JAKARTA (Hidayatullah.or.id) – Lembaga Amil Zakat Nasional Baitulmaal Hidayatullah (Laznas BMH) bersama simpul sinergi mengadakan refleksi Hari Sumpah Pemuda mengangkat tema “Pemuda, ZIS, dan Palestina Kekuatan Nyata Umat Islam” yang digelar hybrid pada Sabtu petang, 13 Rabi’ul Akhir 1445 (28/10/2023).
Forum ini menghadirkan narasumber yaitu Humas Forum Zakat (FOZ) Novi Nusaibah, pendakwah milenial yang juga mantan Ketum DPP Pemuda Al Irsyad Ust. Fahmi Faishal Bahreisy, Lc., MA, Humas Laznas BMH Imam Nawawi, dan dipandu Ainuddin Chalik dari Progressive Studies & Empowerment Center (Prospect) sebagai moderator.
Sebagai pemapar pertama, Novi Nusaibah, meletakkan generasi muda pertama tama sebagai agen perubahan (agent of change). Peristiwa Sumpah Pemuda salah satunya kemudian meneguhkan positioning tersebut.
“Di setiap zaman dan peradaban dunia, peranan generasi muda selalu menempati posisi penting dan strategis baik dalam melakukan perubahan maupun menghadirkan terobosan,” kata Novi.
Karena itu, Novi lantas memantik putra putri bangsa untuk menyelami makna Sumpah Pemuda sebagai semangat yang mendenyuti gerakan keswadayaan nasional dalam menguatkan sesama.
“Meskipun zakat dilakukan karena motivasi agama yang diperintahkan Allah Ta’ala, namun zakat sejatinya hadir secara inklusi menjawab problem dalam setiap sendi sendi kehidupan alam semesta,” katanya.
Oleh sebab itu, masalah Palestina pun mendapat perhatian dengan porsi besar dalam pendayagunaan zakat.
Dengan keswadayaan masyarakat Indonesia melalui kesadaran akan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS), ikhtiar pembelaan terhadap Palestina terus dilakukan diantaranya dengan mendirikan pusat pusat kesehatan dan pemenuhan kebutuhan mendesak lainnya.
Sementara itu, Ust. Fahmi Faishal Bahreisy, menekankan keberadaan tanah Palestina pusat kemuliaan dan keberkahan umat Islam yang, karena itu, hendaknya perhatian terhadapnya tak boleh lekang.
“Kalau umat Islam abai terhadap Baitul Maqdis, Palestina, maka ia akan abai pada Baitullah,” kata Fahmi Faishal Bahreisy mewanti wanti.
Oleh sebab itu Fahmi Faishal berharap pemahaman terhadap Palestina adalah hal penting dan mendasar yang sangat perlu bahkan wajib diilmui oleh setiap muslim.
Sebab, terangnya, ketidakfahaman terhadap posisi Baitul Maqdis Palestina bisa membuat pemuda Islam justru akan mendekonstruksi berbagai upaya dukungan dan solidaritas terhadap negeri Syam itu.
“Bahkan ada yang salah kaprah menyebut masalah Palestina hanya masalah politik dan konflik kemanusiaan, padahal ini masalah agama dan aqidah kita,” pungkasnya.
Iqra Bismirabbik
Sementara itu, pembicara terakhir, Imam Nawawi, menegaskan bahwa salah satu problem utama Islam adalah reaktif dan tak memiliki agenda gerakan yang kolosal, massif, dan sistematis.
“Kita umat Islam seringkali hanya reaktif. Setelah situasi mereda, seperti dalam masalah Palestina, gerakan pun melemah dan tak ada lagi fokus dan agenda yang jelas. Padahal musuh terus bergerak tanpa lelah bahkan ketika kita sedang tidur,” imbuhnya.
Karenannya, menurut Imam, masalah tersebut perlu sama disadari dan dientaskan dengan membangun budaya baru yaitu gerakan iqra’ bismirabbik sebagai transformasi ilmu dan wacana melalui penegakan tradisi baca dengan penuh ketekunan.
Ia lantas mencontohkan Indonesia pra kemerdekaan. Dalam waktu pra kemerdekaan itu kaum muda Islam Indonesia aktif membaca, sehingga mereka bisa menakar dengan tajam perihal apa yang akan terjadi dalam konstelasi global dan apa yang perlu mereka lakukan untuk mewujudkan Indonesia merdeka.
“Bagaimana anak muda Indonesia kala itu, yang listrik belum ada, buku terbatas, tetapi gairah membacanya sangat tinggi. Lebih dari itu mereka hidup dengan cita-cita, bukan pragmatisme pribadi,” imbuhnya.
Sementara pemuda masa kini, sebagiannya, kalau ada kesempatan, lebih baik segera duduk di jabatan tinggi dengan gaji besar. Padahal, sebagai pemuda masa kini kita punya PR, bagaimana kejayaan dahulu kita kembalikan.
“Kemudian, bagaimana kita mampu mengentaskan umat dari kemunduran, ilmu dan teknologi. Dan, mampu menjawab tantangan keumatan, dari ekonomi, sosial, hingga peradaban,” ujarnya.
Dia menegaskan, bagaimanapun pemuda masa kini harus sadar dan bergerak. Karena perubahan hanya mungkin hadir dari gerakan kesadaran, bertumbuhnya pengetahuan, dan perjuangan kaum muda. “Sejarah mencatat selalu begitu,” tegasnya.
Kegiatan ini turut didukung Forum Zakat (FOZ), PW Pemuda Hidayatullah DKI Jakarta, dan lembaga studi dan pengembangan pemuda Progressive Studies & Empowerment Center (Prospect).*/ (ybh/hidayatullah.or.id)