LUWU (Hidayatullah.or.id) — Search and Rescue (SAR) dan Lembaga Amil Zakat Nasional Baitulmaal Hidayatullah (Laznas BMH) bersama tim relawan gabungan bergerak melakukan mitigasi untuk pencarian dan pertolongan korban bencana akibat banjir dan longsor yang terjadi di Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan, Jumat dini hari, 24 Syawal 1445 (3/5/2024).
Kepala Operasi Relawan BMH – SAR Hidayatullah Longsor Luwu, Abdul Jabbar, menyebutkan tim relawan gabungan yang turun dalam mitigasi, pencarian dan pertolongan ini berjumlah 30 yang terbagi dalam 2 posko dan satu posko induk.
Jabbar menyebutkan, akibat longsor ini ada 12 desa terisolir di Kecamatan Latimojong sehingga susah untuk diakses dan terancam kehabisan bahan makanan pokok.
“Curah hujan juga masih tinggi, sehingga proses distribusi bantuan dan dukungan relawan masih terhambat,” kata Jabbar dalam keterangannya kepada media ini, Sabtu.
Dengan hati yang berat, Abdul Jabbar menyampaikan bahwa akses ke wilayah terdampak masih tertutup, terisolasi oleh hujan deras yang tak henti-hentinya.
Jabbar melaporkan, di Desa Kaili, Kecamatan Suli Barat, ada 10 rumah luluh lantak, tersapu oleh arus deras, dan 2 jiwa masih dalam pencarian.
“Di saat seperti ini, solidaritas menjadi obat bagi luka yang mendalam. Sembako, terpal, obat-obatan, perlengkapan, dan air bersih menjadi kebutuhan mendesak,” katanya.
Longsor Dini Hari
Seperti diwarta, banjir dan longsor melanda Kabupaten Luwu. Jum’at dini hari sekitar pukul 01.17 WITA itu menjadi saksi tragedi mengerikan yang melanda Kabupaten Luwu.
Tanah longsor dan banjir menyisakan duka mendalam, menutup akses ke Kecamatan Latimojong, dan membenamkan 6 rumah di Desa Pajang dalam gelombang lumpur dan batu. Di tengah gelapnya malam, 5 jiwa meregang nyawa di Desa Buntu Sarek, Kecamatan Latimojong.
Selain itu sebanyak 13 kecamatan lainnya di Kabupaten Luwu terdampak antara lain Kecamatan Suli, Kecamatan Suli Barat, Kecamatan Ponrang Selatan, Kecamatan Ponrang, Kecamatan Bupon, Kecamatan Larompong, Kecamatan Larompong Selatan, Kecamatan Bajo, Kecamatan Bajo Barat, Kecamatan Kamanre, Kecamatan Belopa dan Kecamatan Belopa Utara.
Dilaporkan ketinggian muka air sempat terpantau 1-3 meter. Hingga Sabtu (4/5) pukul 06.00 WIB, dilaporkan 1.385 KK terdampak dan 115 jiwa mengungsi di beberapa masjid dan rumah kerabat.
Kronologi tragis ini dimulai pada 2 Mei 2024, pukul 20.00 WITA, ketika hujan deras memporak-porandakan Kecamatan Latimojong. Tanah di lereng yang begitu rapuh, tidak tahan menahan beban air hujan deras.
Pada dini hari 3 Mei 2024 itu, longsor lalu tiba dengan dahsyatnya. Reruntuhan tanah itu memakan korban, menyapu segala yang ada di jalannya.
Dilaporkan di Desa Pajang, 6 rumah hanyut terkubur, sedangkan di Desa Buntu Sarek, 5 jiwa meregang di antara reruntuhan.
Mama Biddal, Mama Sabil, Nenek Biccu, Nenek Rummah, dan Sukma – nama-nama yang terpahat dalam kesedihan Desa Sarek. Mereka menjadi bagian dari tragedi yang melumpuhkan kehidupan di daerah terpencil ini.
Di sisi lain, Dusun Patamman, Desa Pajang, kehilangan sebagian dari dirinya sendiri. Rumah Hayani, Anwar, Marija, Mashar, Pahrum, dan Edi Gasalba tenggelam dalam gelombang tanah dan bebatuan.
Setiap bantuan, setiap doa, membawa sinar harapan bagi mereka yang terjebak dalam musibah tak terduga ini. Semoga cahaya ini segera menerangi jalan mereka yang terbenam dalam gelap. (ybh/hidayatullah.or.id)