AdvertisementAdvertisement

Dzikir Pagi sebagai Azimat Perisai Orang Beriman

Content Partner

DI TENGAH keramaian masjid, Abu Darda’, sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari kalangan Anshar, duduk dengan ketenangan yang memancar.

Tiba-tiba, seorang laki-laki datang tergesa-gesa, wajahnya cemas dan suaranya gemetar, menyampaikan kabar bahwa rumah Abu Darda’ terbakar.

Tidak sekali, dalam kitab Fi At-Tarbiyah Al-Jihadiyah wal Bina’, disebutkan bahkan orang itu berulang kali datang, membawa berita yang sama. Namun, setiap kali mendengar berita tersebut, Abu Darda’ hanya menjawab dengan tenang dan penuh keyakinan:

“Tidak mungkin rumahku kebakaran.”

Orang tersebut akhirnya meninggalkan Abu Darda’. Tapi, api semakin membesar di daerah tersebut sehingga orang itu kembali ke masjid. “Wahai Abu Darda’, pulanglah! Rumahmu akan kebakaran”.

“Tidak mungkin rumahku kebakaran,” jawab Abu Darda’ dengan tegas dan yakin.

Ketiga kalinya orang itu memberitahukan Abu Darda’, “Api sudah lebih tinggi daripada rumahmu, kamu percaya atau tidak percaya, rumahmu akan kebakaran”.

“Rumahku tidak akan kebakaran,” jawaban yang sama dari Abu Darda’.

Orang itu semakin bingung, apalagi ketika api di daerah sekitar rumah Abu Darda’ semakin membesar. Ia kembali mendesak Abu Darda’ untuk pulang. Namun, jawaban Abu Darda’ tetap sama. Hingga akhirnya orang itu memberanikan diri bertanya:

“Mengapa engkau begitu yakin rumahmu tidak akan kebakaran?”

Abu Darda’ pun menjelaskan, “karena sebelum berangkat meninggalkan rumah, aku membaca: “أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ“, artinya “Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakan-Nya”.

Riwayat yang lain menceritakan bahwa Abu Darda’ tidak percaya pada informasi seorang laki-laki yang menemuinya kalau rumahnya akan terbakar.

Keyakinan Abu Darda’ bukan tanpa dasar. Beliau berpegang teguh pada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang berbunyi:

من قالها أول نهاره لم تصبه مصيبة حتى يمسي ومن قالها اٰخر النهار لم تصبه مصيبة حتى يصبح: اَللّٰهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لَاإِلهَ إِلَّا أَنْتَ عَلَيْكَ تَوَكّلْتُ وَأَنْتَ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ مَا شَاءَ اللهُ كَانَ وَمَا لَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ أَعْلَمُ أَنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ وَأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا. اللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ وَمِنْ شَرِّ كُلِّ دَابَّةٍ أَنْتَ اٰخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا إِنَّ رَبِّيْ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ

“Barang siapa membaca (beberapa kalimat doa dan dzikir) di permulaan siang (pagi) maka ia tidak akan tertimpa musibah hingga sore hari. Dan barang siapa membacanya di akhir hari (sore) maka ia tidak akan tertimpa musibah hingga pagi hari. ‘Ya Allah Engkau adalah Tuhanku, tiada Tuhan melainkan Engkau. Kepada-Mu saya bertawakal. Engkau Tuhan Arsy yang sangat agung. Kalau Engkau berkehendak maka akan terjadi, jikalau tidak, maka tidak akan terjadi. Tiada daya dan kekuatan melainkan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Saya mengetahui bahwa Allah terhadap segala sesuatu itu mampu. Dan Ilmu Allah mencakup segala hal. Ya Allah saya berlindung kepada-Mu dari kejelekan diriku, dan kejelekan seluruh binatang. Engkau yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di jalan yang lurus’,” (HR. Al-Baihaqi dalam ‘Dalail Nubuwwah (7/121) dari jalan Aglab bin Tamim, Ibnu Suni di ‘Amal Yaum Wa Lailah‘, no. 57, dan Ath-Thabrani di ‘Doa’, no. 343))

Ketika Abu Darda’ mengajak orang-orang untuk memeriksa langsung keadaan rumahnya, apa yang mereka saksikan sungguh luar biasa.

Di tengah hamparan puing-puing dan arang bekas kebakaran yang melalap habis seluruh area, rumah Abu Darda’ berdiri tegak. Tidak ada satu pun api yang menjilat dindingnya.

Kendati sanad hadis ini dianggap lemah, peristiwa ini tetap mengandung hikmah yang menjadi pelajaran besar bagi kaum muslimin sebagai bukti bahwa perlindungan Allah sangat nyata bagi hamba-Nya yang berserah diri dan mengamalkan sunnah Rasul-Nya dengan penuh keyakinan.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:

وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرً

“Dan barang siapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Dia akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”(QS. Ath-Thalaq: 3)

Istimewanya Zikir Pagi dan Petang

Allah Ta’ala menyatakan dalam beberapa ayat al-Qur’an tentang perintah dzikir dan berdoa di waktu pagi dan petang. Dua waktu yang istimewa sebagai awal pagi sebelum matahari terbit dan menjelang matahari terbenam. Di antaranya beberapa ayat di bawah ini:

فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ

“Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu sore dan pagi” (QS. Ghafir: 55)

فَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ

“Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam(nya)” (QS. Qaf: 39)

فَسُبْحَانَ اللَّهِ حِينَ تُمْسُونَ وَحِينَ تُصْبِحُونَ

“Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di sore hari dan waktu kamu berada di waktu pagi hari” (QS. Ar-Rum:17)

Sebenarnya masih banyak ayat lagi, sebagai penegas tentang pentingnya berdzikir, bertasbih, berdoa di waktu pagi dan petang.

Doa-doa yang ada dalam dzikir pagi itu luar biasa dan dahsyat isinya. Sayang sekali, kita sering khilaf dan meremehkannya sehingga jarang atau tidak merutinkan amal ini.

Kita seringkali tidak sadar ada bahaya atau musibah yang mengancam. Padahal Allah telah menyiapkan penangkalnya dengan senantiasa wirid pagi.

Berzikir pagi tidak memerlukan waktu yang lama, sekitar sepuluh hingga lima belas menit. Namun, amalan ini berat bagi yang baru memulai dan belum biasa, tapi ringan bagi yang sudah terbiasa bahkan akan merasa berat untuk meninggalkannya. Karena wirid pagi dan petang sudah menjadi kebutuhannya, sepertinya ada yang kurang jika meninggalkannya.

Nikmatnya sebuah amalan adalah ketika sudah istiqomah menjalankannya dalam waktu yang lama. Di dalam wirid pagi dan petang terdapat rahmat, hidayah, dan perlindungan dari Allah.

Tips dan Penutup

Dalam perjuangan melawan kelemahan diri dan tantangan hidup, istiqamah menjalankan wirid pagi dan sore merupakan kunci kemenangan yang menghadirkan kebahagiaan dan ketenangan.

Sebagai perisai iman dan sumber kekuatan, wirid pagi dan sore adalah azimat yang membutuhkan komitmen dan disiplin. Berikut beberapa tips yang bisa kita terapkan agar kita kian mencintainya.

Pertama, membaca faedah dan keutamaan zikir pagi dan sore dengan membaca buku, mendengarkan tausyiah para ustadz, dan menyerap kisah-kisah orang shaleh yang telah mengamalkan.

Dengan langkah ini bisa muncul pemahaman, kesadaran, dan keyakinan terhadap amalan ini. Selanjutnya termotivasi untuk mengamalkan dengan istiqomah.

Kedua, memahami arti dari dzikir dan doa yang dibaca. Hal ini juga sangat membantu untuk menghayati makna-makna dan maksud dari doa yang dipanjatkan di waktu pagi dan petang. Terasa manfaat dan nyambung dengan kebutuhannya.

Ketiga, menumbuhkan perasaan perlu atau sangat berkepentingan kepada Allah untuk meminta perlindungan. Jika tidak merasa butuh memang tidak tertarik untuk wirid pagi dan petang. Seolah semua berjalan biasa saja dengan menjalani hidup tanpa bergantung kepada Allah.

Padahal, banyak nian ancaman dan berbagai bahaya yang mengancam kehidupan ini, baik secara fisik maupun non fisik yang datangnya bisa saja tidak terduga, tanpa permisi, tak ada kode ataupun sinyal sebelumnya. Wirid pagi dan petang adalah jimat bagi orang-orang beriman.

Keempat, jika belum hafal maka harus menyiapkan buku wirid ataupun aplikasi wirid yang ada di handphone (HP). Perkembangan HP dengan berbagai aplikasi wirid sangat memudahkan untuk wirid.

Kelima, atau terakhir, zikir atau wirid secara bersama-sama seperti dilakukan para santri di pondok pondok pesantren. Hal ini sebagai bentuk tarbiyah atau pembiasaan dari wirid pagi dan petang, tentu dengan pemahaman, pengawasan, dan evaluasi agar menjadi kebiasaan yang konsisten meskipun sedang sendiri.

Istiqamah menjalankan rutinitas zikir pagi dan sore membutuhkan komitmen, disiplin, dan kesadaran akan eksistensi diri kita yang lemah. Mari berusaha menjadikan rutinitas ini sebagai fondasi kekuatan spiritual kita dalam memperkuat iman dan mencapai kebahagiaan sejati.[]

*) Ust. Dr. Abdul Ghofar Hadi, penulis adalah Wakil Sekretaris Jenderal I Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Rakerwil V Hidayatullah Jatim Ditutup, Ketua DPW Apresiasi Pelayanan Tuan Rumah

Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) V Hidayatullah Jawa Timur resmi ditutup pada hari Ahad, 19 Januari 2024, di Situbondo. Dalam...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img