
DALAM perjalanan manusia beragama, tidak semua yang mengaku beriman benar-benar beriman. Al-Qur’an, kitab suci yang menjadi petunjuk seluruh manusia, telah mengabarkan tentang fenomena ini dengan sangat jelas.
Allah Ta‘ala berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 8:
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ
“Di antara manusia ada yang mengatakan: ‘Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,’ pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.”
Melalui ayat ini, Allah mengungkapkan satu golongan manusia yang tampak beriman secara lahir, namun batinnya menyimpan kekafiran.
Mari kita simak Tafsir As-Sa’di yang ditulis oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di yang menjelaskan ayat ini:
قالَ تَعالَى في وَصْفِ المُنافِقينَ الَّذينَ ظاهِرُهُمُ الإِسْلامُ وباطِنُهُمُ الكُفْرُ
“Allah Ta‘ala berfirman tentang sifat orang-orang munafik, yaitu mereka yang tampak luarnya seolah-olah memeluk Islam, namun hatinya penuh kekufuran”
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ
“Dan di antara manusia ada yang berkata, ‘Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir,’ padahal sebenarnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Baqarah: 8)
Selanjutnya, definisi nifak (kemunafikan) diberikan dengan tegas:
وَاعْلَمْ أَنَّ النِّفَاقَ هُوَ: إِظْهَارُ الْخَيْرِ وَإِبْطَانُ الشَّرِّ
“Ketahuilah bahwa nifak (kemunafikan) adalah: menampakkan kebaikan, namun menyembunyikan kejahatan”
Termasuk dalam kategori ini adalah dua bentuk kemunafikan: nifak i‘tiqadi (kemunafikan dalam keyakinan) dan nifak ‘amali (kemunafikan dalam perbuatan).
Nabi Muhammad ﷺ telah menggambarkan tanda-tanda nifak ‘amali dalam sabdanya:
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda orang munafik itu ada tiga: jika berbicara, ia berdusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan jika diberi amanah, ia berkhianat.”
Dalam riwayat lain disebutkan:
وَفِي رِوَايَةٍ: “وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ”
“Dan jika berselisih, ia berlaku curang dan melampaui batas.”
Jenis-Jenis Kemunafikan dan Hukumnya
Penjelasan tambahan membedakan dua jenis nifak:
Pertama, Nifak I‘tiqadi (Kemunafikan dalam Keyakinan), yaitu jenis kemunafikan paling berbahaya. Pelakunya berpura-pura masuk Islam namun hatinya membenci Islam dan Rasulullah ﷺ.
Mereka bahkan ikut shalat bersama kaum muslimin sambil menyimpan niat menghancurkan Islam. Tokoh semacam Abdullah bin Ubay bin Salul di zaman Nabi ﷺ menjadi contohnya.
Hukum nifak ini adalah kufr akbar, kekafiran besar yang mengeluarkan pelakunya dari Islam. Jika meninggal dalam keadaan seperti itu tanpa taubat, tempatnya adalah neraka paling bawah, sebagaimana firman Allah:
إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ فِى ٱلدَّرْكِ ٱلْأَسْفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (QS. An-Nisa: 145)
Kedua, Nifak ‘Amali (Kemunafikan Perbuatan). Ini berkaitan dengan perilaku, bukan akidah.
Pelakunya tetap beriman namun membawa sifat-sifat munafik seperti berdusta, mengingkari janji, berkhianat, dan berlaku curang dalam perselisihan.
Meskipun hukumnya adalah dosa besar, ia tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam, namun bahayanya tetap besar. Jika dibiarkan berlarut-larut tanpa taubat, bisa menyeret kepada nifak i‘tiqadi.
Sebagaimana dijelaskan:
وَأَمَّا النِّفَاقُ الِاعْتِقَادِيُّ الْمُخْرِجُ عَنْ دَائِرَةِ الْإِسْلَامِ، فَهُوَ الَّذِي وَصَفَ اللَّهُ بِهِ الْمُنَافِقِينَ فِي هَذِهِ السُّورَةِ وَغَيْرِهَا
“Adapun nifak i‘tiqadi yang mengeluarkan seseorang dari lingkup Islam, itulah yang Allah gambarkan dalam surah ini dan surah-surah lainnya”.
Sifat Orang Munafik dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an memaparkan sifat orang-orang munafik dengan rinci:
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ
“Di antara manusia ada yang berkata, ‘Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir,’ padahal mereka bukanlah orang-orang beriman.”
يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri, dan mereka tidak sadar.”
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah tambahkan penyakit itu. Dan bagi mereka azab yang pedih, karena mereka berdusta.” (QS. Al-Baqarah: 8–10)
Allah juga menegaskan:
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُم مِّن بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمُنكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ ۚ
“Orang-orang munafik, laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain saling bersatu (dalam keburukan). Mereka menyuruh kepada kemungkaran dan melarang dari kebaikan, serta menggenggam tangan mereka.”
Betapa miripnya keadaan ini dengan mereka yang mengumpulkan zakat tetapi tidak disalurkan kepada yang berhak.
Allah menutup dengan firman-Nya:
نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ ۗ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Mereka telah melupakan Allah, maka Allah pun melupakan mereka. Sungguh, orang-orang munafik itu adalah orang-orang fasik.”
وَعَدَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ هِيَ حَسْبُهُمْ ۚ وَلَعَنَهُمُ اللَّهُ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُّقِيمٌ
“Allah menjanjikan kepada orang-orang munafik dan orang-orang kafir, neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya.” (QS. At-Tawbah: 67–68)
Akhirnya, Al-Qur’an memperingatkan:
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu berada di dasar neraka yang paling bawah, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.”
Ayat-ayat ini memperlihatkan betapa beratnya bahaya nifak, hingga perlu bagi setiap insan beriman untuk terus memperbarui niat, memperbaiki akhlak, dan menguatkan keimanan dalam lubuk hati yang terdalam.[]
*) Ust. Drs. Khoirul Anam, penulis alumni Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang, Anggota Dewan Murabbi Wilayah (DMW) Hidayatullah Sumut, pengisi kajian rutin Tafsir Al Qur’an di Rumah Qur’an Yahfin Siregar Tamora dan pengasuh Hidayatullah Al-Qur’an Learning Centre Medan