
DEPOK (Hidayatullah.or.id) — Dalam Al Qur’an banyak memuat dialog tentang perintah Tuhan untuk sujud kepada Adam, penolakan dan kesombongan Iblis, bisikan Iblis kepada Adam, dan kisah Adam beserta istrinya yang akhirnya diturunkan ke bumi. Diantaranya seperti yang terkandung pada Surah Al-Baqarah ayat 30-39, Surah Al-A’raf ayat 11-25, dan Surah Thaha ayat 115-123.
Pada halaqah subuh di Masjid Ummul Qura, Pesantren Hidayatullah Depok, Selasa, 13 Jumadil Awal 1447 (4/11/2025), Ust. Ir. H. Abdul Aziz Qahhar kembali menekankan kandungan materi tersebut dengan menyajikan refleksi Surah Al Hijr 39–42 yang melukiskan bagaimana Iblis bersumpah akan menyesatkan manusia, kecuali mereka yang benar-benar terjaga dalam kemurnian ibadah kepada Allah Ta’ala.
“Ayat ayat dalam surah ini menjadi salah satu bagian penting dalam Al-Qur’an yang membuka kesadaran manusia tentang hakikat pertempuran batin yang terus berlangsung antara manusia dan setan,” katanya.
Ia menjelaskan, ayat ini turun dalam konteks kisah penciptaan Adam dan penolakan Iblis untuk bersujud kepadanya. Iblis yang dipenuhi kesombongan menganggap dirinya lebih mulia karena diciptakan dari api, sementara Adam dari tanah. Akibat keangkuhan itu, Iblis dikutuk keluar dari rahmat Allah.
Namun, sebelum diusir, Iblis meminta penangguhan waktu hingga hari kebangkitan untuk menggoda manusia. Dalam ayat ini, Iblis menegaskan rencananya untuk menyesatkan semua keturunan Adam, kecuali mereka yang tergolong mukhlasin.
“Ayat ini menunjukkan betapa seriusnya ancaman setan terhadap manusia. Ia tidak datang dengan bentuk fisik yang mudah dikenali, melainkan berperan halus sebagai qarin, pendamping dari kalangan setan yang selalu membisikkan keburukan,” jelasnya.
Hadits Nabi telah menegaskan bahwa kehadiran qarin merupakan bagian tak terpisahkan dari eksistensi manusia. Bahkan Nabi Muhammad SAW pun memilikinya. Namun, perbedaan mendasarnya terletak pada kemampuan Nabi untuk menundukkan setan yang melekat padanya.
“Dengan pertolongan Allah, Nabi mampu mengubah kekuatan destruktif itu menjadi dorongan kebaikan. Di sinilah letak hikmah besar ayat ini, bahwa manusia tidak pernah benar-benar bebas dari godaan setan, tetapi dapat mengendalikan pengaruhnya melalui kemurnian hati dan ketaatan yang total kepada Allah,” tegasnya.
Lebih jauh ia mengatakan, ditengah kehidupan modern yang kian maju seperti sekarang dimana arus informasi berkelindan tanpa batas, manusia menghadapi bentuk-bentuk baru dari “godaan setan” yang membungkus diri dalam teknologi, hiburan, dan ambisi material.
Godaan itu tidak selalu datang dalam bentuk kejahatan eksplisit tapi hadir dalam bentuk kemudahan, popularitas, atau kesenangan yang meninabobokan jiwa. Dalam situasi seperti ini, jelas Aziz, keberadaan ‘qarin’ menjadi semakin nyata, bukan sebagai entitas metafisik yang menakutkan, tetapi sebagai simbol kecenderungan manusia terhadap dorongan negatif yang terus membayang-bayangi pikiran dan perbuatannya.
Namun, terangnya, Allah Ta’ala menegaskan bahwa hanya ‘mukhlasin’ yang mampu lolos dari jerat setan. Tafsir Ibn Katsir menjelaskan bahwa mukhlasin adalah mereka yang dibersihkan oleh Allah dari syirik dan penyakit hati, sehingga tidak ada ruang bagi setan untuk masuk ke dalam jiwa mereka. Sementara Al-Qurthubi menafsirkan ayat ini sebagai bentuk jaminan bahwa keikhlasan adalah benteng paling kokoh dari segala tipu daya setan.
“Ikhlas bukan hanya perasaan religius, tetapi kondisi kesadaran diri bahwa segala sesuatu terjadi atas izin dan kuasa Allah,” katanya.
Ia mengajak berkaca pada peri-kehidupan Rasulullah SAW yang memberikan teladan konkret bagaimana menghadapi godaan setan. Beliau menjaga kedekatan dengan Allah melalui dzikir, istighfar, dan shalat malam yang konsisten.
Dalam satu hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi bersabda yang menegaskan bahwa setan mengalir dalam diri manusia sebagaimana darah mengalir seraya berwasiat untuk mempersempit jalannya dengan lapar dan dzikir kepada Allah.
“Menjadi mukhlasin berarti menempuh jalan yang sunyi, jernih, dan terus-menerus membersihkan niat dari segala selain Allah. Keikhlasan menjadi satu-satunya jalan untuk tetap selamat dari bisikan setan yang terus mengintai dari balik segala bentuk kenikmatan,” tandasnya.






