenciannya terhadap Islam dan muslimin. Kalau tidak, maka keberimanan kita tidak hidup alias mati.
Ini karunia besar dari Allah, karena Allah memberikan bimbingan kepada yang punya otoritas atau kompetensi untuk memberitahukan kepada umat yang mungkin tidak tahu, bukan karena mati imannya. Atau belum sampai pengetahuannya sehingga belum peka.
Ini panggilan ulama untuk memberdayakan keimanan orang–orang beriman atau keislaman orang-orang islam. Subhnallah. Allah ingin memberikan kemulian dan tanggungjawab kepada ulama dan ulama menyambut panggilan tersebut.
Dengan tampilnya Majelis Ulama Indonesia (MUI), semoga Allah menambah keberanian dan kemuliaan kepada ulama. Sekarang ketuanya KH. Ma’ruf Amin. Dulu KH Buya Hamka sebagai ketua MUI pertama juga pernah melawan kebijakkan untuk melindungi umat Islam karena waktu itu marak judi yang diprakarsai pemerintah. MUI keluarkan fatwa haram judi.
Ini perjalanan panjang tanggung jawab ulama, utamanya keagamaan umat Islam Republik Indonesia. Dalam sejarah perjalanan kemerdakaan yang dijajah Eropa (Belanda, Portugis) maka ulama yang memberikan fatwa bahwa melawan penjajah adalah jihad dan jika mati maka syahid. Sampai meraih kemerdekaan. Jadi RI milik orang Islam dan mayoritas penduduk RI adalah Islam.
Kenapa umat Islam dianggap musuh, dilawan dan dinistakan? Karena ada orang atau pihak yang sengaja membuat seperti itu. Seolah umat Islam itu musuh negara, lawan pemerintah, lawan Pancasila.
Padahal Pancasila itu yang merumuskan adalah ulama. Lihat diktum-diktum Pancasila tentang adab musyawarah, hanya ada dalam agama Islam. Ini harus dipahami umat Islam agar tidak terjebak dan dijebak. Ada orang yang memang sengaja membenturkan umat Islam dengan pemerintah.
Jika ada yang sengaja menistakan al Qur’an maka itu nyata-nyata musuh umat Islam. karena al Qur’an adaah jantung umat Islam. Dengan al Qur’an kita beriman, beribadah, bermuamalah.
Kalau jantung ditusuk maka siapapun marah. Tapi marahnya orang beriman harus dimanajemen agar tetap tenang dan berakhlaq. Apa yang membuat Allah marah maka kita harus marah, apa yang Allah benci maka kita umat Islam harus benci. Apa yang Allah senang dan cinta maka kita harus senang dan cinta.
Maka jika Allah sudah memberikan rambu-rambu dan kalau kita tidak mencernakan, sehingga harus hati-hati. Mana perkara yang dibenci dan dicintai Allah.
Kenapa umat Islam benturan dengan negara atu benturan dengan sesama umat Islam. karena ada yang desain panjangnya. Kasus di Jakarta itu hanya antek, pion saja karena ada pihak yang mendesain.
Jadilah umat Islam yang washatiyah atau pertengahan ketika di tengah publik. Karena banyak orang yang hasad atau dengki. Kadang sesama teman di halaqah saja bisa iri, kenapa dia,? kenapa bukan saya?.
Maka kenapa kita dianjurkan untuk membaca surat tiga Qul di wirid pagi, sore dan malam. Itu sebagai bentuk minta perlindungan kepada Allah. Sebab semua bisa terjadi, tiba-tiba kecelakaan, mendadak terpelanting atau yang lain. Maka jangan pernah merasa aman dalam hidup ini tanpa pertolongan Allah.
Kalau ada keimanan maka ada rasa takut, sehingga kalau mau tidur harus habiskan doa. Sebab, kita tidak tahu atau tidak ada jaminan besok bisa hidup lagi.
Maka kalau bangun tidur itu semangat. Ya Allah engkau telah mengembalikan ruh. Sehingga orang beriman harus bersyukur untuk bagaimana bermanfaat atau memanfaatkan potensi yang Allah berikan. Mata bisa melihat, kerja, membaca al Qur’an dan lain-lain
Sebagai orang beriman kita harus memberi dukungan untuk menguatkan hati-hati orang beriman yang sedang membela kaum muslimin dan Islam. Dukungan apa saja untuk ulama, untuk agama dan kitab yang dihinakan.
Dukungan dengan doa meluapkan emosi kepada Allah, mengadu kepada Allah karena Allah pasti juga marah. Doa yang histeris atau heroik.
Abu Bakar yang pendiam-pun bisa marah ketika ada orang yang murtad, karena tidak mau membayar zakat. Apalagi kepada orang kafir yang sengaja menyerang kita. Kalau ada yang mundur maka itu kafir.
Kita selama ini tidak pernah memulai, tapi merespon jika diserang maka baru muncul reaksi. Tidak mungkin orang itu menyebut surat Al Maidah dengan kebetulan, tapi sudah dipersiapkan. Atau pernah sengaja mempelajari, apalagi dengan menyebut ayatnya 51 lagi. Jadi kita ini diserang dan kita muslimin melawan kepada orang yang telah menyerang agama dan kitab suci kita.
Melawan itu ada konskwensi. Harus ada stamina, strategi, peralatan, keberaniaan, perencanaan. Bukan perang melawan dengan senjata tapi ini perang moral dan spritual. Ini moral kaum muslimin, ini kemuliaan kaum muslimin. Apa moral kita?
Mereka datang dari Sumatera, Sulawesi, Kalimantan mewakili kita untuk menampakkan perlawanan kepada orang orang yang menyerang jantung umat Islam yaitu al Qur’an. Saudara saudara kita perlu minum, makan dan akomodasi sehingga kita bisa infak.
Ini karunia Allah. Mereka datang menyatukan iman membela keimanan kita tanpa ada embel-embel organisasi. Kecuali orang Syiah Rafidhah yang tidak bisa bersatu dengan kita. Kita harus membenci syiah karena mereka membenci sahabat dan istri nabi. Padahal mereka para sahabat dan istri nabi, dengan mereka kita bisa mempelajari al Qur’an dan sunnah.
Rasulullah mengatakan meskipun kita infak emas dua bukit Uhud maka tidak bisa menyamai kemuliaan sahabat. Maka kita harus benci dan melaknat Syiah. Barusan mereka menembakan rudalnya ke Makkah, untungnya Saudi memiliki rudal penangkal.
Jadi wajar, kalu kita membenci Syiah karena jangankan kepada kita, kepada para sahabat dan istri nabi saja mereka memusuhi dan membenci.
Kita semua harus mendoakan dan shalat malam. Ibu-ibu juga harus pertajam berdoa. Sampaikan kepada seluruh jamaah Hidayatullah di seluruh nusantara untuk memberikan dukungan doa dan mengirim infaknya yang terbaik. Ibu-ibu juga harus terus menggalang infak untuk mengambil bagian meskipun hanya seribu dan sepuluh ribu, selain doa dan spirit.
Ini kesempatan yang terbaik, karena Allah tampakkan musuh Islam di depan mata dengan nyata. Kalau kemarin masih samar samar yaitu orang Islam mencaci atau memusuhi saudaranya umat Islam sendiri. Kalau sekarang nampak, Allah memperlihatkan musuh. Saya yakin bahwa infak kita meskipun satu sen sangat berharga karena benar-benar untuk melawan musuh.
Sudah cukup musuh diperlihatkan, karena telah berani menyebut satu nama surat bahkan nomor ayatnya lagi. Ini betul betul serangan luar biasa dan betul betul kesempatan meluapkan kemarahan dengan berdoa dan berinfak dan barisan terpimpin.
Maka kita turunkan santri ke Lapangan Merdeka dengan persiapan matang agar terpimpin, teratur, tertip, beradab sesuai dengan syariat. Sehingga 10 orang dipimpin satu orang agar tidak kerkecoh atau tersusupi agar tidak terprovokasi.
Kita hanya ingin menyampaikan perlawanan meskipun hanya dengan ucapan dan doa, ibadah, infak. Sambil terus berharap Allah memberikan keberkahan sehingga musuh-musuh Islam terpeleset.
Presiden kita Pak Jokowi, itu yang kita yang pilih, meskipun ada yang memilih yang lain. Karena ada Yusuf Kalla di situ. Karena saya sudah kenal sejak kecil, orang tuanya paling dermawan, dekat ulama, suka membangun masjid, apresiasi dan dukungannya kepada Hidayatullah. Ibunya pengurus Aisyiah. Pernah juga diundang ke Istana dan mengatakan di tengah tengah tokoh ulama dan pejabat, “bahwa Hidayatulah bagus dakwahnya”. Ada perasaan senang, karena ada yang juga orang yang dengki dan mengatakan teroris kepada Hidayatullah.
Aksi damai hari ini, ada saja pejabat yang mendatangkan pawang dan berdoa semoga hujan deras. Saya tadi malam berusaha untuk melawan doa tersebut dengan doa juga:
“Ya Allah jika hujan deras, maka jangan Engkau surutkan semangat para mujahid yang memperjuangkan agama-Mu ini. Tapi Engkau tahu rintihan kami dan keinginan kami, biarkan saja mendung supaya tidak terlalu panas di Jakarta dan Lapangan Merdeka”.
Seharusnya yang panggil ulama dan tokoh tokoh keamanan bukan pawang, apakah tidak berbahaya kalau hujan terus sehingga banjir besar dan itu musibah
Coba gimana kalau marah, bukan marah dengan merusak tanaman dan taman orang atau membakar gedung. Itu salah, bukan seperti itu tapi kita tata emosi. Kita dengan nafsul muthmainnah.
Insya Allah semua paham kenapa para ulama di MUI mengeluarkan fatwa tersebut dan kenapa kita menjadi tersadar dan membuka surat Al Maidah. Coba baca kalau memilih pemimpin kafir maka sama dengan mereka yaitu kafir.
Kemudian ayat berikutnya tentang orang orang yang ada penyakit hatinya dan yang mendukung juga sakit hatinya. Yang lebih dahsyat lagi, ayat berikutnya bahwa kemurtadan itu dalam konteks ayat ini dalam memilih pemimpin yang bukan Islam. Sebelumnya saya pahami biasa saja.
Allah menerangkan cara memilih pemimpin itu yang sholeh, shalat dan senantiasa shalat bersama umat atau berjamaah artinya senantiasa di tengah tengah umat.
Ini harus dipahamkan kepada umat. Umat islam kita masih bodoh karena belum memahami syariat. Kalau sudah paham tapi tidak ditaati artinya pembangkang. Tapi mengatakan bohong suatu ayat berarti kekafiran.
Ini sekalian saya selipkan. Jadi kalau ibu-ibu mengimani surat An Nisa’ tentang poligami tapi menolak poligami, itu artinya pembangkangan atau dosa besar. Kalau mengatakan ayat tentang poligami itu bohong berarti kufur.
Ibu-ibu jangan sampai menolak dan mengkufuri ayat poligami. Apa ibu-ibu tidak takut nanti di akherat dikucilkan oleh majlis istri-istri nabi yang dipoligami.
Ini ayatnya jelas, ada dalil dan contohnya yaitu nabi dan para sahabat. Kalau rasa-rasa berat itu ada, tapi itu biasa, istri nabi juga ada rasa-rasa tapi mereka tidak pernah menolak. Masya Allah, Allah menikahkan atau mempoligamikan nabi dengan Zainab.
وَإِذْ تَقُولُ لِلَّذِي أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِ وَأَنعَمْتَ عَلَيْهِ أَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ وَاتَّقِ اللهَ وَتُخْفِي فِي نَفْسِكَ مَااللهُ مُبْدِيهِ وَتَخْشَى النَّاسَ وَاللهُ أَحَقُّ أَن تَخْشَاهُ فَلَمَّا قَضَى زَيْدٌ مِّنْهَا وَطَرًا زَوَّجْنَاكَهَا لِكَيْ لاَيَكُونَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ حَرَجٌ فِي أَزْوَاجِ أَدْعِيَآئِهِمْ إِذَا قَضَوْا مِنْهُنَّ وَطَرًا وَكَانَ أَمْرُ اللهِ مَفْعُولاً
“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: ‘Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah,” sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap isterinya (menceraikannya). Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.” (QS. Al-Ahzab: 37)
Bayangkan Allah yang menikahkan atau mempoligamikan Nabi dengan Zainab. Makanya jangan ada unek-unek dalam hati untuk menolak dan mengkufuri ayat ayat Allah. Apalah artinya dunia ini, kesusahan atau kegelisahan hanya 60-70 tahun, setelah itu kan berlalu begitu saja.
Jadi harus terus terang, Ya Allah, saya belum mampu ya Allah. Jadi sampaikan ketidakmampuannya kepada Allah. Jangan (sampaikan) ke orang lain atau saya karena saya hanya menyampaikan ayat itu. Wallahu a’lam bish shawwab.*
___________
TAUSHIAH disampaikan Pimpinan Umum Hidayatullah, KH Abdurrahman Muhammad, kepada jamaah pengajian muslimat dan santriwati bakda Jum’at di Pesantren Hidayatullah Balikpapan, 4/11/2016. Ditranskripsi oleh Paryadi AGH)