POLMAN (Hidayatullah.or.id) – Akhirnya setelah tiga belas tahun masyarakat Polewali Mandar menanti adanya pendidikan formal di Hidayatullah dusun Basseang, kini terwujud – atas dukungan masyarakat dan pemerintah serta- keinginan kuat para pengurusnya dengan terbukanya SMP Ashabul Jannah Boarding School.
Disertakan nama boarding school itu selain mencirikan dengan sekolah atau madrasah terdekat yang berjarak tidak cukup satu kilometer.
Menurut Taufik Malik, kepala sekolah sekaligus inisiator kependidikan beasrama itu, dibukanya sekolah ini bukan karena dirinya atau lembaga yang ia pimpin merasa mampu.
“Karena kami yakin saja ada pertolongan dari Allah AWT. Apalagi ini semata-mata untuk membangun sumber daya manusia generasi umat dan bangsa Indonesia yang unggul dan bertakwa,” ungkapnya yakin.
Hal senada juga disampaikan Anwar, guru dan pengasuh santri juga alumnus perguruan tinggi di Makassar. Di masa masa memulai aktifitas sekolah, ruang kelas yang digunakan untuk belajar santri pun masih seadanya.
Sebagian kelas memanfaatkan ruang masjid dan sebagian lain harus konsentrasi belajar di bangunan yang ‘disulap’ menjadi ruang kegiatan belajar mengajar.
Berangkat dari minat masyarakat memondokkan anaknya setelah melihat santri –yang diliburkan kembali ke kampungnya bisa ceramah di masjid– masjid serta berperangai baik dan berbeda jauh dibandingkan dengan sebelum masuk ke pondok.
Abdul Kadir, seorang imam masjid di Pasangkayu mempercayakan ketiga anaknya masuk ke Hidayatullah Basseang tersebut dengan obsesi anaknya menjadi seorang dai yang hafidz Qur’an.
Juga Fitrah, santri asal desa Kediri kecamatan Wono Mulyo juga dipercayakan orangtua sepenuhnya ke Hidayatullah Basseang yang dirintis sejak tahun 2005 tersebut. Sebagaimana santri-santri asal Mambi kabupaten Mamasa. Umumnya mereka adalah masyarakat dari kalangan dhuafa.
Muji ayah Fitrah pemilik warung makan di pasar Wono Mulyo mengutarakan alasannya “Kami para orangtua sangat yakin dengan pendidikan di Hidayatullah yang bisa mengondisikan anak menjadi dan tercapai target-target hafalannya”.
Bermodal semangat dan dibarengi tekat beberapa pendirinya, santri yang berjumlah 50 putra dan putri menjadi motivasi tertinggi untuk merancang pendidikan berbasis Tauhid dengan basis asrama.
Kegiatan kepanduan menjadi esktrakurikuler dalam pendidikan. Selama sepekan masa orientasi santri juga dirangkaikan dengan latihan Pandu Hidayatullah di lokasi kampus yang diwakafkan oleh almarhum Ust Yunus itu.
“Termasuk motivasi kami mendirikan sekolah berasrama adalah upaya penanggulangan anak-anak dari paparan pergaulan bebas dan cenderung negatif,” imbuh Taufik Malik yang rutin membina masyarakat pedalaman salah satunya di Toeran. Foto-foto kegiatan SMP Ashabul Jannah Boarding School Hidayatullah Basseang.
Reporter: Muhammad Bashori